Pernahkah
:
1.
Kita disakiti di jalan Allah?
2.
Kita disakiti oleh objek dakwah kita
dengan sikap acuh tak acuh mereka terhadap seruan yang kita lakukan?
3.
Kita disakiti dengan kurangnya
kehadiran mad’u ke program dakwah dan tarbiyah?
4.
Kita digelar sebagai teroris atau
ekstremis kepada sebuah institusi dakwah yang sah dari segi undang-undang?
Di sudut
yang lebih dekat dengan diri kita sendiri,
Apakah
pernah kita disakiti oleh saudara seperjuangan kita dengan :
a.
Komunikasi yang buruk?
b.
Wajah yang tidak ceria?
c.
SMS yang menghina?
d.
Whatapps yang menusuk jantung hati
kita?
Firman
Allah swt :
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan
berfirman):“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang
beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan , (kerana)
sebahagian kamu adalah turunan dari sebahagian yang lain. Maka orang-orang yang
berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya,yang disakiti pada jalan-Ku,
yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan
kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam syurga
yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan
Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.” (QS Ali Imran : 195)
Lalu, mari kita cuba bayangkan jika kita
kembali ke zaman lampau iaitu 1,400 tahun yang lalu.
Cuba kita bayangkan kota Makkah
dengan lembah-lembah dan gunung-gunungnya lalu kita bayangkan peribadi yang :
1. Paling bengis kepada dakwah.
2. Paling besar pertentangannya.
3. Paling besar usahanya untuk memadamkan cahaya Allah.
Ya, beliaulah Amr bin Hisyam atau
biasa kita kenali dengan nama ‘Abu Jahl’.
Namun, terhadap orang yang seperti ini,
ternyata Rasulullah saw tidak penah meninggalkannya dalam dakwah.
Disebutkan dirinya dalam doa
Rasulullah saw yang mulia :
“Ya
Allah, kuatkanlah Islam ini dengan masuknya salah seorang dari dua Umarain, Umar
bin Al Khattab atau Amr bin Hisyam”.
Rasulullah saw tidak pernah berhenti
berdakwah kepadanya sehinggalah sampai kepada perang badar yang mengakhiri riwayat
hidupnya.
‘Abu Jahl’ mati dalam keadaan kafir setelah dengan lantang berteriak :
“Ya
Allah sekiranya yang dibawa oleh Muhammad itu benar, hujanilah sahaja kami
dengan batu.”
Lalu, apakah kita sudah berusaha sekuat
Rasulullah saw dalam berdakwah kepada setiap objek dakwah kita?
Rasulullah saw lah orang yang pertama
yang menjenguk ketika ‘Abu Jahl’ sakit, walaupun sebagai
balasan, dilemparkannya kotoran dan isi perut unta ke belakang baginda ketika baginda
sedang solat berdekatan dengan ka’abah.
Sungguh, “merasa” disakiti di jalan dakwah adalah suatu perkara yang biasa
apatah lagi oleh objek dakwah kita.
Rasulullah saw pernah dilempar,
dicaci, dihina, digelar pendusta, tukang sihir dan segala ungkapan kasar
lainnya.
Namun, baginda hanya berdoa :
“Ya
Allah, semoga Engkau mengeluarkan keturunan yang menyembah Engkau dari sulbi
mereka.”
Tentang disakiti oleh saudara kita,
sesama pejuang dakwah, sampai saat ini, kita seharusnya benar-benar yakin bahwa
:
a.
Yang menyatukan hati-hati kita,
hanyalah Allah!!
b.
Yang membuat kita saling mencintai antara
satu sama lain, hanyalah Allah!!
c.
Yang menumbuhkan prasangka baik
sesama kita, hanyalah Allah!!
d.
Yang masih mengizinkan kita untuk
terus menjejaki jalan juang ini, hanyalah Allah!!
Sungguh sangat mudah bagi Allah
untuk mengganti kita dengan kaum :
1. Yang lebih baik.
2. Yang lebih bijaksana.
3. Yang lebih kuat.
4. Yang lebih soleh.
5. Yang lebih berilmu daripada kita.
Akan tetapi, tidakkah kita akan
mengambil pelajaran dari Bani Israil? Iaitu kaum yang paling banyak diceritakan
di dalam Al-Quran.
