Pages

Sunday, 3 June 2012

Kematian Sentiasa Menggamit


“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu sebelumnya mati (tidak ada), lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, kemudian Dia menghidupkan kamu kembali, kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan”. (QS Al-Baqarah : 28)
Setelah rentang waktu penginapan kita di dunia dan di atas bumi ini habis, kita perlu segera “check out”.
Sebelum “check out” dari penginapan besar ini, pernahkah kita saling bertanya di antara kita akan keadaan ketika kita menginap di sebuah hotel di sesuatu kawasan pelancongan yang kita kunjungi?
Pertanyaan yang paling mudah yang biasa kita tanyakan pada rakan-rakan sepenginapan adalah sekitar berapa lama masa masing-masing menginap di tempat penginapan itu?
Jika kita saling bertanya, pasti jawabannya akan berbeza-beza.
Ada yang menjawab satu hari satu malam sahaja, ada yang menjawab dua hari satu malam, tiga hari dua malam dan paling lama satu bulan seperti pelancong Timur Tengah yang bercuti panjang ketika musim panas meninggalkan negara mereka.
Demikian juga rentang masa hidup kita di dunia dan di atas muka bumi ini berbeza-beza :
1.      Ada yang baru lahir terus “check out” dari dunia ini.
2.      Ada yang hanya sampai bayi kemudian “check out”.
3.      Ada yang sampai kanak- kanak kemudian “check out”.
4.      Ada yang sampai remaja kemudian “check out”.
5.      Ada yang sampai dewasa kemudian “check out”.
6.      Ada yang sampai tua sehingga menjadi pelupa kemudian “check out”.
Fakta tersebut menunjukkan betapa singkatnya kita tinggal di bumi ini.
Setiap manusia mendapatkan rentang waktu yang berbeza-beza. Walaupun seseorang mendapatkan rentang waktu tinggal di bumi ini 60 tahun atau 70 tahun, itupun masih dikira sebentar dibandingkan dengan jumlah waktu yang kita ambil dalam perjalanan kehidupan abadi ini seperti berikut :
1.      Di mulai sejak perancangan awal pemilihan bahan asas (saripati tanah).
2.      Kemudian menjadi sperma.
3.      Setelah itu terjadinya pembuahan.
4.      Kemudian proses pembentukan di dalam rahim.
5.      Akhirnya lahir ke dunia dengan rentang waktu yang tertentu.
6.      Setelah itu diteruskan dengan “check out” dari dunia sambil menuju Alam Barzakh untuk tinggal di sana dengan rentang waktu yang tidak mampu kita ketahui, boleh jadi 100 tahun, 1,000 tahun, satu juta tahun dan seterusnya.
7.      Setelah waktunya habis, kita akan dibangkitkan dari Alam Barzakh untuk dikumpulkan di Mahsyar.
8.      Setelah beberapa lama baru kita mengakhiri perjalanan kehidupan abadi ini ketika kembali kepada Tuhan Pencipta.
Cuba kita bayangkan, berapa abad waktu yang kita perlukan untuk melewati dan menjelajahi perjalanan kehidupan abadi kita sejak dari titik kosong sampai kembali kepada Allah, Tuhan Pencipta?
Kemudian cuba bandingkan dengan waktu dan rentang masa hidup kita di dunia ini?
Amat pendek bukan?
Masalahnya ialah kita seringkali mengingkari atau melupakan kenyataan itu kerana mata hati kita sudah tertutup oleh kecintaan pada kehidupan dunia yang sedikit ini dan kebodohan kita terhadap Tuhan Pencipta.
Akibatnya, kita pun merasakan bahwa hidup di dunia ini seakan selama-lamanya. Padahal Tuhan Pencipta telah mengingatkan kita dengan firmanNya :
“Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar sahaja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui”. Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (sahaja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS Al-Mu’minun  : 114 – 115)
Kenyataan itu pulalah yang menyebabkan Rasulullah saw mengingatkan umatnya agar menyedari betapa singkatnya waktu kehidupan kita di dunia.
Ibnu Umar berkata : Pada suatu hari Rasulullah saw memegang bahuku sambil berkata :
“Jadilah kamu di dunia ini seperti orang asing atau seperti seorang pengembara “
Dalam Hadits lain yang diriwayatkan Ibnu Mas’ud, Rasulullah saw melukiskan realiti kehidupan manusia di dunia ini seperti lukisan yang dilampirkan :
Setelah itu Rasulullah menjelaskan lukisan tersebut sebagai berikut : “Ini adalah (realiti) manusia. Yang ini (segi empat tepat berwarna merah) adalah ajal yang sedang mengepungnya (atau telah mengepungnya). Garis panjang yang keluar itu adalah angan-angan-nya. Garis-garis pendek yang bercabang ini adalah ibarat binatang-binatang buas (yang menjadi sebab-sebab kematiannya). Bila yang ini salah, maka ia akan diterkam yang ini, dan jika yang ini salah, maka yang ini menerkamnya”. (HR Bukhari)

