Imam Hasan Al
Banna pernah menyampaikan ceramahnya di serambi Madinah semasa beliau
berkunjung ke Tanah Suci bagi mengerjakan ibadah haji.
Mari kita
sama-sama telusuri peringatan-peringatan yang disampaikan oleh beliau semoga kita
mampu mengambil iktibar darinya serta mendapatkan manfaat yang
sebanyak-banyaknya.
Wahai saudaraku
yang mulia. aku sampaikan salam penghormatan Islam, salam penghormatan dari
sisi Allah yang baik dan diberkati, Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
Amma ba’du. Alangkah bahagianya aku dapat
berjumpa dengan kamu semua di serambi Madinah Al Munawwarah, kerana keutamaan
Rasulullah shalallahu ‘alayhi
wa sallam.
a. Tanah
Madinah adalah berkat.
b. Udaranya
berkat.
c. Langitnya
berkat.
d. Semua
yang ada di dalamnya adalah berkat.
e. Bahkan,
Madinah adalah sumber keberkatan, kebaikan dan cahaya.
Saudaraku
sekalian, aku datang untuk berkenalan dengan kamu semua dan untuk menyatukan perkataan
sebagaimana yang diserukan oleh Al-Qur’anul Karim. Aku ingin mengarahkan
perhatian kamu, bahwa agama yang ‘hanif’ ini
telah menyelamatkan kita dari kegelapan kejahilan kepada cahaya petunjuk dan
pengetahuan.
“Sesungguhnya
telah datang kepada kamu cahaya
dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itu Allah menunjuki
orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan
Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada
cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan
yang lurus.” (QS Al- Maidah : 15-16)
Dunia
ketika ini dalam keadaan bingung. Dunia tumbuh di atas :
1. Kerosakan
aqidah.
2. Kegelapan
kejahilan
Sehingga
ia dibangun tanpa asas serta bekerja tanpa petunjuk. Kemudian Islam datang untuk
menerangkan jalan yang lurus kepadanya.
“Maka
apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah
dan keridhaan(Nya) itu yang baik ataukah orang-orang yang mendirikan
bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama
dengan dia ke neraka Jahannam?”(QS
At-Taubah : 109)
Islam
datang dengan beberapa asas yang dijadikannya sebagai tapak bagi bangunan
Islam. Jumlahnya ada tujuh asas dan aku akan menjelaskannya kepada kamu semua.
ASAS
PERTAMA : IMAN
Apabila
iman kita kuat, kita pun menjadi kuat dan kemenangan akan sentiasa menyertai
kita.
“Dan
Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.”(QS Ar-Rum : 47)
“(Ingatlah)
ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku bersama kamu,
maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.’ Kelak akan Aku
jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala
mereka dan pancunglah tiap-tiap hujung jari mereka.” (QS Al-Anfal : 12)
“Sungguh
Allah telah menolong kamu dalam
peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Kerana itu bertaqwalah
kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (Ingatlah) ketika kamu mengatakan
kepada orang mu’min, ‘Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan
tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?’ Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap siaga, dan mereka
datang menyerang kamu dengan seketika
itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang diturunkan (dari
langit).” (QS Ali-lmran : 123-125)
Jika
keimanan yang kuat melekat di hati kita, maka segala kesulitan terasa ringan. Nabi
Musa alayhissalaam pernah keluar bersama kaumnya yang
berjumlah sedikit dan hampir dapat dikejar oleh Fir’aun dan bala tenteranya.
“Maka setelah kedua golongan itu saling
melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa,
‘Sesungguhnya kita akan benar-benar tersusul.'” (QS Asy- Syu’ara : 61)
Tetapi,
Musa yang hatinya telah dipenuhi dengan keimanan, mengatakan, “Sekali-kali tidak akan tersusul,
sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (QS Asy-Syu’ara : 62)
Saudaraku
sekalian, demikianlah keadaan rasul kita shalallahu
‘alayhi wa sallam ketika
berada di dalam gua, sedangkan Abu Bakar As Shiddiq radhliyallahu ‘anhu telah merasa khuatir terhadap
keselamatan baginda.
Sebagai menampakkan
kewujudan yang sempurna dari keimanan yang kuat, Nabi shalallahu ‘alayhi wa
sallam mengatakan, “Bagaimana pendapatmu, Abu Bakar, tentang
dua orang, yang Allah adalah yang ketiganya?”
