Sebahagian manusia ada yang melihat dari sudut yang sempit dalam memahami makna kemenangan dan kejayaan yang hanya pada gambaran tertentu dan terbatas, padahal bentuk kemenangan mempunyai banyak modelnya, walaupun kadang-kadang memiliki kesamaan dengan sebahagian yang lainnya dengan bentuk kekalahan jika pandangannya adalah singkat.
Nabi Ibrahim as dilemparkan ke dalam api namun tidak surut keimanan dan dakwahnya.
Apakah ini merupakan sikap kemenangan atau kekalahan?
Tidak ada keraguan lagi dari segi logik aqidah bahwa sikap tersebut merupakan puncak kemenangan ketika baginda dilemparkan ke dalam api yang panas dan merupakan kemenangan kedua ketika baginda selamat dari api tersebut.
Sesungguhnya ada berbagai keadaan yang dapat menyempurnakan kemenangan dalam bentuknya yang jelas dan dekat jika memiliki hubungan dengan bentuk yang kekal dan tetap, seperti Nabi Muhammad saw yang telah mendapatkan kemenangan dalam perjalanan hidupnya, kerana kemenangan ini memiliki hubungan yang erat dengan tegaknya aqidah dengan hakikatnya yang sempurna di muka bumi ini.
Aqidah ini tidak sempurna secara penuh kecuali dengan menguasai kehidupan jamaah dan mengendalikan mereka semua, dimulai dari individu menuju daulah, sehingga Allah berkehendak memberikan kemenangan kepada pemilik aqidah dalam hidupnya lalu mewujudkan aqidah ini dalam bentuknya yang sempurna, meninggalkan ketetapan realiti sejarah yang terbatas.
Sebagai peribadi-peribadi yang tumbuh dan dibesarkan dalam medan dakwah, tentulah visi besar kita sebagai aktivis dakwah adalah ‘Tamkinud Dakwah’ sebagaimana firman Allah swt berikut :
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang soleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS An Nur : 55)
Dalam ayat di atas, Allah swt telah berjanji di antaranya adalah bahwa Dia akan mengukuhkan dakwah Islam dan menjadikannya berkuasa dalam kehidupan kita.
Yang perlu kita fikirkan sebagai pemimpin dakwah adalah bahwa ‘Tamkin’ dari Allah itu tidak akan terwujud jika kita belum mampu merealisasikan sebab-sebab yang membawa kepada ‘Tamkin’ tersebut.
Di antara sebab-sebab ‘Tamkin’ adalah seperti berikut :
PERTAMA : SEBAB-SEBAB MAKNAWI
- Mempersiapkan Individu Rabbaniyyin.
- Mencetak Qiyadah Rabbani.
- Memerangi sebab-sebab perpecahan.
- Mengambil akar persatuan dan kesatuan.
KEDUA : SEBAB-SEBAB MATERIAL
- Membangun pusat-pusat tumpuan , pengkhususan dan kajian.
- Melakukan perancangan pengurusan.
- Mempersiapkan perancangan ekonomi.
- Membangun persiapan dalam bidang informasi.
- Membangun persiapan keamanan dan keselamatan.
Imam Hasan Al Banna berkata dalam risalah “Ke arah mana kita menyeru manusia” :
“Kebangkitan suatu bangsa di dunia selalunya bermula dari kelemahan. Sesuatu yang sering membuatkan orang percaya bahwa kemajuan yang mereka capai di kemudian hari adalah sebentuk kemustahilan. Tapi, di sebalik anggapan kemustahilan itu, sejarah sesungguhnya telah mengajarkan kepada kita bahwa kesabaran, keteguhan, kearifan dan ketenangan dalam melangkah telah menghantarkan bangsa-bangsa lemah itu merangkak dari ketidakupayaan menuju kejayaan.”
Dalam sejarah kehidupan bangsa-bangsa, kebangkitan dan kemajuan adalah sebuah kemestian yang mesti diyakini. Namun, kelemahan yang sedang mengungkung suatu bangsa seringkali menimbulkan keputusasaan sehingga bayang-bayang ketidakpastian dan kemustahilan menjadi begitu kuat.