Ketika Allah swt memberikan muatan
sejarah kepada mereka dengan sebutan umat yang terbaik, namun mereka kemudiannya
mengingkari peranan sejarah mereka.
Mereka :
a. Mengingkari perintah-perintah Allah yang ditujukan kepada
mereka.
b. Membunuh para Nabi.
c. Menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang murah sehingga
mereka menjadi kaum yang dilaknat oleh Allah hingga ke saat ini.
Kemudian, Allah memenuhi janjiNya di
mana dikeluarkanlah umat terbaik dalam sejarah umat manusia dan mereka adalah generasi
terbaik yang pernah disaksikan oleh sejarah di mana :
1.
Bersih akidah mereka.
2.
Jujur lisan mereka.
3.
Baik akhlak mereka.
Merekalah generasi pertama umat ini.
Namun, apakah mereka :
a. Bersih dari perselisihan?
b. Sekumpulan malaikat yang sama sekali bersih dari prasangka,
bebas dari ‘ghibah’, bebas dari segala aspek kemanusiaan yang melekat pada
diri mereka?
Ternyata tidak, kerana dari fakta
sejarah :
1.
Bilal dan Abdurrahman bin Auf pernah
bertengkar.
2.
Ali bin Abi Talib dan Thalhah bin
Ubaidillah pernah berbeza pasukan dalam perang unta.
3.
Umar pernah bertentangan dengan
Khalid bin Al Walid.
Lalu, apakah yang mereka utamakan
ketika sedang berselisih faham?
Ajaran agama yang mulia ini
mengajarkan bahwa dalam keadaan apapun, IMAN lah yang mesti diutamakan.
Sekali lagi ‘IMAN’, bukan yang lain.
Imanlah yang melahirkan prasangka
baik.
Maka menangislah Thalhah, ketika ia perlu
berhadapan dengan Ali. Teringat di saat mereka berdua beriringan mendampingi
Rasulullah saw. Lalu mengapa mereka sekarang perlu berhadapan dalam dua pasukan
yang berbeza?
Maka ridhalah Khalid ketika Umar menurunkannya
dari jawatan panglima perang dan mengutamakan baik sangka kepadanya.
“Aku
berperang bukan kerana Umar, tapi kerana Tuhan Umar.”
Maka menangislah Umar, ketika ia
tahu bahwa Khalid sudah meninggal dan berkata :
“Tidakkah
ada perempuan Arab yang masih mampu melahirkan Khalid bin Al Walid?”
Ya, itulah bahasa ‘IMAN’.
Adakah ianya sukar??
Ya, jalan ini memang tidak akan dapat
dilalui dengan mudah.
Sudut-sudut ke”manusia”an akan sentiasa
bertempur dengan sudut-sudut Ilahiyah dan keduanya akan saling bertempur sehingga
kita berharap sudut iman kita akan sentiasa memenangkan pertempuran dengan sudut
kemanusiaannya.
Ianya persis seperti Siti Hajar pada
ketika ia bertanya kepada suami yang dikasihinya.
“Apakah
ini perintah Allah?”
Seraya menenangkan hatinya dengan
ungkapan begitu :
“Jika
ini perintah Allah, maka sungguh Ia tidak akan pernah menyia-nyiakan kami.”
Di atas jalan ini, baik sangka perlulah
menjadi sebuah kemestian dan ketika ada sedikit pergeseran antara kita dengan
saudara kita, maka yang pertama sekali perlu diperiksa adalah, keadaan iman
kita kerana tidak mungkin tidak bertemu dua hati yang menuju satu titik
penghambaan kepadaNya.
“Yang mempersatukan
hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan
semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan
hati mereka, akan tetapi Allah telah
mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha
Bijaksana.” (QS Al Anfal : 63)
DAKWAH DAN
KEMENANGAN
Mari kita belajar dari sejarah dan
masa silam untuk kemudiannya membuatkan kita mampu melompat lebih tinggi di
masa hadapan.
