skip to main | skip to sidebar

Tinta Perjalanan

Pages

  • Home
 
  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube
  • DheTemplate.com
  • Free Templates
  • Drop Menu 1
    • Child Menu 1.1
    • Child Menu 1.2
    • Child Menu 1.3
  • Drop Menu 2
    • Child Menu 2.1
    • Child Menu 2.2
    • Child Menu 2.3
  • Daily Update Templates

Ahlan Wasahlan


Perjalanan Menuju Allah.

Tuesday, 24 September 2013

Garis Besar Dakwah

Ditulis Oleh WAS Pada 04:00 – 0 Komen Anda
 

Sesungguhnya perlu kita fahami bahwa sesuatu tujuan atau matlamat tidak akan dapat diwujudkan semata-mata dengan banyaknya bilangan atau jumlah.

Ketahuilah bahwa kekuatan yang paling besar serta wasilah yang paling berkesan adalah kekuatan kerohanian yang mempunyai daya tarikan dan pengaruh yang menakjubkan.

Keyakinan kepada ideologi dan kesatuan di atas landasan keyakinan tersebut adalah segala-galanya dan sebuah dakwah tidak akan mampu meraih kejayaan kecuali apabila memenuhi tiga syarat-syarat khusus berikut :

a.      Mempunyai konsep.

b.     Memiliki ‘junud’ (perajurit/pendokong).

c.      Mempunyai ‘qaid’ (pemimpin).

Konsep itu perlulah :

1.     Jelas.

2.     Lengkap.

3.     Efektif.

Manakala ‘Junud’ (perajurit / pendokong) mestilah mempunyai :

a.      Keyakinan.

b.     Cinta.

c.      Pengorbanan.

Sedangkan pemimpin pula perlulah :

1.     Ikhlas.

2.     Cekap.

3.     Tegas.

Inilah garis-garis besar bagi sebuah dakwah yang menginginkan kejayaan dan berusaha untuk mempertahankan kewujudannya.

Jika kita meneliti pada garis-garis besar ini untuk melihat dakwah kita, maka kita dapati bahwa dakwah kita selaras dengannya, bahkan nampak seolah-olah dakwah ini dibentuk untuk melaksanakan garis-garis besar tersebut.

Jika kita melihat kepada konsep dakwah ini, maka kita mendapati bahwa konsepnya bersumber pada kitab Allah swt dan sunnah Rasulullah saw.

Di dunia ini tidak ada konsep yang lebih jelas, luas, lengkap dan berpengaruh melebihi kedua-duanya.

Allah swt telah menjadikan kejelasan sebagai simbol bagi Al  Qur’an dan menyebut Al Qur’an sebagai cahaya dan petunjuk.

“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu.” (QS An-Nahl : 89)

“Katakanlah, ‘Al-Qur’an itu petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.’” (QS Fushilat : 44)

Mengenai lengkapnya Al-Qur’an, cukuplah bagi kita informasi dari Allah swt.

“Tiadalah kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab.” (QS Al-An’am : 38)

Juga sabda Rasulullah saw :

“Tidaklah aku tinggalkan sesuatu pun yang dapat mendekatkanmu kepada Allah kecuali aku memerintahkanmu untuk melaksanakannya dan tidak ada satupun yang dapat menjauhkanmu dari Allah kecuali aku melarangmu darinya.”

Al-Qur’anul Karim itu berjalan selaras dengan kemajuan manusia dan tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan serta penemuan-penemuan. Ia sentiasa berjalan seiring, bahkan mendahuluinya.

Adapun pengaruh Al-Qur’an, tidak ada yang dapat disetarakan dengannya. Ia mampu :

a.      Memikat jiwa.

b.     Menguasai hati.

c.      Menggerakkan nurani.

Musuh-musuh Al-Qur’an sendiri mengakuinya dengan ucapan mereka :

“Sesungguhnya, di dalam Al-Qur’an ini terkandung kenikmatan dan keindahan, bahagian atasnya memberikan buah dan bahagian bawahnya memberikan kesuburan. Dan ia bukanlah perkataan manusia.”