Realiti kejiwaan masyarakat inilah yang ingin diubah oleh Imam Hasan Al-Banna dengan salah satu ungkapannya :
“Sesungguhnya kenyataan hari ini adalah mimpi kelmarin, dan mimpi hari ini akan menjadi kenyataan esok hari.”
Di atas keyakinan inilah, Imam Hasan Al-Banna membawa satu perpektif baru dalam menatap kebangkitan bahwa, kehancuran material adalah kayu ukur fenomena yang zahir dari kelemahan suatu bangsa, sementara akar penyebab kelemahan yang sebenarnya ada pada kehancuran jiwa masyarakatnya.
Inilah yang sangat ditakuti dan diserlahkan oleh Abul Hasan Ali An-Nadwi dalam ucapannya :
“Kemanusiaan sedang berada dalam sakratul maut.”
Seterusnya Imam Hasan Al Banna mengingatkan tentang dua pandangan yang asasi yang mesti dipegang teguh iaitu :
PERTAMA :
Sekalipun jalan ini sangat panjang dan berliku, tetapi tidak ada pilihan lain selain jalan ini.
KEDUA :
Seorang aktivis dakwah pertama sekali mestilah bekerja menunaikan kewajibannya, barulah kemudiannya boleh mengharapkan hasil kerjanya.
Dalam proses pembangunan kembali umat, Imam Hasan Al-Banna menyimpulkan adanya lima fasa yang akan dilalui. Kesimpulan ini bertitik tolak dari analisa sejarah perjalanan bangsa-bangsa dan usaha memahami arahan-arahan Rabbani (taujihat rabbaniyah).
PERTAMA : KELEMAHAN (ADH-DHO’FU)
Faktor utama kelemahan adalah wujudnya rejim kekuasaan yang melakukan kezaliman sewenang-wenangnya. Kezaliman melalui kekuasaan inilah yang memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan masyarakat dan memadamkan potensi-potensi kebaikannya dengan alasan kepentingan kekuasaan.
“Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah, dengan menindas segolongan dari mereka, membunuh anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang yang membuat kerusakan.” (QS Al Qasas : 4)
Itulah sebabnya tujuan pertama peralihan iklim politik menurut Imam Hasan Al-Banna adalah membebaskan umat dari belenggu penindasan dalam kehidupan politik.
KEDUA : KEPEMIMPINAN (AZ-ZUAAMAH)
Sejarah perubahan menunjukkan bahwa usaha kebangkitan kembali dari kehancuran memerlukan seorang pemimpin yang kuat.
Kepemimpinan ini mesti muncul pada dua wilayah, iaitu :
- Pemimpin di tengah-tengah masyarakat (az-zuaamah ad-da’wiyah) yang menyeru kepada kebaikan.
- Pemimpin pemerintahan (az-zuaamah as-siyasiyah) yang sebenarnya muncul atau menjadi sebahagian dari mata rantai barisan penyeru kebaikan itu.
“Allah menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal soleh dari kalangan kamu (wahai umat Muhammad) bahawa Ia akan menjadikan mereka khalifah-khalifah yang memegang kuasa pemerintahan di bumi.” (QS An Nur : 55)
Ini bererti kekuatan-kekuatan Islam mesti mempersiapkan diri secara sistematik, sehingga masa peralihan iklim politik menjadi kesempatan untuk meneguhkan kepemimpinan dakwah dan untuk meraih kepemimpinan politik. Inilah halangan sekaligus rintangan terberat kaum muslimin pada hari ini.
KETIGA : PERTARUNGAN (ASH-SHIRAA’U)
Ketika suatu bangsa memasuki masa peralihan iklim politik, Imam Hasan Al-Banna mengingatkan akan muncul dan semaraknya berbagai kekuatan ideologi yang lengkap dengan tawaran sistem dan para penyerunya. Namun akan berlaku persaingan terbuka untuk menanamkan pengaruh, meraih dukungan dan merebutkan kekuasaan.