Itulah realiti kehidupan di dunia yang telah Allah tetapkan pada semua manusia tanpa terkecuali, dahulu, sekarang dan yang akan datang samada ia presiden, raja, rakyat jelata, kaya, miskin, berilmu, jahil, jeneral, koperal, bangsa Asia, Eropah, Amerika, Timur, Barat, Kutub Utara dan Selatan, wanita mahupun lelaki.
Ajal masing-masing sudah dibatasi meskipun angan-angannya jauh melebihi ajalnya. Sebab-sebab kematiannyapun bermacam-macam, setiap saat mengintai dan siap untuk menerkamnya sehingga Rasulullah saw mengibaratkan sebab-sebab tersebut dengan binatang-binatang buas yang setiap saat bersedia menerkamnya.
Walaupun demikian, manusia sering melupakan ajal (batas masa hidup di dunia) yang pasti itu kerana tergiur dengan kepentingan-kepentingan duniawi yang serba tidak pasti dan menipu seumpama tergiurnya para penjudi yang setiap ketika mengharapkan keuntungan dari aktiviti judinya.
Hawa nafsu yang tidak terkawal dalam mencapai berbagai kepentingan duniawi seperti harta yang melimpah, kedudukan dan jawatan yang tinggi, prestij dan status sosial yang dibanggakan menjadi penyebab manusia lupa kepada ajal yang pasti akan menerkamnya apabila saatnya tiba.
Dorongan hawa nafsu juga boleh menyebabkan manusia terjebak untuk menghalalkan segala cara untuk memperolehi kepentingan-kepentingan duniawi walaupun berlawanan dengan fitrah dan akidah (Keyakinan)nya.
Di antaranya, melakukan tindakan-tindakan yang tidak rasional seperti pergi kepada tukang-tukang ramal nasib, ke tempat-tempat keramat sambil meminta perubahan nasib kepada makhluk yang lemah yang tidak mampu berbuat sesuatu meskipun untuk diri mereka sendiri.
Perbuatan itu dilakukan berdasarkan khayalan dan angan-angan kosong belaka. Akhirnya, mereka tidak mahu datang dan meminta pada Tuhan Pencipta mereka dan Pencipta alam semesta yang sudah pasti Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Padahal singgahsanaNya meliputi langit dan bumi. Maha Kasih SayangNya terhadap hambaNya yang tanpa batas dan setiap saat membuka pintu rahmat, pertolongan dan ampunanNya bagi hamba-hambaNya yang datang mengadu kepadaNya dengan ikhlas dan khusyu’, sebagaimana firman-Nya :
Katakanlah: "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia?" Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat tinggal (yang nyaman), dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengukuhkan) nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya). Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan dan siapa (pula) kah yang mendatangkan angin sebagai khabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya).  (QS An-Naml : 59 – 63)
Sesungguhnya hakikat dan kenyataan kehidupan dunia ini :
a.       Tidak lebih dari kehidupan sementara.
b.      Sangat pendek.
c.       Fana (akan mengalami kehancuran).
d.      Kenikmatan yang menipu.
e.       Permainan dan senda gurau.
f.       Panggung sandiwara.
g.      Perlumbaan memperbanyakkan harta dan anak keturunan.
h.      Tempat berbangga-bangga dengan pangkat dan status sosial.
Celakalah manusia yang tertipu oleh gemerlapan kehidupan dunia ini dan berbahagialah mereka yang selamat dari tipuannya.
Kenyataan lain yang seharusnya perlu kita sedari bahwa perbandingan kenikmatan dunia yang mampu kita rasai jika dibandingkan dengan semua nikmat Allah yang tersebar di bumi ini, tidak lebih dari setitis air yang jatuh dari jari yang diangkat setelah dicelupkan ke lautan.
Ternyata, kita hanya mendapatkan kenikmatan dunia seperti setitis air yang jatuh itu, meskipun kita bekerja keras 24 jam dalam sehari semalam, tujuh hari dalam seminggu, 30 hari dalam sebulan, 12 bulan dalam setahun dan dilaksanakan selama usia produktif atau 40 tahun berturut-turut tanpa henti.
Pendapatan tersebut tidak begitu bererti sama sekali jika dibandingkan dengan apa yang akan diperolehi oleh orang-orang yang benar-benar beriman dengan negeri Akhirat nanti.
Ini kerana perbandingan dunia dan seisinya dengan Akhirat hanyalah bagaikan setitis air yang jatuh dari jari kita yang kita angkat setelah dicelupkan ke lautan.
Sungguh ini suatu perbandingan yang sangat menakjubkan!!!
Sebagai bukti pentingnya kesedaran diri dalam memahami perbandingan yang menakjubkan ini, Rasulullah saw mengajarkan kepada kita cara untuk menghindari tipu muslihat kenikmatan dunia yang tidak seberapa yang telah menyita seluruh umur dan waktu yang kita miliki ketika melalui fasa Kehidupan Pertama di dunia ini.
Cara tersebut telah dijelaskan oleh salah seorang sahabat bernama Abu Hurairah ra. Ia berkata:
Bersabda Rasulullah saw :
“Perbanyaklah mengingati faktor yang menghancurkan atau memutuskan kelazatan (dunia ini), yakni “kematian”. (HR At Tirmizi)
Perbanyaklah mengingati kematian……

