Ada Dajjal yang sebenar sebagaimana yang disebutkan dalam hadits-hadits sahih dan ada pula anak buah Dajjal atau orang-orang yang memiliki ciri-ciri seperti Dajjal.
Kedua-duanya sentiasa menimbulkan :
a. Fitnah.
b. Kerosakan.
c. Kesesatan.
Projek perosakan dan penyesatan mereka
kadang-kadang begitu terang dan menjolok mata dan kadang-kadang disaluti dengan
berbagai jenis alasan yang boleh diterima oleh akal waras manusia.
Bagi umat Islam yang memahami Islam atau belajar tentang Islam, pasti mendengar berita tentang Dajjal kerana hadits yang membicarakan tentang Dajjal sangat banyak dan kebenaran beritanya sampai ke tahap "mutawathir' (periwayatan hadits yang disampaikan oleh ramai orang dari satu generasi ke generasi berikutnya) manakala hadits ‘mutawathir’ dipastikan kebenarannya dan tidak ada yang mengingkarinya dari kalangan ulama'.
Kedatangan Dajjal yang kemudiannya dihadapi dan dibunuh oleh Nabi Isa as merupakan salah satu tanda-tanda dari hari kiamat.
Bagi umat Islam yang memahami Islam atau belajar tentang Islam, pasti mendengar berita tentang Dajjal kerana hadits yang membicarakan tentang Dajjal sangat banyak dan kebenaran beritanya sampai ke tahap "mutawathir' (periwayatan hadits yang disampaikan oleh ramai orang dari satu generasi ke generasi berikutnya) manakala hadits ‘mutawathir’ dipastikan kebenarannya dan tidak ada yang mengingkarinya dari kalangan ulama'.
Kedatangan Dajjal yang kemudiannya dihadapi dan dibunuh oleh Nabi Isa as merupakan salah satu tanda-tanda dari hari kiamat.
Bahkan Nabi Isa as bukan hanya membunuh
Dajjal, tetapi juga :
- Menghancurkan
salib.
- Membunuh
babi.
- Memerangi
orang-orang kafir.
Nabi Isa as pada ketika itu menjadi
pemimpin yang adil dan mengikut syari'at Nabi Muhammad saw.
Berita tentang keluarnya Dajjal dan
turunnya Nabi Isa as dari langit adalah aqidah yang mesti diyakini oleh umat
Islam secara keseluruhan kerana ianya bersumber dari hadits shahih dari
Rasulullah saw.
Begitu besarnya bahaya fitnah Dajjal sehingga Rasulullah saw memerintahkan kepada umatnya untuk sentiasa berdoa dalam setiap solat agar terbebas dari fitnah tersebut.
Baginda saw bersabda :
“Jika kamu membaca tasyahud, maka berlindunglah dari empat perkara, iaitu berkata : ‘Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari azab Jahannam, dari azab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari buruknya fitnah Al-Masih Ad-Dajjaal.’” (HR Muslim)
MAKNA DAJJAL
Dajjal dari segi bahasa berasal dari perkataan `dajala', bererti ‘berdusta dan menutup’.
`Dajala haq bil batil' ertinya menutupi atau mencampuradukkan yang hak dengan yang batil.
Begitu besarnya bahaya fitnah Dajjal sehingga Rasulullah saw memerintahkan kepada umatnya untuk sentiasa berdoa dalam setiap solat agar terbebas dari fitnah tersebut.
Baginda saw bersabda :
“Jika kamu membaca tasyahud, maka berlindunglah dari empat perkara, iaitu berkata : ‘Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari azab Jahannam, dari azab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari buruknya fitnah Al-Masih Ad-Dajjaal.’” (HR Muslim)
MAKNA DAJJAL
Dajjal dari segi bahasa berasal dari perkataan `dajala', bererti ‘berdusta dan menutup’.
`Dajala haq bil batil' ertinya menutupi atau mencampuradukkan yang hak dengan yang batil.
Disebut dajjal kerana menutupi kebenaran
dengan kata-kata dustanya.