Mereka juga mengatakan :

“Al-Qur’an adalah sihir.”

Allah juga berfirman seperti berikut :

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (iaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gementar kerananya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingati Allah.” (QS Az-Zumar : 23)

Pengaruh Al-Qur’an sedemikian rupa sehingga dapat mendorong seorang mukmin untuk menunjukkan semangat kepahlawanan dalam peperangan sehingga seolah-olahnya ia mirip dengan sebuah khayalan.

Seseorang di antara mereka ada yang dadanya tertembus tombak, sementara ia terus memerangi musuh-musuhnya hingga akhirnya gugur bersama kematian mereka.

Tombak menembusi punggungnya sedangkan ia tidak peduli seraya berkata :

“Dan aku bersegera kepada-Mu, ya Tuhanku, supaya Engkau ridha (kepadaku).” (QS Thaha : 84)

Inilah konsep yang berhasil diterapkan dan telah sekian lama dipraktikkan dalam kehidupan orang-orang muslim.

Adapun ‘jundiyyah’ (sifat kepahlawanan) yang indah dan ideal serta ketaatan yang nyata dan monumental dapat dilihat dalam diri sahabat-sahabat Rasulullah saw dan orang-orang yang meneladani kebaikan mereka.

Mereka adalah peribadi-peribadi yang mampu menggambarkan keimanan yang mendalam.

Perhatikanlah Abu Bakar As Shiddiq ra di mana pada suatu ketika memberitahu Abu Jahal  khabar tentang Isra’ Mi’raj lalu Abu Jahal dengan nada yang tidak percaya bertanya semula kepadanya :

“Apakah kamu mempercayainya, Abu Bakar?”

Abu Bakar menjawab :

“Kami telah mempercayainya tentang hal-hal yang lebih dari itu. Kami mempercayainya tentang khabar yang datang dari langit.”

Mengenai kecintaan yang mendalam dan kuat, maka tidak ada satu masyarakat pun yang dikenali dalam sejarah dan yang dibangunkan di atas landasan cinta sepertimana masyarakat Islam yang pertama.

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum kedatangan mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang-orang Muhajirin), dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” (QS Al-Hasyr : 9)

Mengenai kedermawanan dan pengorbanan yang ada pada mereka, maka pembicaraan mengenainya akan memakan waktu yang panjang dan tidak akan habis.

Seluruh kisah dalam sejarah berisi lembaran-lembaran putih yang menerangi perbuatan-perbuatan para tokoh, pahlawan dan singa yang gagah berani itu.

Adapun Rasulullah saw adalah representasi dari kepemimpinan Islam.

Manusia tidak pernah mengenal atau melihat di era sejarah mana pun, seorang pemimpin yang lebih ikhlas, cekap dan tegas daripada Rasulullah saw.

Baginda adalah seorang mukmin yang sabar dan ikhlas yang pernah berkata kepada bapa saudaranya :

“Demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, supaya aku meninggalkan urusan ini, niscaya aku tidak meninggalkannya, sampai aku binasa kerananya.”

Itulah Muhammad saw, seorang pemimpin yang istimewa dengan kecekapan, sikap spontannya dan kepandaiannya dalam mengelola urusan.

Seorang pemimpin yang tegas yang melancarkan serangan-serangan yang mengejutkan  musuh-musuh yang menentangnya dan meletakkan dasar-dasar ketegasan untuk menumpaskan kemunafikan, penipuan dan sikap mengambil kesempatan.

Inilah dakwah kita!!!

1.     Ia tidak mempunyai konsep selain Al-Qur’anul Karim.

2.     Ia tidak mempunyai tentera selain kita.

3.     Ia tidak mempunyai pemimpin selain Rasul kita saw.

Bandingkan, betapa jauhnya perbezaan antara sistem kita dengan sistem-sistem lain yang lemah dan rapuh.

Sistem demokrasi, sosialis dan diktator adalah sistem-sistem yang tidak akan mampu menjamin kebebasan dan mewujudkan kebahagiaan.