Dari kaum Nuh kita belajar :
“Lalu,
mereka mendustakan Nuh, kemudian kami selamatkan dia dan orang-orang yang
bersamanya dalam bahtera, dan kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).” (QS
Al-A'raf : 64)
Dari kaum Hud kita belajar :
“Dan
tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Hud, dan orang-orang yang beriman
bersama dia dengan rahmat dari Kami, dan Kami selamatkan (pula) mereka (di
akhirat) dari azab yang berat.” (QS Hud : 58)
Dari kaum Soleh kita belajar :
“Maka
tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Soleh serta orang-orang yang beriman
bersama dia dengan rahmat dari Kami, dan (Kami selamatkan) dari kehinaan di
hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah, Yang Maha Kuat, lagi Maha Perkasa. Dan
satu suara keras yang mengguntur, menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu
mereka mati bergelimpangan di rumah mereka.” ( QS Hud : 66-67)
Dari kaum Syu’aib kita juga belajar
:
“Dan
tatkala datang azab Kami, kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman
kepadanya dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh
satu suara yang menggelegar, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumah
mereka.” (QS Hud : 94)
Dari Bani Isra’il dan Fir’aun kita
belajar :
“Kemudian
kami menghukum mereka, maka kami tenggelamkan mereka di laut, disebabkan mereka
mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat
kami. Dan kami wariskan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian
timur bumi, dan bahagian baratnya yang Kami beri keberkatan padanya. Dan telah
sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil,
disebabkan kesabaran mereka. Dan kami hancurkan apa yang telah dibuat Firaun,
dan kaumnya dan apa yang telah dibangunkan mereka.” (QS Al- A’raf : 136-137)
Dari ayat-ayat di atas, kita belajar
tentang “kemenangan” dakwah terhadap kaum terdahulu.
Namun ada sesuatu yang berbeza
ketika kita membandingkan apa makna kemenangan dari rasul-rasul terdahulu,
dengan umat ini, dengan rasulnya yang mulia, Nabi Muhammad saw setelah mereka semuanya disakiti di jalan Allah.
Jika pada umat yang terdahulu, Allah
menurunkan secara langsung azabNya bagi mereka yang tidak beriman dan
menyelamatkan orang-orang yang beriman, namun untuk umat Rasulullah saw, Allah
mengajarkan kepada kita sesuatu yang lebih bernilai.
Ianya adalah dakwah, menyeru kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.
“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Ali Imran :
110)
Dakwahlah
yang membuatkan kita menyandang gelaran umat yang terbaik sehingga akhirnya
kita faham bahwa kemenangan ini bukan hanya ketika kita berhasil
menguasai wilayah, penduduk ataupun posisi-posisi strategik pemerintahan dan
struktur masyarakat.
Kemenangan
ini adalah kemenangan hati di alam jiwa, di mana majoriti manusia akhirnya
tunduk dan patuh hanya pada satu ‘Ilah’ iaitu Allah
azza wajalla.
“Apabila
telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk
agama Allah dengan berbondong-bondong, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu
dan mohonlah ampun kepadaNya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Menerima taubat.” (QS
An-Nashr : 1-3)
Jika sudah demikian, maka janji
Allah pasti benar iaitu untuk menjadikan orang-orang beriman berkuasa di atas muka
bumi ini sebagaimana firmanNya :
“Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu, dan
mengerjakan amal-amal yang soleh, bahwa Dia, sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum
mereka berkuasa. Sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang diridhaiNya
untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka
berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu dengan
tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.” (QS An-Nur : 55)
IMAN, HIJRAH DAN JIHAD
Mari kita
hayati firman Allah swt berikut :
“(Sesungguhnya)
orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah dengan
harta benda dan jiwa mereka adalah lebih besar dan tinggi darjatnya di sisi
Allah (daripada orang-orang yang hanya memberi minum orang-orang Haji dan orang
yang memakmurkan masjid sahaja); dan mereka itulah orang-orang yang berjaya.”
(QS At-Taubah : 20)
Kita
fahami melalui ayat ini bahwa :
1.
Keimanan
sebagai teras.
2.
Hijrah
sebagai langkah awal.
3.
Jihad di
jalan Allah swt sebagai kemuncak perjuangan.