Ada dua karakter asas ideologi-ideologi kuffar :
- Secara hakikinya, ia berlawanan dengan ideologi Islam.
- Bagi menjamin kewujudannya di muka bumi, ideologi-ideologi kuffar itu akan berusaha untuk menghancurkan ideologi Islam.
Pertarungan yang paling sengit adalah pada usaha untuk membebaskan diri dari pemikiran, sikap, perilaku dan budaya yang sudah terperangkap oleh ideologi materialisma-sekular.
Pertarungan ini tidak mampu dimenangkan dengan kekuatan senjata, tetapi dengan bangunan keimanan baru yang memantulkan ‘izzah’ (harga diri) umat di hadapan peradaban-peradaban kuffar.
KEEMPAT : IMAN (AL-IMAN)
Pertarungan ideologi di fasa peralihan iklim politik menuju kebangkitan adalah masa-masa ujian berat bagi umat.
Pertarungan ini akan memunculkan dua golongan manusia :
- Mereka yang tidak istiqamah dengan cita-cita Islam dan menggadaikan perjuangannya demi keuntungan-keuntungan material. Perjuangan bagi mereka adalah bagaimana mengumpulkan sebanyak-banyaknya perhiasan dunia sesuatu yang tidak mereka miliki sebelumnya.
- Mereka yang istiqamah dan iltizam dengan garis dan cita-cita perjuangan. Besarnya kekuatan musuh justeru menambah keimanan mereka dan semakin mendekatkan diri mereka kepada Allah. Inilah golongan yang sedikit, tapi dijanjikan kemenangan oleh Allah.
Proses kebangkitan umat tidak akan berjalan tanpa keberadaan mereka; orang-orang yang akan menorehkan garis sejarah panjang perjuangan yang diliputi berbagai keistimewaan dan keajaiban.
KELIMA : PERTOLONGAN ALLAH (AL-INTISHAR)
Inilah hakikat kemenangan bagi umat, iaitu ketika Allah swt telah menurunkan pertolongannya untuk mencapai kemenangan sejati.
Kemenangan ini bukan semata-mata diukur oleh kekalahan musuh tapi, kemenangan adalah ketika ‘tangan-tangan’ Allah ikut bersama kita menghancurkan seluruh kekuatan musuh.
Inilah benih awal tumbuhnya kehidupan baru di mana Allah akan menerangi dengan cahayaNya dan Allah akan menaungi kehidupan umat dengan Keperkasaan dan Kasih-SayangNya.
Di sinilah pertukaran atau pergantian keadaan (tabdil) dalam kehidupan akan berlaku di mana kemakmuran, keamanan, kedamaian dan keadilan akan menjadi nikmat yang boleh dimiliki oleh setiap makhluk yang mendiami negeri itu.
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmatNya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang besar.” (QS Al-Fath : 1-3)
Apakah usaha-usaha yang mesti dilakukan yang akan menjadi faktor penentu sehingga kita layak mendapat kemenangan dari Allah?
FAKTOR PERTAMA : Membersihkan niat beramal dari segala motivasi yang tidak bersih.
Itulah ikhlas di mana ianya adalah faktor pertama yang paling penting bagi terbukanya pintu kemenangan dari Allah.
Nilai suatu pekerjaan sangat bergantung kepada kadar keikhlasan pelakunya. Meskipun secara zahirnya sesuatu pekerjaan itu nampak berat dan besar dalam rangka untuk membela kepentingan Islam, namun bila pelakunya tidak memiliki niat yang ikhlas, maka amalnya akan sia-sia bahkan mungkin akan mendatangkan siksa.
Ada orang yang mungkin melakukan pekerjaan yang dinilai baik di mata manusia, tapi ia berniat melakukannya untuk kemasyhuran atau kepentingan duniawi lainnya. Orang seperti ini tidak akan mendapat pertolongan Allah.
Dengan kata lain, wujudnya keikhlasan tidak sekali-kali terlihat sekadar bila seseorang melakukan sesuatu pekerjaan yang berat dan menanggung risiko.