Ya, itulah cara yang paling efektif untuk membantu kita agar terhindar dari tipuan kenikmatan kehidupan dunia yang tidak seberapa.

Dengan cara demikian, kita akan menyatakan sikap kita terhadap kehidupan dunia ini secara tepat, seimbang dan benar, yakni dengan memfokuskan diri kita kepada misi dan visi yang telah ditetapkan Tuhan Pencipta, iaitu beribadah kepadaNya dengan menjalankan amanah Khilafah (perwakilan kepimpinan) yang telah diserahkanNya kepada kita dalam menegakkan kebenaran dan keadilan serta memakmurkan bumi dan semua penghuninya.

Keberhasilan kita dalam melaksanakan misi dan visi itu akan menjamin kejayaan kita pada fasa-fasa berikutnya dari perjalanan kehidupan abadi kita menuju Allah.

Garisan permulaannya dimulai dari fasa Kematian Kedua yang mana ianya diawali dengan Sakratulmaut, kemudian Kematian itu sendiri dan kemudiannya diteruskan dengan “Check In” di tempat persinggahan atau penginapan ketiga, iaitu Alam Barzakh, yang jauh lebih besar dari dua tempat persinggahan sebelumnya, iaitu perut ibu kita dan bumi kita.

Ya Allah, kurniakanlah kesedaran hakiki di dalam jiwa kami tentang hakikat kehidupan dunia yang sebenarnya sehingga kami terhindar dari perangkap dan tipu dayanya yang akhirnya akan menyelewengkan kami dari jalanMu yang lurus serta tetapkanlah kaki kami di atas kebenaran dari awal bermulanya kehidupan kami di dunia sehingga kami dipanggil pulang ke hadhratMu di akhirat nanti.

Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS

No comments:

Post a Comment