Walaupun mungkin ia dapat memberikan sedikit kebahagiaan, namun apakah ia dapat memberikan kepuasan jiwa dan kebahagiaan hati?

Demi Allah, tidak! Andaikata ia mampu mewujudkan itu semua, apakah ia dapat memberikan balasan yang baik bagi manusia di akhirat, dalam kehidupan akhir yang abadi?

Marilah kita kembali kepada ayat-ayat Al-Qur’anul Karim yang telah kita pelajari.

Sesungguhnya penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang kita kaji merupakan undang-undang kita yang lurus.

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata, ‘Mengapa Engkau menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami sentiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?’ Tuhan berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. ‘Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman, ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!’ Mereka menjawab, ‘Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.’ Allah berfirman, ‘Wahai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.’ Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman, ‘Bukankah sudah Aku katakan kepada kamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahsia langit dan bumi, dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.” (QS Al-Baqarah : 30-33)

Dalam ayat-ayat sebelum ayat ini, terdapat isyarat-isyarat halus mengenai penciptaan langit dan bumi, bukti-bukti mengenai kekuatan dan kekuasaan Allah swt serta kewajiban bersyukur dan beribadah kepada-Nya.

Selepas itu, Al-Qur’an menceritakan kepada kita kisah penciptaan manusia dan bagaimana sikap para malaikat ketika manusia diciptakan, kedudukan manusia di tengah-tengah segenap makhluk serta apa yang dilakukan iblis kerana diciptakan dan diutamakannya Adam melebihi seluruh makhluk lain.

Di sini kita perlu mengingati bahwa informasi yang diberikan oleh Allah Yang Maha Mulia kepada para malaikat mengenai penciptaan manusia bukanlah sebagai bentuk konsultasi atau permintaan supaya mereka menyaksikan.

Maha Suci Allah dari hal yang semacam itu, tetapi sekadar pemberitahuan.

“Aku tidak menghadirkan mereka (iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri.” (QS Al-Kahfi : 51)

Allah memberikan contoh yang paling baik kepada manusia supaya kita dapat mengetahui tentang berbagai informasi yang sebenarnya tidak perlu diberitahukan sebagai bukti kecintaan dan ketaataan.

Lebih-lebih lagi kerana manusia akan terus menjalin hubungan tertentu dengan para malaikat, berkaitan dengan wahyu, pengawasan, penenggelaman bumi dan pencabutan nyawa.

Status manusia sebagai khalifah dapat ditafsirkan dengan tiga penafsiran.

PERTAMA :

Bahwa sebelumnya bumi ini telah diserahkan pengelolaannya kepada makhluk-makhluk lain selain manusia, kemudian Allah swt ingin menjadikan manusia sebagai khalifah (pengganti) dari makhluk-makhluk tersebut. Para mufassir menyebutkan banyak sekali nama dan sifat makhluk-makhluk tersebut. Namun, ramai ulama’ tidak cenderung kepada pendapat ini, kerana ianya terkesan seperti diada-adakan, tanpa landasan dan bukti.

KEDUA :

Kekhalifahan ini dari Allah swt kerana Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Agung telah memberikan kurniaan kepada manusia dan melebihkannya atas makhluk-makhluk lain dengan nikmat akal yang diberi kemampuan memilih dan menentukan, yang diciptakan Allah dan semuanya tidak keluar dari kehendak-Nya.

Dalilnya adalah firman Allah swt :

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khuatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS Al-Ahzab : 72)

Sebagai akibat dari pemikulan amanat ini, manusia mendapatkan kompensasi berupa status sebagai khalifah di bumi yang mewakili Allah swt dalam mengelola urusan dunia dan memanfaatkan berbagai kemudahan yang ada di dalamnya sesuai dengan kehendakNya, meskipun sebahagian manusia tersesat dalam memikul tanggungjawab ini, iaitu tidak mengetahui hikmah kekhalifahan bahkan menjadikannya rusak dan hancur.