Dajjal bererti seorang yang sangat pendusta dan menutupi kebenaran sedangkan Dajjal yang disebutkan dalam hadits adalah satu makhluk khusus seperti manusia yang akan :
Dajjal bererti seorang yang sangat pendusta dan menutupi kebenaran sedangkan Dajjal yang disebutkan dalam hadits adalah satu makhluk khusus seperti manusia yang akan :
- Muncul
di hari-hari menjelangnya kiamat.
- Memfitnah
manusia.
- Mempunyai
karakteristik khusus.
HADITS-HADITS
TENTANG DAJJAL
Disebutkan dalam hadits-hadits Rasulullah saw :
“Selain Dajjal ada yang lebih aku takuti atasmu dari Dajjal. Jika Dajjal keluar dan aku berada di hadapan kamu, maka aku melawannya membela kamu. Tetapi jika ia keluar dan aku tiada di antara kamu, maka setiap orang membela diri sendiri. Allah akan melindungi setiap muslim. Dajjal adalah pemuda berambut kerinting, mata (kirinya) menonjol, seperti saya umpamakan dengan Abdul `Uzza bin Qathan. Siapa yang menjumpainya, maka bacalah awal surah Al-Kahfi. Dajjal akan keluar di antara jalan Syam dan Irak. Berjalan membuat kerosakan di kanan dan di kiri. Wahai hamba-hamba Allah, tetap teguhlah (pada ajaran Islam).” (HR Muslim)
“Setiap negeri pasti didatangi Dajjal, kecuali Makkah dan Madinah.” (HR Muslim)
“Mengikuti Dajjal 70 ribu orang-orang Yahudi dari Asbahan yang memakai topi.” (HR Muslim)
“Setiap Nabi pasti memperingatkan kaumnya dengan si buta pendusta. Ingatlah bahwa Dajjal adalah buta, dan Rabb kamu Azza wa Jalla tidak buta. Dajjal ditulis di antara kedua matanya k f r (kafir).” (Muttafaqun alaihi)
“Mahukah aku ceritakan berita tentang Dajjal, sesuatu yang pernah diceritakan setiap nabi pada kaumnya. Dajjal adalah buta, dia datang dengan sesuatu seperti syurga dan neraka. Apa yang dikatakan syurga adalah neraka.” (Muttafaqun `alaihi)
“Dajjal akan muncul pada umatku, maka ia hidup selama 40 (saya tidak tahu apakah 40 hari, atau bulan atau tahun). Kemudian Allah mengutus Isa bin Maryam, ia seperti Urwah bin Mas'ud. Maka Isa as mencari Dajjal dan menghancurkannya. Kemudian Isa tinggal bersama manusia 7 tahun, tidak akan berlaku permusuhan di antara dua kelompok.” (HR Muslim)
“Perang besar, pembukaan kota Konstantinopel dan keluarnya Dajjal (terjadi) dalam 7 bulan.” (HR Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmizi dan Ibnu Majah)
CIRI-CIRI DAN KARAKTERISTIK DAJJAL
Banyak lagi hadits-hadits yang menjelaskan ciri-ciri dan karakteristik Dajjal yang akan datang di akhir zaman dan dari beberapa hadits di atas dapat disimpulkan tentang sifat dan karakteristik Dajjal adalah :
Disebutkan dalam hadits-hadits Rasulullah saw :
“Selain Dajjal ada yang lebih aku takuti atasmu dari Dajjal. Jika Dajjal keluar dan aku berada di hadapan kamu, maka aku melawannya membela kamu. Tetapi jika ia keluar dan aku tiada di antara kamu, maka setiap orang membela diri sendiri. Allah akan melindungi setiap muslim. Dajjal adalah pemuda berambut kerinting, mata (kirinya) menonjol, seperti saya umpamakan dengan Abdul `Uzza bin Qathan. Siapa yang menjumpainya, maka bacalah awal surah Al-Kahfi. Dajjal akan keluar di antara jalan Syam dan Irak. Berjalan membuat kerosakan di kanan dan di kiri. Wahai hamba-hamba Allah, tetap teguhlah (pada ajaran Islam).” (HR Muslim)