Jika tiga
unsur di atas wujud dalam perjuangan kita, maka ianya sudah merupakan kemenangan
bagi kita walaupun tidak membawa kepada natijah memperolehi sebarang kedudukan
di muka bumi ini.
Bahkan,
menang atau kalah dalam jihad bukan syarat untuk berjaya, kerana seseorang yang
telah melakukan jihad dengan keimanan dan keikhlasan bererti dia telahpun
berjaya atau menang.
Bahkan,
kita juga diajar konsep kemenangan teragung, iaitu, bukan di sini, tetapi di
akhirat sana di mana kita diajarkan oleh Allah swt melalui firmanNya seperti berikut :
“Tidaklah
sama ahli neraka dan ahli Syurga; ahli Syurgalah orang-orang yang beroleh
kemenangan (mendapat segala yang diingini).” (QS Al-Hasyr : 20)
Justeru,
ketika keluarga Yasir disiksa untuk memperjuangkan keimanan mereka, Rasulullah saw
menjelaskan didikan yang sama dengan menyebut (yang bermaksud) :
“Bersabarlah
wahai keluarga Yasir, kerana sesungguhnya tempat kamu adalah di syurga.”
Rasulullah
saw telah menolak tawaran jawatan di Makkah, atas dasar ingin meneruskan
perjuangan tersebut dan tidak semestinya perlu dimulakan dengan kekuasaan.
Ketika
Rasulullah saw dipujuk oleh bapa saudaranya untuk meninggalkan perjuangan
dakwah, Baginda saw secara jelas menjawab:
“Jika mereka
meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, agar aku
meninggalkan urusan (dakwah) ini, nescaya aku tidak akan meninggalkannya,
sehinggalahAllah swt menzahirkannya (memberi kemenangan) ataupun aku binasa
pada urusan ini.”
Jelas bagi
kita di mana natijah daripada usaha kita bukan sesuatu ukuran perjuangan kita.
Ada juga para rasul yang ditentang dan dibunuh oleh bangsa Yahudi, namun di
sisi Allah swt, mereka adalah orang-orang yang telah menang. Usaha kita dalam
melakukan usaha dakwah dan islah juga menyebabkan kita sudah dinilai sebagai
seorang yang menang di sisi Allah swt.
Allah swt
berfirman :
“Dan
hendaklah ada di antara kamu satu puak yang menyeru (berdakwah) kepada
kebajikan (mengembangkan Islam), dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik,
serta melarang daripada segala yang salah (buruk dan keji). Dan mereka yang
bersifat demikian ialah orang-orang yang menang.” (QS Ali-Imran : 104)
Kita
dididik dengan gambaran yang jelas tentang kemenangan yang hakiki. Kita dididik
dengan kefahaman yang jelas tentang erti kehidupan dan kehambaan, lalu kita
berusaha untuk mencapai sebuah matlamat yang lebih utama. Soal kemenangan untuk
mendapatkan apa yang diusahakan, itu adalah daripada Allah swt.
Mari kita
hayati firman Allah swt berikut :
“Wahai
orang-orang yang beriman! Mahukah Aku tunjukkan sesuatu perniagaan yang boleh
menyelamatkan kamu dari azab siksa yang tidak terperi sakitnya? Iaitu, kamu
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta kamu berjuang membela dan menegakkan
agama Allah dengan harta benda dan diri kamu; yang demikian itulah yang lebih
baik bagi kamu, jika kamu mengetahui. (Dengan itu) Allah akan mengampunkan
dosa-dosa kamu dan memasukkan kamu ke dalam taman-taman ( syurga) yang mengalir
di bawahnya beberapa sungai, serta ditempatkan kamu di tempat-tempat tinggal
yang baik dalam syurga “Adn”. Itulah kemenangan yang besar.” (QS As-Saf :
10-12)
Kita
memahami bahawasanya, hidup ini adalah sebuah perjuangan. Keinginan yang
mendalam untuk mendaulatkan agama Islam adalah keinginan yang murni. Allah swt
justeru menjanjikan kemenangan bagi mereka yang membantu agama Islam yang mulia
ini. Dalam perjuangan tersebut, sudah tentu tidak dijanjikan dengan hamparan
permaidani merah, melainkan merahnya darah. Mereka yang mengharapkan kesenangan
dalam perjuangan adalah mereka yang sejak dari mula tidak tahu apa itu
perjuangan dan tidak bersedia untuk melakukannya.