KETIGA :

Kekhalifahan di sini adalah pengganti dari para malaikat, dengan jangkaan bahwa mereka sebelumnya menjadi penduduk bumi. Ada satu poin yang masih perlu dijelaskan, iaitu bahwa para malaikat berkata kepada Allah swt :

“Mengapa Engkau menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami sentiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” (QS Al-Baqarah : 30)

Mereka berkata demikian, mungkin kerana mengetahui kerusakan dan pembunuhan yang dilakukan oleh penduduk bumi sebelum anak cucu Adam (jika pendapat ini benar); atau barangkali kerana mereka mengetahui bahwa makhluk yang mempunyai kemampuan untuk memilih pasti akan berbuat kerusakan di dalamnya, sebab para malaikat sendiri tidak dikurniakan kemampuan untuk memilih dalam bentuk apa pun.

“Yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim : 6)

Atau mungkin juga bahwa Allah swt telah memberitahukan kepada mereka karakter manusia dan apa yang akan diperbuatnya kelak.

Masing-masing dari ketiga-tiga pendapat ini boleh jadi benar atau barangkali mereka menyangka bahwa penciptaan manusia itu akan menyingkirkan dan menjauhkan mereka dari Allah, kerana itu mereka berkata :

“Padahal kami sentiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?”

Maka Allah swt Yang Maha Mencipta berfirman kepada mereka :

“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah : 30)

Bukti pertama mengenai perkara ini adalah bahwa Adam mempelajari nama-nama segala sesuatu kemudian memberitahukannya kepada para malaikat, sedangkan sebelum itu para malaikat tidak mengetahuinya.

Kerana itu mereka berkata :

“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Allah telah meletakkan manusia pada kedudukan yang tinggi di antara makhluk-makhluk, maka hendaklah ia menyesuaikan diri dengan nikmat ini sehingga layak menerimanya.

Jika ia bersyukur, menggunakan kelebihan-kelebihannya dan mengendalikan keinginan-keinginannya kepada kebaikan, maka ia memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada para malaikat, kerana ia mempunyai keinginan yang dikendalikan kepada hal-hal yang diridhai oleh Tuhannya.

Berbeza halnya dengan para malaikat yang memang diciptakan untuk menjadi makhluk yang taat dan tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan perbuatan selain yang diperintahkan.

“Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim : 6)

Adapun orang yang mengkufuri nikmat Allah, yang mengarahkan nafsu dan keinginannya kepada kejahatan, layak mendapatkan kedudukan yang lebih rendah daripada binatang ternak, kerana ia diberi kemampuan memilih, tetapi justeru memilih jalan nafsu, jalan dosa dan jalan kebinatangan.

“Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya.” (QS Al-Furqan : 44)

“Sesungguhnya seburuk-buruk makhluk di sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa pun.” (QS Al-Anfal : 22)

Maka, hendaklah kita kaum muslimin menjadi manusia yang paling baik dalam ma’rifat kepada Allah, ilmu pengetahuan, agama dan akhlak serta menjadi peribadi teladan bagi orang-orang yang akan berbicara dan mensyukuri nikmat-nikmat Allah dengan cara melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-laranganNya, sehingga berkat mereka umat manusia menjadi bahagia dan berjalan menuju kesempurnaan.

Agar dakwah ini berhasil maka seorang pendakwah perlulah memiliki dua sifat ini :

a.      Bijaksana.

b.     Bersih.

Yang dimaksudkan dengan dua sifat di atas adalah :

1.     Bijak akalnya.

2.     Bersih hatinya.

Kita tidak mensyaratkan kebijaksanaan yang benar-benar hebat. Cukuplah apabila kita dapat memandang segala sesuatu secara seimbang, tidak ditambah atau dikurangi kerana kita menyaksikan sebahagian orang memiliki pola berfikir yang kacau seperti tidak tepat ketika membaca realiti sehingga menganggap :

a.      Adat sebagai ibadah.

b.     Sunnah sebagai perkara wajib.

c.      Penampilan fizikal sebagai perkara yang utama.