“Setiap negeri pasti didatangi Dajjal, kecuali Makkah dan Madinah.” (HR Muslim)
“Mengikuti Dajjal 70 ribu orang-orang Yahudi dari Asbahan yang memakai topi.” (HR Muslim)
“Setiap Nabi pasti memperingatkan kaumnya dengan si buta pendusta. Ingatlah bahwa Dajjal adalah buta, dan Rabb kamu Azza wa Jalla tidak buta. Dajjal ditulis di antara kedua matanya k f r (kafir).” (Muttafaqun alaihi)
“Mahukah aku ceritakan berita tentang Dajjal, sesuatu yang pernah diceritakan setiap nabi pada kaumnya. Dajjal adalah buta, dia datang dengan sesuatu seperti syurga dan neraka. Apa yang dikatakan syurga adalah neraka.” (Muttafaqun `alaihi)
“Dajjal akan muncul pada umatku, maka ia hidup selama 40 (saya tidak tahu apakah 40 hari, atau bulan atau tahun). Kemudian Allah mengutus Isa bin Maryam, ia seperti Urwah bin Mas'ud. Maka Isa as mencari Dajjal dan menghancurkannya. Kemudian Isa tinggal bersama manusia 7 tahun, tidak akan berlaku permusuhan di antara dua kelompok.” (HR Muslim)
“Perang besar, pembukaan kota Konstantinopel dan keluarnya Dajjal (terjadi) dalam 7 bulan.” (HR Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmizi dan Ibnu Majah)
CIRI-CIRI DAN KARAKTERISTIK DAJJAL
Banyak lagi hadits-hadits yang menjelaskan ciri-ciri dan karakteristik Dajjal yang akan datang di akhir zaman dan dari beberapa hadits di atas dapat disimpulkan tentang sifat dan karakteristik Dajjal adalah :
- Makhluk
dari bangsa manusia keturunan Yahudi.
- Ciri
khas fizikalnya : berambut keriting, mata kanannya buta, mata kirinya
menonjol, di antara kedua matanya tertulis kafir.
- Sentiasa
berdusta dan menipu manusia agar menjadi kafir dan menjadi pengikutnya.
- Aktiviti
membuat kerosakan di bumi.
- Pengikut
setianya orang-orang Yahudi dan orang-orang kafir.
- Sentiasa
keliling dunia, kecuali Makkah dan Madinah.
- Datang
membawa keajaiban yang dapat menyihir dan menipu manusia dengan harta,
kekuasaan dan wanita.
- Dajjal
akan berhadapan dan dibunuh oleh Nabi Isa as.
Namun, di samping Dajjal yang
sebenarnya, Rasulullah saw juga mengingatkan umatnya akan bahaya orang-orang
yang memiliki sifat Dajjal.
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw bersabda :
“Tidak akan berlaku hari kiamat sampai munculnya Dajjal-Dajjal pendusta sekitar 30 orang, semuanya mengaku utusan Allah.” (HR Muslim)
“Selain Dajjal ada yang lebih aku takuti atas umatku dari Dajjal, iaitu para pemimpin yang sesat.” (HR Ahmad)
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw bersabda :
“Tidak akan berlaku hari kiamat sampai munculnya Dajjal-Dajjal pendusta sekitar 30 orang, semuanya mengaku utusan Allah.” (HR Muslim)
“Selain Dajjal ada yang lebih aku takuti atas umatku dari Dajjal, iaitu para pemimpin yang sesat.” (HR Ahmad)
Pemimpin yang sesat ini dikategorikan sebagai “Thaghut”.
Sayyid Qutb menjelaskan makna “Thaghut” di dalam kitab ‘Fi Zhilalil Qur’an’ tentang pembahasan surah Al Baqarah ayat 256 yang dihuraikan seperti berikut :
“’Thaghut’” adalah variasi bentuk perkataan dari “thughyaan”, yang bererti segala sesuatu yang :
a. Melampaui
kesedaran.
b. Melanggar
kebenaran.
c. Melampaui
batas yang telah ditetapkan Allah bagi hamba-hambaNya.
d. Tidak
berpedoman kepada aqidah Allah.
e. Tidak
berpedoman kepada syariat yang ditetapkan Allah.