Allah swt
berfirman :
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal
belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum
kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan
(dengan bermacam-macam cubaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang
beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS Al-Baqarah : 214)
Kemenangan
yang sebenar adalah pada keyakinan kita bahawasanya, apabila sampai waktunya,
kemenangan pasti akan tiba, sedang bantuan Allah swt itu sangat dekat.
Andai
sirah Nabawiyyah menjadi pedoman perjuangan kita, kita pasti tidak merasa
lambatnya pertolongan Allah swt, kerana ujian dan cabaran yang kita hadapi
dalam perjalanan mendaulatkan Islam tidak sedahsyat apa yang dihadapi oleh
generasi awal, iaitu pada zaman Rasulullah saw dan para sahabat radhiallahu
anhum.
Dalam keadaan begitupun, ketika ditanya mengenai
pertolongan Allah swt, Allah swt mengingatkan betapa ianya dekat, kerana setiap
yang pasti tiba itu adalah dekat.
Jika kita lihat keadaan umat Islam menerima kemenangan
setelah lebih dari sepuluh tahun disakiti, bagaimana adabnya Rasulullah saw dan
para sahabat radhiallahu anhum memasuki kota Makkah pada peristiwa ‘Fath Makkah’, iaitu dengan :
a.
Penuh
rendah diri di hadapan Allah swt.
b.
Penuh
kasih sayang kepada mereka yang pernah memusuhi dan menyakitiya.
c.
Sifat
kemaafan dan rahmat yang tersebar dalam meraih kemenangan tersebut.
Maka apakah semua ciri-ciri tersebut sudah lahir dalam
perjuangan kita pada masa ini bagi melayakkan kita untuk mendapat kemenangan tersebut.
Akhir sekali, mari kita meneliti kata-kata Imam
Hasan Al Banna :
“Sesungguhnya
keikhlasan adalah asas sebuah kemenangan dan sesungguhnya ditangan Allah-lah
semua urusan. Sesungguhnya para pendahulu kamu yang mulia tidak mencapai
kemenangan kecuali dengan :
a.
Kekuatan
iman mereka.
b.
Kesucian
jiwa dan kebersihan diri.
c.
Keikhlasan
hati dan amal mereka dari ikatan apapun atau pemikiran.
Mereka
menjadikan segala sesuatu sesuai dengan nilai-nilai keikhlasan tersebut
sehingga jiwa mereka menyatu dengan aqidah, dan aqidah mereka menyatu dengan
jiwa-jiwa mereka.
Merekalah
sesungguhnya gagasan itu, dan gagasan itulah mereka. Jika kamu sedemikian maka
fikirkanlah, sesungguhnya Allah mengilhamkan kepada kamu kebijaksanaan dan
kebenaran, maka amalkanlah dan sesungguhnya Allah membantu kamu dengan kekuatan
dan kemenangan.
Namun, jika
di antara kamu ada yang :
1.
Menghidap
penyakit hati.
2.
Matlamat
hidupnya berpenyakit.
3.
Kehilangan
harapan dan keinginan.
4.
Memiliki
luka masa lalu.
Maka,
keluarkanlah dia dari barisan kamu, kerana sesungguhnya ia adalah penghalang
turunnya rahmat, yang terkurung tanpa ada taufik dari Allah.”
Ya Allah, sesungguhnya kami memahami bahwa
kemenangan itu datang bersama dengan perjuangan dan usaha yang
bersungguh-sungguh yang dicurahkan di jalanMu walaupun dengan perjuangan itu
kami disakiti, dihina, dipulaukan, dirampas hak kemanusiaan, dihalau keluar
dari tanah air, diperlakukan dengan zalim namun cahaya kemenangan sentiasa
bersama dengan mereka-mereka yang beriman, berhijrah dan berjihad di jalanMu.
Kurniakanlah kemenangan hakiki itu kepada kami.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
terbaik isiinya..minta izin copy..