“Janganlah
kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS
At-Taubah : 40)
Maka
Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan pelajaran yang agung.
“Jikalau kamu
tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah menolongnya (iaitu) ketika
orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia
salah seorang dari dua orang ketika keduanya berkata kepada temannya,
‘Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.’ Maka Allah
menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentera yang kamu tidak melihatnya, dan Allah
menjadikan seruan orang-orang kafir itulah
yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS At-Taubah : 40)
Sekarang
ada orang-orang yang mengatakan,
“Mereka adalah para nabi, tentu sahaja kita
tidak sama dengan mereka.”
Aku jawab,
“Sesungguhnya, selain memuliakan para
Rasul, Allah subhanahu wa
ta’ala juga memuliakan
pengikut-pengikut para rasul itu dan siapa sahaja yang mengikuti jejak mereka.”
Para sahabat
ketika berhadapan dengan orang-orang yang mengatakan :
‘Sesungguhnya
manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, kerana itu takutlah
kepada mereka,’ maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka
menjawab, ‘Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik
Pelindung.'” (QS Ali-lmran : 173)
Bahkan
Allah subhanahu wa ta’ala telah memperlakukan perkara demikian
itu secara umum.
“Sesungguhnya
Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan
pada hari berdirinya saksi-saksi
(hari Kiamat).” (QS Al-Mu’min : 51)
ASAS
KEDUA : ILMU
Ilmu
boleh membawa manusia kepada kebahagiaan dan ketinggian. Tidak ada kebangkitan
pada suatu umat tanpa ilmu. Orang-orang kafir tidak dapat berkuasa kecuali kerana
ilmu. Dan kita tidak mengalami kemunduran kecuali kerana kebodohan.
Ilmu dan
kebodohan adalah dua perkara yang tidak sama.
“Adakah
sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS Az-Zumar : 9)
Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda,
“Siapakah di antara kamu yang suka pergi ke
Bathan atau ke Atiq, lantas menemui unta yang gemuk, kemudian dibolehkan
membawanya tanpa dianggap berdosa atau bersalah?”
Maka para
sahabat menjawab,
“Wahai Rasulullah, kami semua suka.”
Maka baginda
bersabda,
“Sungguh, salah seorang dari kamu pergi ke
masjid, belajar satu ayat dari kitab Allah, itu lebih baik daripada seekor
unta. Dua ayat lebih baik daripada dua ekor unta, tiga ayat lebih baik daripada
tiga ekor unta, demikian seterusnya dengan hitungan yang lebih baik daripada
unta.”
Saudaraku
sekalian, yang aku maksudkan ilmu di sini adalah dengan kedua jenisnya, iaitu
ilmu deen (agama) dan ilmu duniawi. Bahkan, apabila umat memerlukan ilmu
duniawi, maka mencarinya merupakan kewajiban kifayah bagi umat tersebut.
Al-Qur’anul
Karim mengisyaratkan perkara itu di dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala,
“Tidakkah
kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan
dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara
gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang
hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata
dan binatang-binatang ternak ada
yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama’.” (QS Fathir : 27-28)
ASAS
KETIGA : HARTA
Harta
adalah perhiasan kehidupan di dunia. Ia merupakan urat nadi kehidupan dan bekalan
bangsa-bangsa.
“Dan
janganlah kamu serahkan kepada
orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasan kamu) yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.” (QS An-Nisaa’ : 5)
Maka
setiap individu dan bangsa wajib berusaha mencukupi keperluan dirinya dengan
cara bekerja. Seorang mu’min tidak selayaknya menggantungkan kehidupannya
kepada orang lain, meminta-minta kepada orang lain, kerana tangan yang di atas
itu lebih baik daripada tangan yang di bawah.
Allah subhanahu wa ta’ala telah
memerintahkan untuk bekerja.
“Maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan
hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS Al-Mulk : 15)
Para
sahabat radhliyallahu ‘anhum adalah orang-orang yang asalnya fakir,
lantas Allah menjadikan mereka kaya dan membukakan perbendaharaan Kisra (Parsi)
dan Kaisar (Romawi) untuk mereka.
Zuhud bukan bererti
kamu meninggalkan dunia dan membiarkannya dikelolakan dan dinikmati oleh
orang-orang kafir, sedangkan kamu tidak memperolehinya dengan memberi alasan
kepada sabda Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam,
“Ketahuilah,
sesungguhnya dunia adalah terkutuk dan segala yang ada di dalamnya adalah
terkutuk.”