Juga yang termasuk dalam kategori ‘thaghut’ adalah juga setiap manhaj, peraturan atau sistem yang tidak berpijak pada peraturan Allah. Begitu juga setiap pandangan, perundangan, peraturan, kesopanan atau tradisi yang tidak berpijak pada peraturan dan syariat Allah.
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menulis di dalam “Kitabut Tauhid” menyebutkan bahwa ‘thaghut’ itu ada lima jenis dan salah satunya ialah ‘penguasa yang zalim’.
Siapakah penguasa yang zalim itu?
Dalam bahasa Arab perkataan ‘zalim’ berlawanan dengan perkataan ‘adil’.
Di dalam bahasa Arab, perkataan ‘adil’ bermakna:
“Menempatkan sesuatu pada tempatnya.”
Sedangkan perkataan ‘zalim’ bermakna:
“Menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya.”
Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya ialah ‘Hukum Allah’.
Para penguasa yang zalim tidak menempatkan Hukum Allah pada posisi yang tertinggi. Mereka senantiasa meninggikan hukum selain hukum Allah.
Hukum buatan manusia lebih mereka muliakan daripada hukum Allah. Kalaupun hukum Allah diakui di dalam lingkungan wilayah yang dipimpinnya, namun ia tidak diletakkan sebagai hukum yang tertinggi.
Hukum Allah hanya menjadi salah satu sumber dari sekian banyak sumber hukum lainnya. Hukum Allah hanya sekadar sebahagian dari khazanah sumber hukum di wilayahnya.
Oleh yang demikian, para penguasa yang zalim seperti ini disebut ‘thaghut’. Mereka memperlakukan hukum Allah seolah-olah setara dengan hukum buatan manusia, bahkan seringkali diletakkan lebih rendah daripada itu.
Seorang penguasa atau lebih tepatnya pemimpin yang adil ialah orang yang ketika memiliki kekuasaan memimpin di suatu wilayah maka ia meletakkan hukum Allah sebagai acuan tertinggi dan utama.
Semua peraturan, perundangan dan hukum yang berlaku di wilayah kekuasaannya, dia pastikan bahwa ia merupakan pecahan dari hukum Allah dan ia hanya mahu menegakkan hukum Allah tersebut mengikut cara yang telah dilakukan oleh teladan utamanya iaitu Rasulullah Muhammad saw.
Oleh kerana itu, pemimpin yang adil dikatakan sebagai pihak yang apabila berlakunya perselisihan, ia sentiasa mengembalikan urusannya kepada Allah (Al-Qur’an) dan RasulNya (As-Sunnah An-Nabawiyyah).
Para pemimpin yang adil sangat sedar apabila mereka tidak menjadikan wahyu Allah sebagai sumber utama dalam memutuskan berbagai perkara yang muncul, maka dirinya dipandang Allah sebagai termasuk kaum yang zalim.
“Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (QS Al-Maidah : 45)
Salah satu contoh peribadi yang diabadikan di dalam Al-Qur’an sebagai representasi ‘thaghut’ atau penguasa zalim yang paling ekstrim dalam sejarah kemanusiaan ialah ‘Fir’aun’.
Allah swt dengan jelas menggambarkan bahwa Fir’aun merupakan penguasa yang di dalam perilaku berkuasanya mempertontonkan sikap melampaui batas.
“Pergilah kamu kepada Firaun, sesungguhnya dia telah ‘thoghoo’ (melampaui batas).” (QS An-Nazi’at : 17)
Dalam mengendalikan kekuasaan, Fir’aun menjadi lupa diri. Peraturan bahwa rakyat wajib mentaatinya tanpa soal menyebabkan Fir’aun memandang dirinya berada di atas daripada kebanyakan manusia biasa.
Ia memandang dirinya sebagai ‘super-human’ (manusia luar biasa). Bahkan ia meyakini dirinya adalah tuhan seru sekalian alam. ‘Subhaanallahi ‘amma yashifuun’ (Maha Suci Allah dari segala bentuk pensifatan yang batil)…!