Bahkan dalam medan jihad, pernah diceritakan di dalam sebuah hadith kisah seorang pemuda yang dilihat cukup gagah berani di medan pertempuran. Namun Rasulullah mengatakan pemuda itu adalah penghuni neraka. Di akhir pertempuran, para sahabat mendapati pemuda itu menghunus pedangnya ke tubuhnya sendiri lantaran tidak kuat menahan luka.
FAKTOR KEDUA : Berdoa dengan penuh kepasrahan kepada Allah swt.
Dalam Al-Qur'an disebutkan :
"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan penuh rendah diri dan suara yang lembut…" (QS Al-A'raf : 55)
Berdoa dengan rasa rendah diri dan suara lembut merupakan salah satu bentuk kesungguhan dan kepasrahan di hadapan Allah.
Memanjatkan doa kepada Allah mesti dilakukan dengan hati yang sungguh-sungguh dan penuh konsentrasi sebagai bukti kerendahan dan harapan penuh kita kepada Allah swt. Permohonan seperti ini, insyaAllah akan dikabulkan.
Rasulullah saw bersabda :
"Adakalanya seseorang yang rambutnya terurai dan berdebu, bahkan diusir dari semua pintu rumah orang kerana hina dalam pandangan manusia, namun kalau ia sungguh-sungguh meminta kepada Allah, pasti Allah akan mengabulkannya." (HR Muslim)
FAKTOR KETIGA : Yakini bahwa kehidupan ini adalah ladang amal tanpa batas untuk meraih kebahagiaan di akhirat.
Ruang lingkup amal yang mesti dilakukan itu meliputi seluruh waktu kehidupan seseorang. Selama mana ia masih hidup, selama itu pula ia diperintahkan untuk terus berusaha dan berjuang sebatas kemampuan yang dimiliki.
Tidak ada ujian hidup yang melanggar kemampuan batas kemanusiaan.
Dalam surah Al-Baqarah, Allah swt telah menegaskan :
"Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sebatas kemampuannya."
"Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sebatas kemampuannya."
Seberat apapun ujian dan kesulitan hidup, pasti masih berada dalam batas kemampuan manusia untuk memikulnya dan manusia dapat memikul beban tersebut hanya dengan kualiti iman yang baik.
FAKTOR KEEMPAT : Hindarkan diri kita daripada mengatakan bahwa kita sudah habis kesabaran menghadapi keadaan yang tidak sesuai.
Ini adalah kerana pada dasarnya batas kesabaran itu tidak ada. Batas kesabaran,adalah sama dengan batas kehidupan manusia dan selama itu tidak ada pernyataan bahwa kesabaran kita sudah habis.
Sabar ertinya :
1. Tahan menderita menghadapi perkara-perkara yang tidak menyenangkan diri.
2. Sanggup menahan diri ketika memperolehi perkara- perkara yang menyenangkan sehingga tidak terjerumus kepada perbuatan maksiat.
Bersabar dalam penderitaan dan kesenangan menjadikan seseorang sentiasa dekat kepada Allah dan menjaga diri dari segala perkara yang boleh menimbulkan kemurkaan Allah.
Orang semacam ini berhak mendapat kasih sayang Allah sehingga menjadi hamba yang dekat dengan Allah. Pertolongan Allah pun sangat mungkin turun pada hamba-hambaNya yang bersabar.
Justeru dengan bersabarlah para salafus soleh merasakan kenikmatan dalam hidup seperti yang dikatakan oleh Umar bin Al Khattab :
"Kami mendapatkan kebaikan hidup kami dengan bersabar."
Ali bin Abu Talib mengatakan :
"Ketahuilah bahwa kedudukan sabar bagi iman adalah seperti kedudukan kepala bagi
tubuh. Jika kepala terputus, maka matilah badan."
Kemudian ia meninggikan suaranya sambil berkata :
"Ketahuilah bahwa tidak beriman orang yang tidak bersabar."