Juga
sabda baginda shalallahu
‘alayhi wa sallam,
“Andaikata
berat dunia itu di sisi Allah setara dengan berat sayap nyamuk,
niscaya Allah tidak akan memberi minum orang kafir walaupun hanya
setitis air.”
Hakikat
zuhud, wahai saudaraku, adalah hendaklah kamu memiliki dunia sehingga bagi kamu
sama sahaja antara emas dan tanah, lantas menginfakkan harta kamu di jalan
Allah dalam keadaan lapang tanpa merasa sayang terhadap apa yang telah kamu
infakkan itu dan tanpa berlebih-lebihan, dengan syarat hendaklah hasil kerja kamu
diperolehi melalui jalan yang halal.
Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda kepada Amru bin Al Ash,
“Amru,
sebaik-baik harta halal adalah harta yang dimiliki oleh orang-orang yang soleh.”
Suatu
ketika Abdurrahman bin Auf datang kepada Aisyah, Ummul Mu’minin radhliyallahu ‘anha, Aisyah
berkata dengan nada bercanda,
“Abdurrahman, menurutku kamu akan masuk syurga
dengan merangkak dan tertinggal dari sahabat-sahabatmu kerana banyaknya harta
dan hisabmu.”
Maka Abdurahman
menjawab,
“Demi Allah, jika engkau mahu, aku akan
memasukinya dengan berlari.”
Aisyah bertanya,
“Bagaimana?”
Abdurahman balik
bertanya,
“Apakah engkau pernah mendengar kafilah
Mesir?”
Aisyah menjawab,
“Ya.”
Abdurrahman
berkata,
“Semua aku sedekahkan kepada orang-orang
fakir dan miskin.”
Aisyah berkata, “Jika demikian, engkau akan memasukinya
dengan berlari.”
Disebutkan
dalam sebuah hikayat bahwa seseorang membekalkan anaknya dengan sejumlah wang
agar digunakannya untuk berdagang. Hal itu dimaksudkan untuk menyiapkan anaknya
menghadapi masa depannya. Dalam perjalanan, anak itu melihat seekor serigala
yang lemah dan sudah tidak dapat mencari makan. Ia berfikir, dari mana serigala
itu makan? Tiba-tiba ia melihat singa membawa binatang mangsanya. Ia memakan
mangsanya sampai kenyang, kemudian melemparkan sisanya kepada serigala itu.
Serigala itu pun memakannya. Maka, pemuda itu berkata dalam hatinya, “Buat apa aku menyusahkan diri sendiri,
sedangkan Allah telah menjamin rezeki hamba-Nya?”
Ketika kembali
kepada ayahnya tanpa membawa hasil apa pun sesuai kehendak ayahnya, pemuda itu
menceritakan apa yang dilihatnya.
Maka sang ayah
berkata, “Aku ingin agar kamu menjadi
singa yang dapat memberi makan banyak serigala, bukan serigala yang memakan
sisa-sisa makanan singa.”
Wahai
saudaraku, janganlah lantaran zuhud, kamu meninggalkan dunia dan membiarkannya
dinikmati oleh orang-orang kafir dan digunakannya untuk memerangi kamu.
ASAS
KEEMPAT : KESIHATAN
Kesihatan
ibarat mahkota yang kamu kenakan di kepala dan hanya dapat dilihat oleh orang
yang tidak memilikinya.
Kekuatan dan kesihatan
merupakan hiasan bagi manusia. Oleh kerana itu, hendaklah kamu memperhatikannya,
kerana Nabi shalallahu ‘alayhi
wa sallam telah menganjurkannya kepada kita dan membuat peraturan untuk
itu,
“Sesungguhnya,
badanmu mempunyai hak atas
dirimu.”
Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam adalah penghulu dari orang-orang yang
sihat dan kuat. Baginda pernah bergusti melawan sepuluh orang dan berhasil mengalahkan
mereka semua.
Al-Qur’anul
Karim telah mengisyaratkan tentang kekuatan pada firman Allah,
“Sesungguhnya
Allah telah memilihnya menjadi raja
kamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh
yang perkasa.” (QS Al-Baqarah : 247)
Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam biasa memohon kepada Allah akan kesihatan,
samada di dunia ataupun di akhirat.
Salah satu doa baginda
shalallahu ‘alayhi wa sallam adalah
:
“Ya
Allah, anugerahkanlah aku kesihatan badan, anugerahkanlah aku kesihatan pendengaran
dan anugerahlah kepadaku kesihatan penglihatan.”