Hal inilah yang dapat merosakkan terapi penyelesaian terhadap peristiwa-peristiwa yang timbul dan menyebabkan dakwah mengalami kegagalan yang serius.

Sifat “bersih” menyangkut keadaan hati yang dikehendaki bukanlah seperti “bersihnya malaikat” tetapi hati yang :

1.     Dapat mencintai dan menyayangi orang lain.

2.     Tidak bersuka ria di atas kesalahan dan penderitaan orang lain.

3.     Merasa sedih di atas kesalahan mereka dan berharap agar mereka mendapat jalan kebenaran.

Para pendakwah juga disaran  untuk sentiasa bersikap bijaksana dalam dakwah di mana apa yang perlu ditekankan ialah agar kita tidak memberi peluang kepada musuh-musuh Islam untuk menyerang dan menginjak-injakkan Islam mahupun para pendakwah hanya gara-gara semangat yang diiringi dengan sikap terburu-buru.

Hendaklah tujuan utamanya adalah pembinaan aqidah, akhlak dan ibadah. Adapun masalah-masalah khilafiyah sebenarnya tidak ada hubungannya dengan dakwah dan prinsip ‘amar ma’ruf nahi munkar’. Nabi Daud ‘Alaihis Salam dan Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam pun  berselisih dalam masalah tanaman yang dirosakkan dan dimakan oleh kambing.

Sebagian ulama’, ada yang berpendapat bahwa menyusu sewaktu besar sama hukumnya dengan ketika masih kecil. Apabila timbul khilaf, hendaklah dibahas pada bidangnya (pada masalah fiqhnya sahaja). Adapun mengalihkannya ke bidang dakwah merupakan kesalahan besar.

Seorang pendakwah yang tidak memiliki kebijaksanaan akal dan kebersihan hati akan menimbulkan masalah yang rumit di tengah-tengah perkembangan Islam.

Kadang-kadang kita menemui ramai pendakwah yang meletakkan “batu” di tengah-tengah jalan Islam, yang mereka ambil dari lingkungan hidup zaman dahulu agar kelajuan perkembangan dakwah berhenti di tengah-tengah dunia baru.

Mereka marah kerana membela mazhab dan kepentingannya dengan mengatasnamakan Islam. Namun, Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka memerlukan orang yang dapat menyinari akal fikiran mereka dan membersihkan hati mereka.

Ketidaktahuan segolongan manusia terhadap dakwah bukan bererti Islam tidak ada di tengah-tengah umat manusia tersebut.

Oleh kerana itu, para pendakwah perlu memahami masalah ketidaktahuan segolongan manusia terhadap dakwah dan dalam hal ini, Rasulullah saw pernah berdoa :

“Ya Allah, tunjukilah kaumku! Sesungguhnya mereka itu tidak mengetahui!”

Apabila seorang pendakwah memahami perkara ini, ia akan bersikap lembut, sentiasa berwasiat tentang kebenaran dan kesabaran serta memiliki “nafas panjang”. Seorang pendakwah perlu memahami situasi dan keadaan seseorang sebelum ia mendapat taufiq dan hidayah Allah menuju keimanan.

“Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmatNya atas kamu, maka telitilah.” (QS An-Nisa’ : 94)

Hidayah dan taufiq itu merupakan anugerah Allah swt.

Allah swt berfirman :

“Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, ‘Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislaman kamu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepada kamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan, jika kamu adalah orang-orang yang benar.’” (QS Al Hujurat : 17)

Ketika kita berusaha mengubah seseorang dan pemikiran lama menuju pemikiran baru, kita perlu menyedari bahwa pemikiran itu benar-benar baru baginya. Ertinya, ia belum mengenalnya. Seseorang yang belum mengenal sesuatu kebiasaannya akan menolaknya.

Betapa ramai di kalangan sahabat, (ketika mereka belum masuk Islam) memusuhi Rasulullah saw tetapi ketika mereka mendapat hidayah Allah, mereka menjadi pendukungnya, bahkan berjuang dan berperang bersama baginda.