Umar bin Abdul Aziz mengatakan :
"Allah tidak memberi suatu kenikmatan pada hambaNya, kemudian Dia mencabutnya
dari orang itu dan menggantinya dengan sabar, maka penggantinya itu lebih baik daripada apa yang dicabut darinya."
Itulah pertolongan Allah.
FAKTOR KELIMA : Pantang berputus asa dari rahmat Allah.
Rasulullah saw pernah bersabda :
"Tiga golongan yang kelak tidak akan diperiksa lagi perkaranya (di akhirat).
Iaitu …. orang-orang yang berputus asa dari rahmat Allah." (HR Thabrani, Abu
Ya'la dan Bukhari dalam kitab Adab)
Putus asa ialah sikap tidak mempunyai harapan baik akan masa depan.
Sikap putus asa timbul pada diri orang yang kurang beriman pada kemurahan Allah swt kepada makhlukNya.
Lantaran keadaan tersebut, seseorang bahkan menuduh Allah tidak adil kerana menjadikan dirinya dalam kesulitan atau kesusahan.
Dengan kata lain, orang yang putus asa adalah orang yang mengingkari sifat keadilan, kemurahan dan kebijaksanaan Allah kepada makhlukNya. Sikap ini pasti menjadikan Allah murka.
FAKTOR KEENAM : Tetap memelihara sikap istiqamah.
Ini dapat dilakukan dengan memperbanyakkan ibadah dan menjauhi maksiat. Orang yang istiqamah atau berpegang teguh pada petunjuk Allah akan sentiasa dituntun pada kebenaran.
Orang yang istiqamah dalam menjalani kehidupan di dunia ini akan dibebaskan oleh Allah dari :
a. Perasaan resah.
b. Perasaan takut.
c. Perasaan khuatir menghadapi segala ujian dan dugaan hidup.
Orang-orang semacam ini sentiasa berada di bawah kasih sayang Allah. Di manapun mereka berada mereka sentiasa dinaungi malaikat rahmat, kerana mereka sentiasa dekat dengan Allah.
Bersabar dalam penderitaan dan kesenangan menjadikan seseorang sentiasa dekat kepada Allah dan menjaga diri dari segala perkara yang boleh menimbulkan kemurkaan Allah.
Orang semacam ini berhak mendapat kasih sayang Allah sehingga menjadi hamba yang dekat dengan Allah. Pertolongan Allah pun sangat mungkin turun pada hamba-hambaNya yang bersabar.
Justeru dengan bersabarlah para salafus soleh merasakan kenikmatan dalam hidup seperti yang dikatakan oleh Umar bin Al Khattab :
"Kami mendapatkan kebaikan hidup kami dengan bersabar."
Ali bin Abu Talib mengatakan :
"Ketahuilah bahwa kedudukan sabar bagi iman adalah seperti kedudukan kepala bagi
tubuh. Jika kepala terputus, maka matilah badan."
Kemudian ia meninggikan suaranya sambil berkata :
"Ketahuilah bahwa tidak beriman orang yang tidak bersabar."
Umar bin Abdul Aziz mengatakan :
"Allah tidak memberi suatu kenikmatan pada hambaNya, kemudian Dia mencabutnya
dari orang itu dan menggantinya dengan sabar, maka penggantinya itu lebih baik daripada apa yang dicabut darinya."
Itulah pertolongan Allah.
FAKTOR KELIMA : Pantang berputus asa dari rahmat Allah.
Rasulullah saw pernah bersabda :
"Tiga golongan yang kelak tidak akan diperiksa lagi perkaranya (di akhirat).
Iaitu …. orang-orang yang berputus asa dari rahmat Allah." (HR Thabrani, Abu
Ya'la dan Bukhari dalam kitab Adab)
Putus asa ialah sikap tidak mempunyai harapan baik akan masa depan.
Sikap putus asa timbul pada diri orang yang kurang beriman pada kemurahan Allah swt kepada makhlukNya.
Lantaran keadaan tersebut, seseorang bahkan menuduh Allah tidak adil kerana menjadikan dirinya dalam kesulitan atau kesusahan.