Baginda shalallahu ‘alayhi wa sallam berdoa,
“Ya
Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari
kekhuatiran dan kesedihan, aku berlindung kepadamu dari kelemahan dan
kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari kepengecutan dan
kebakhilan, dan aku berlindung kepada-Mu dari hutang yang menumpuk
dan paksaan orang. “
Baginda
telah menjelaskan kepada umat Islam, bagaimana memelihara kesihatan dan
kekuatan.
ASAS
KELIMA : KEKUATAN JIHAD
Hakikat
kaidah ini adalah persiapan dan kesiapan untuk menghadapi musuh. Allah telah
mewajibkan jihad kepada kita dan menjadikannya sebagai puncak ajaran Islam.
“Dan
berjihadlah kamu di jalan Allah dengan
jihad yang sebenar-benarnya.” (QS Al-Hajj : 78)
Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam bersabda dalam rangka menanamkan
motivasi berjihad,
“Ku
ingin kiranya aku terbunuh, kemudian hidup, kemudian dibunuh
lagi.”
Baginda bersabda
demikian, tiga kali.
Baginda shalallahu ‘alayhi wa sallam juga bersabda kepada Jabir bin
Abdullah - setelah ayahnya terbunuh sebagai syahid,
“Jabir, apakah yang telah dilakukan Allah
terhadap ayahmu?”
Jabir menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”
Baginda
bersabda, “Allah mendirikannya di
hadapan-Nya, lantas ia memohon kepada Allah agar dikembalikan ke dunia supaya dapat
berjihad dan dibunuh kembali, lantaran kemuliaan yang dilihatnya.”
Saudaraku
sekalian, jihad merupakan cita-cita yang dirindukan dan terus tersimpan dalam
diri mereka sampai mereka dapat mencapainya.
Untuk meraihnya
mereka rela mengorbankan apa pun yang sangat mereka cintai. Dalam bidang fiqh,
para fuqaha’ membuat bab khusus tentang jihad yang mereka namakan “Bab
Jihad”.
Para ahli
mengatakan,
“Barangsiapa yang memegang kunci-kunci
laut, maka kemenangan akan sentiasa menyertainya.”
Demikianlah
keadaan para salaf pendahulu kita. Mereka menguasai Gibraltar, Suez, Singapura,
Ghalambuli, Babul Mandab, dan selat-selat yang lain.
ASAS
KEENAM : HARGA DIRI DAN KEMULIAAN
Kemuliaan
merupakan sifat khas orang-orang yang beriman. Dengan kemuliaan itu,
orang-orang beriman menjadi umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia.
Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang memberikan kerendahan dirinya dengan sukarela, tanpa
dipaksa, ia bukan dari golonganku.”
Rasul shalallahu ‘alayhi wa sallam merasa senang apabila umatnya
mempunyai kemuliaan dan harga diri.
ASAS
KETUJUH : KEADILAN
Keadilan ertinya,
hendaklah dada kamu lapang, sehingga bersikap adil terhadap diri sendiri,
saudara-saudara kamu dan semua orang.
Inilah
saudaraku sekalian, jalan yang lurus.
Aku kagum dengan
perkataan sebahagian orang bahwa manusia itu dibahagi menjadi tiga.
PERTAMA :
Orang-orang yang mencari kebenaran, kemudian mengetahuinya tetapi lantas
menyimpang darinya.
KEDUA : Orang-orang yang mencari
kebenaran, tetapi tidak berhasil mengetahuinya.
KETIGA : Orang-orang
yang mencari kebenaran, kemudian mendapatkannya dan mereka konsisten
melaksanakannya.
1. Golongan
pertama akan binasa.
2. Golongan
kedua dimaafkan.
3. Golongan
yang ketiga adalah yang selamat atas izin Allah.
Aku
rasa cukuplah di sini, aku memohon ampunan kepada Allah untuk diriku dan kamu
semua. Semoga Allah melimpahkan solawat dan salam kepada Sayyidina Muhammad,
juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya.
Ya Allah, kurniakanlah
kepada kami perasaan kasih dan cinta kepada Rasul junjungan mulia yang telah
menunjukkan kepada kami jalan-jalan kehidupan yang perlu ditelusuri bagi
mendapatkan kemuliaan dan kemenangan yang hakiki.
Ameen Ya Rabbal
Alameen
WAS