Oleh sebab itu, apabila seorang pendakwah memahami bahwa sesungguhnya dirinya adalah pelaku ‘ishlah’ (perbaikan), maka pastilah ia akan mengubah cara dakwah terhadap orang-orang awam.

Dengannya, dakwah akan masuk ke dalam relung hati dan akal yang paling dalam sehingga mampu mengubah hati (perasaan) dan fikiran itu secara total.

Imam Hasan Al Banna pernah menyatakan :

“Jika di hadapanmu ada sejemput gula pasir dan sejemput garam, bagaimana kita dapat membezakannya? Niscaya kita akan mengatakan, ‘Kita mesti merasakan kedua-duanya kerana dengan merasakannya kita dapat membezakannya.’”

Agar manusia mengetahui dakwah, mereka perlu merasakan pahit-manisnya dan daya tariknya. Tanpa merasakan itu terlebih dahulu, mereka patut dimaklumi atau dimaafkan, sehingga kita telah mendatangi dan menawarkannya kepada mereka sebagaimana ungkapan syair berikut :

“Barangsiapa merasai kenikmatan ishlah, ia pasti mengetahuinya,

Barangsiapa mengetahuinya, ia akan bangkit menyerahkan nyawa sebagai tebusan.”

Benarlah kata-kata Imam Hasan Al-Banna di dalam ‘Majmu’ah Rasail’nya :

“Berapa ramai kaum Muslimin yang tidak mengenal dakwah, bahkan membenci para pendakwah dan memerangi Islam dengan berbagai macam cara yang tidak pernah terlintas di fikiran syaitan sekalipun.”

Ketika inipun, semua kebohongan dan cerita rekaan itu terjelma dalam berbagai mass media serta menjadi buah pembicaraan para hakim.

Para pendakwah dilarang dan disekat secara undang-undang untuk berbicara di tengah-tengah kemelut yang semakin gawat. Namun walaupun dikepung oleh konspirasi dunia yang zalim untuk menghancurkan Islam dan pemeluknya, Alhamdulillah kita masih memiliki kekuatan iman yang melitupi segala sudut dan tentunya tetap optimis terhadap pertolongan Allah.

“(Iaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, ‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, kerana itu takutlah kepada mereka’. Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, ‘Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.’” (QS Ali-Imran : 173)

Di antara kata-kata Imam Hasan Al Banna :

“Kita akan menang dengan cara yang sangat sederhana. Sekali pun dunia akan menyaksikan apa yang belum disaksikan sebelumnya.”

Kenyataan ini berperanan penting dalam membangkitkan semangat, kekuatan dan kehidupan.

Bukankah ini sebuah realiti yang terang dan jelas.

Kemenangan itu hanya dari Allah, akan diarahkan menurut kehendakNya. Tidak ada urusan bagiNya kecuali bagaikan sekelip mata atau mendekatinya. Apabila Allah mengatakan kepada sesuatu, “Jadilah kamu!” niscaya akan terjadi.

Allah swt berfirman :

“(Al Qur’an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan YangMaha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran!” (QS Ibrahim : 52)

Sesungguhnya, misi seorang pendakwah di tengah-tengah kegelapan adalah :

a.      Menyalakan lilin.

b.     Menuntun si buta.

c.      Memperdengarkan yang tuli.

d.     Memikul beban.

e.      Memberi makan yang lapar.

f.      Tawadhu’.

g.     Kasih sayang kepada sesama Muslim.

Ketika Ikhwan masuk penjara disebabkan oleh tangan-tangan mereka yang zalim, mereka disiksa dengan siksaan yang sangat menghinakan. Kehormatan manusia telah diinjak-injak oleh tindakan yang tidak bermoral yang tidak pernah kita terdengar sebelumnya sehingga hampir-hampir nyawa mereka melayang.