Dengan kata lain, orang yang putus asa adalah orang yang mengingkari sifat keadilan, kemurahan dan kebijaksanaan Allah kepada makhlukNya. Sikap ini pasti menjadikan Allah murka.
FAKTOR KEENAM : Tetap memelihara sikap istiqamah.
Ini dapat dilakukan dengan memperbanyakkan ibadah dan menjauhi maksiat. Orang yang istiqamah atau berpegang teguh pada petunjuk Allah akan sentiasa dituntun pada kebenaran.
Orang yang istiqamah dalam menjalani kehidupan di dunia ini akan dibebaskan oleh Allah dari :
a. Perasaan resah.
b. Perasaan takut.
c. Perasaan khuatir menghadapi segala ujian dan dugaan hidup.
Orang-orang semacam ini sentiasa berada di bawah kasih sayang Allah. Di manapun mereka berada mereka sentiasa dinaungi malaikat rahmat, kerana mereka sentiasa dekat dengan Allah.
Orang yang dekat dengan Allah sentiasa didengar dan diperhatikan oleh Allah sehingga mereka merasa aman dan tenteram tanpa sedikitpun merasa sedih dan was-was menghadapi halangan hidup.
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan "Rabb kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) berduka cita."(QS Fusshilat : 30)
FAKTOR KETUJUH : Jangan sekali-kali menyalahkan ketentuan Allah.
Rasulullah saw bersabda :
"Tidak sekali-kali seorang muslim di bumi ini berdoa pada Allah meminta suatu permintaan, melainkan Allah akan memberi apa yang ia minta atau memalingkan darinya suatu kejahatan yang semisal dengan permintaannya, selagi ia tidak berdoa meminta suatu dosa atau memutuskan silaturahim."
Maka ada seseorang berkata :
"Kalau demikian, kami akan memperbanyakkan (berdoa)."
Baginda menjawab :
"Allah Maha Memberi." (HR Tirmidzi)
FAKTOR KELAPAN : Pelajari dan lakukan sebab-sebab logik bagi datangnya pertolongan Allah.
Pertolongan Allah tidak akan datang bagi seseorang yang tidak mahu melakukan sesuatu yang boleh mendatangkan keberhasilan sesuai dengan sunnatullah dalam alam semesta ini.
Keinginan untuk lulus dalam ujian mesti diiringi dengan usaha belajar dengan baik.
Keinginan untuk memperolehi rezeki yang banyak mesti diiringi dengan sikap tabah, cermat, tekun, disiplin dan profesionalisma yang tinggi.
Harapan agar keadaan umat Islam berubah menuju kejayaan, mesti didukung dengan usaha mendidik dan membina masyarakat muslim yang memiliki kefahaman dan komitmen agama yang baik kerana itulah asas dan syarat utama kemenangan umat Islam. Begitulah seterusnya.
Setelah sikap-sikap di atas mampu dimiliki, maka nantikanlah pertolongan Allah yang pasti datang.
Allah swt berfirman dalam salah satu hadits qudsi :
"Barang siapa yang memusuhi wali (kekasih)Ku, maka sungguh Aku telah mengumumkan perang terhadapnya, dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaKu dengan suatu perbuatan yang lebih Aku cintai daripada apa-apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. Dan seorang hambaKu terus menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya. Dan bila Aku mencintainya, Akulah pendengarannya yang dengannya ia mendengar, Akulah penglihatannya yang dengannya ia melihat, Akulah tangannya yang dengannya ia memukul, dan Akulah kakinya yang dengannya ia berjalan, Kalau ia meminta padaku, niscaya Aku beri dan jika ia meminta perlindungan kepadaKu niscaya Aku lindungi." (HR Muslim)
Hanya sahaja, perlu dicatatkan di sini iaitu jangan disalahertikan bahwa pertolongan Allah itu sentiasa datang dalam bentuk yang sesuai dengan keinginan kita.
Boleh sahaja Allah memberi pertolongan bukan dalam bentuk yang kita ingini, bahkan sebaliknya namun hendaklah kita pastikan bahwa itu adalah permulaan dari sesuatu yang baik.
Ya Allah, kurniakanlah kemenangan hakiki kepada kami setelah kami melengkapkan faktor-faktor yang akan membuka pintu pertolonganMu dengan kehendakMu. Sesungguhnya Engkau akan sentiasa membantu pejuang-pejuang agamaMu selagimana mereka tetap berada di atas jalanMu yang lurus di samping mengikuti sunnah NabiMu saw sehingga Engkau berikan kekuasaan kepada hamba-hamba pilihanMu bagi menegakkan syariatMu di muka bumi ini.
Ameen Ya Rabbal Alameen"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan "Rabb kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) berduka cita."(QS Fusshilat : 30)
FAKTOR KETUJUH : Jangan sekali-kali menyalahkan ketentuan Allah.
Rasulullah saw bersabda :
"Tidak sekali-kali seorang muslim di bumi ini berdoa pada Allah meminta suatu permintaan, melainkan Allah akan memberi apa yang ia minta atau memalingkan darinya suatu kejahatan yang semisal dengan permintaannya, selagi ia tidak berdoa meminta suatu dosa atau memutuskan silaturahim."
Maka ada seseorang berkata :
"Kalau demikian, kami akan memperbanyakkan (berdoa)."
Baginda menjawab :
"Allah Maha Memberi." (HR Tirmidzi)
FAKTOR KELAPAN : Pelajari dan lakukan sebab-sebab logik bagi datangnya pertolongan Allah.
Pertolongan Allah tidak akan datang bagi seseorang yang tidak mahu melakukan sesuatu yang boleh mendatangkan keberhasilan sesuai dengan sunnatullah dalam alam semesta ini.
Keinginan untuk lulus dalam ujian mesti diiringi dengan usaha belajar dengan baik.
Keinginan untuk memperolehi rezeki yang banyak mesti diiringi dengan sikap tabah, cermat, tekun, disiplin dan profesionalisma yang tinggi.
Harapan agar keadaan umat Islam berubah menuju kejayaan, mesti didukung dengan usaha mendidik dan membina masyarakat muslim yang memiliki kefahaman dan komitmen agama yang baik kerana itulah asas dan syarat utama kemenangan umat Islam. Begitulah seterusnya.
Setelah sikap-sikap di atas mampu dimiliki, maka nantikanlah pertolongan Allah yang pasti datang.
Allah swt berfirman dalam salah satu hadits qudsi :
"Barang siapa yang memusuhi wali (kekasih)Ku, maka sungguh Aku telah mengumumkan perang terhadapnya, dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaKu dengan suatu perbuatan yang lebih Aku cintai daripada apa-apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. Dan seorang hambaKu terus menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya. Dan bila Aku mencintainya, Akulah pendengarannya yang dengannya ia mendengar, Akulah penglihatannya yang dengannya ia melihat, Akulah tangannya yang dengannya ia memukul, dan Akulah kakinya yang dengannya ia berjalan, Kalau ia meminta padaku, niscaya Aku beri dan jika ia meminta perlindungan kepadaKu niscaya Aku lindungi." (HR Muslim)
Hanya sahaja, perlu dicatatkan di sini iaitu jangan disalahertikan bahwa pertolongan Allah itu sentiasa datang dalam bentuk yang sesuai dengan keinginan kita.
Boleh sahaja Allah memberi pertolongan bukan dalam bentuk yang kita ingini, bahkan sebaliknya namun hendaklah kita pastikan bahwa itu adalah permulaan dari sesuatu yang baik.
Ya Allah, kurniakanlah kemenangan hakiki kepada kami setelah kami melengkapkan faktor-faktor yang akan membuka pintu pertolonganMu dengan kehendakMu. Sesungguhnya Engkau akan sentiasa membantu pejuang-pejuang agamaMu selagimana mereka tetap berada di atas jalanMu yang lurus di samping mengikuti sunnah NabiMu saw sehingga Engkau berikan kekuasaan kepada hamba-hamba pilihanMu bagi menegakkan syariatMu di muka bumi ini.
WAS