Mereka mampu menahan lapar dan dahaga serta dapat mengetahui nilai makanan dan minuman setelah lama tidak mendapatkannya secara sempurna sehingga, dengan peristiwa itu, baru mereka memahami dengan pemahaman yang benar akan firman Allah swt :

“Kerana kebiasaan orang-orang Quraisy, (iaitu) kebiasaan mereka berpergian pada musim dingin dan musim panas, Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah), Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (QS Quraisy : 1-4)

Mereka berada di tengah-tengah beberapa batalion tentera dengan langkah cepat sementara di sekitar mereka ada anjing-anjing galak dan cemeti, siap merobek-robek tubuh mereka. Pada saat itulah mereka merasa ketakutan dan gementar sehingga di antara mereka ada yang jatuh pingsan.

Ada juga yang jatuh hingga kepala mereka terluka dan dibiarkan tanpa mendapat pengubatan mahupun rawatan. Mereka terus lari berjam-jam tanpa istirehat dan dilarang berteduh di bawah awan mendung yang sedang melewati mereka. Di antara mereka juga ada yang terkencing-kencing, bahkan ada yang lebih dari itu.

Sebelum mereka mengalami tragedi seperti itu, tidak pernah terbayang sama sekali bahwa para pemuda mampu bertahan menghadapi siksaan seperti yang mereka alami tanpa mengalami kelumpuhan atau mengidap bermacam-macam penyakit.

Namun, Subhanallah, mereka telah membuktikan setelah tragedi yang berlangsung bertahun-tahun itu, bahwa manusia memiliki kekuatan yang amat dahsyat hingga mampu bersabar, bertahan dan tetap bermujahadah.

Ia menggambarkan sebuah kekuatan aqidah dan ruhiyah yang belum dibongkar sumbernya, iaitu kekuatan yang nyata berkat kekuasaan Allah, hingga mampu mengalahkan para diktator.

Ramai orang kagum bahkan tidak terfikir terhadap kesabaran, ketabahan dan ketegaran mereka. Mereka bingung di tengah kesesatannya hingga Allah turunkan mukjizat kepada mereka di mana Allah telah mengubah keadaan mereka dari ketakutan menjadi aman sementara para penyiksa mereka merasa takut setelah merasa aman.

Pelajaran (‘Ibrah) dari tragedi ini adalah bahwa dalam diri para pemuda Muslim terdapat kekuatan yang luar biasa di mana apabila mereka diberi kesempatan untuk menyerlahkan kreativiti mereka, niscaya akan mampu mengubah keadaan umat menjadi bebas, adil dan berwibawa. Bagi mereka yang menghayati peristiwa ini akan mampu memahami pelajaran-pelajaran ini dengan nyata.

Kita akan dapat menjumpai dan menemui potensi manusia Muslim dalam menyerlahkan kreativiti apabila diberi kebebasan di mana masih banyak potensi yang terpendam dalam diri seseorang yang belum sempat dijelmakan sehingga kita kehilangan nilai potensi ini dalam pembinaan produktiviti dan pembinaan.

Oleh kerana itu, hendaklah setiap pendakwah berusaha sekuat tenaga secara optimum dalam dakwah hingga ia menemui Allah kerana Islam adalah agama dunia dan akhirat.

Ya Allah, lindungilah kami sebagaimana Engkau telah lindungi para pejuang sebelum ini dan jadikanlah jamaah ini jamaah yang Engkau rahmati dan Engkau berkati. Tiada daya dan kekuatan melainkan dariMu dan cukuplah Engkau sebagai tempat kami bertawakkal dan meminta pertolongan dari segala ancaman samada yang nampak atau tersembunyi dan Engkaulah sebaik-baik pemimpin dan penolong dan tempat kami mengadu, ketika tidak tersisa lagi tempat mengadu.

Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
Labels: Fikrah Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook

Leave a Reply

Newer Post Older Post
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Yang Setia

Pautan

  • Muharikah
    Antara dua pilihan
    3 years ago
  • Angel Pakai Gucci!
    Doa Itu Bom Nuklear Bagi Orang Mu'min!
    5 years ago
  • Majalah Jom!
    Isu 45: ALAMAK, AKU SALAH PILIH! (EDISI ISTIMEWA)
    9 years ago
  • دعوتنا DAKWATUNA -dakwahkite-
    Di antara Kefahaman dan Pelaksanaan (Sudut Pandang Parti Kebebasan dan Keadilan FJP – Mesir)
    10 years ago
  • ZADUD-DUAT
    Wahai Ikhwah, Persaudaran adalah rahsia kekuatan anda
    11 years ago
  • Popular
  • Recent
  • Archives
 

Diri Ini

My photo
WAS
Blog ini memaparkan bahan-bahan bacaan dan artikel yang boleh meningkatkan ilmu dan kefahaman Islam anda..
View my complete profile

Blog Ini Menarik??

Yang Paling Digemari

  • Tsabat Memenangkan Dakwah
    ‘ Tsabat ’ bermakna teguh pendirian dan tegar dalam menghadapi ujian serta mehnah di jalan kebenaran. Ia merupakan benteng bagi seorang ak...
  • Qudwah Di Jalan Dakwah
    Ustaz Mustafa Masyhur dilahirkan pada 15 September 1921 di Kampung Sa'din, dari kota Manya Al-Qamh, Mesir. Beliau terdidik di dalam s...
  • Memohon Dari Al Jabbar
    Seringkali manusia terjebak oleh pemikirannya sendiri dan merasa mampu untuk merancang segala sesuatu. Padahal tidak ada kekuatan dalam d...
  • Menjelmakan Makna Tarbawi
    Sehingga ke saat ini Allah swt masih memberikan rahmat kepada kita melalui hidayah, iman, Islam serta dakwah dan tarbiyah. Sungguh, n...
  • Melahirkan Murabbi Yang Berjaya
    Proses tarbiyah adalah suatu pekerjaan yang sangat berat dan tidak mudah kerana tarbiyah bererti: 1. Mempersiapkan manusia. 2. Membentuk d...

Arkib

  • ►  2017 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2016 (4)
    • ►  September (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (39)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (2)
    • ►  January (5)
  • ►  2014 (42)
    • ►  November (5)
    • ►  October (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (9)
    • ►  May (8)
    • ►  April (4)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ▼  2013 (72)
    • ►  December (1)
    • ►  November (5)
    • ►  October (4)
    • ▼  September (5)
      • Nasyid Perjuangan 4
      • Garis Besar Dakwah
      • Berusaha Mencapai Matlamat Dakwah
      • Kedahsyatan Perosak Dajjal
      • Manhaj Dakwah Tidak Berubah
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (7)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (7)
    • ►  February (9)
    • ►  January (11)
  • ►  2012 (163)
    • ►  December (8)
    • ►  November (9)
    • ►  October (9)
    • ►  September (9)
    • ►  August (6)
    • ►  July (12)
    • ►  June (9)
    • ►  May (15)
    • ►  April (16)
    • ►  March (18)
    • ►  February (24)
    • ►  January (28)
  • ►  2011 (93)
    • ►  December (24)
    • ►  November (69)

Susunan

  • Akhlak (6)
  • Aqidah (17)
  • Dakwah (73)
  • Fikrah (74)
  • Ilmu (38)
  • Motivasi (10)
  • Muslimah (3)
  • Mutiara Hikmah (12)
  • Mutiara Hikmah Para Duat (21)
  • Mutiara Hikmah Ramadhan (3)
  • Renungan (31)
  • Ruhiyah (8)
  • Tarbiatuna (5)
  • Tarbiyah (34)
  • Tausiyah (31)
  • Tokoh (8)
  • Uslub (11)
  • Video (29)

Panji Islam

Asmaaul Husna

Kalam Hikmah

Coretan Anda

Pengunjung

Free CountersFree CountersFree CountersFree CountersFree Counters

Detik Kehidupan

Hari Ini

Waktu Solat

Pelawat


widgets

Selamat Melayari

  • NEW POSTS
  • COMMENTS
  • flickr

    Get your Flickr ID!
 
 
© 2011 Tinta Perjalanan | Designs by Web2feel & Fab Themes

Bloggerized by DheTemplate.com - Main Blogger