“Tetapi Firaun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menentang (Musa). Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (Seraya) berkata: “Akulah tuhanmu yang paling tinggi”. (QS An-Nazi’aat : 21-24)
Kecenderungan orang yang berkuasa untuk bertindak melampaui batas merupakan perkara biasa jika tidak dapat disebut sebagai suatu kemestian kecuali apabila yang menerima kekuasaan itu adalah seorang mukmin sejati.
Mukmin sejati sedar bahwa ketika dirinya memperolehi kekuasaan kepemimpinan, maka ketika itu juga sebenarnya dirinya terbeban dengan suatu bebanan yang berat.
Ia dibebankan dengan amanah untuk memastikan bahwa di bawah kepemimpinannya, seluruh pengikutnya, rakyat, anak buah atau konstituensinya berjalan menuju keridhaan Allah.
Ertinya, di bawah kepemimpinannya ia mesti sentiasa berusaha menegakkan kebenaran dan kebenaran hanya satu, iaitu kebenaran yang bersumber dari Allah.
“Kebenaran
itu adalah dari Rabbmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang
ragu.” (QS Al-Baqarah : 147)
Oleh kerana itu, sejak awal, Islam mengharuskan ketaatan rakyat kepada pemimpin sesudah mentaati Allah dan RasulNya Muhammad saw.
Dalam mentaati Allah swt dan RasulNya saw, Al-Qur’an tidak memberikan syarat apapun kepada kaum muslimin selain kewajiban mereka beriman bahwa apapun yang datang dari Allah dan RasulNya sepenuhnya merupakan kebenaran.
Namun begitu Allah swt memerintahkan kaum muslimin sebagai rakyat untuk mentaati pemimpin mereka, maka Allah swt mensyaratkan bahwa ketaatan menjadi wajib hanya ketika para pemimpin tersebut sentiasa menjadikan Allah swt (Al-Qur’an) dan RasulNya saw (As-Sunnah An-Nabawiyyah) sebagai ‘marja’ (rujukan) utama penyelesaian berbagai perkara dalam kehidupan.
“Wahai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS
An-Nisaa’ : 59)
‘Ad-Dajjal’ merupakan representasi ‘thaghut’ (penguasa batil yang zalim serta melampaui batas) di akhir zaman menjelang tibanya Hari Kiamat.
Ia merupakan Fir’aun moden di penghujung akhirnya perjalanan dunia. Ketika ia hadir ia akan mengaku dirinya merupakan Rabb semesta alam persis sebagaimana Fir’aun dahulu kala.
Sebelum keluarnya puncak fitnah iaitu ‘Ad-Dajjal’, maka dunia akan diselimuti oleh aneka fitnah yang menjadi mukaddimah kepada kedatangan fitnah ‘Ad-Dajjal’, iaitu ‘thaghut’ (penguasa zalim) yang paling menonjol sepanjang zaman.
Maka sebelum ‘Dajjal’ keluar, akan munculnya ramai para ‘thaghut’ atau penguasa zalim yang menghiasi panggung kekuasaan dunia di berbagai negara sebagaimana yang dapat kita saksikan dewasa ini.
“Ad-Dajjal disebut-sebut di dekat Rasulullah
saw lalu baginda bersabda, “Sungguh fitnah sebahagian dari kamu lebih aku takuti
dari fitnah ‘Ad-Dajjal’. Dan tiada seseorang dapat selamat dari aneka fitnah
sebelum fitnah ‘Ad-Dajjal’ melainkan pasti selamat pula darinya (fitnah
Ad-Dajjal) sesudahnya. Dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini
—baik kecil ataupun besar— kecuali untuk menyambut fitnah ‘Ad-Dajjal’.” (HR Ahmad)
Barangsiapa sanggup bersikap tegas menghadapi berbagai ‘thaghut’ (penguasa zalim) sebelum keluarnya ‘Ad-Dajjal’, maka Nabi Muhammad saw menjamin ia bakal selamat menghadapi sang ‘thaghut’ (penguasa zalim) paling dahsyat di akhir zaman yakni ‘Ad-Dajjal’.
Atas dasar inilah Nabi Muhammad saw menganjurkan umat Islam untuk mengingkari para penguasa zalim di era penuh fitnah di akhir zaman ini.
Barangsiapa yang mengingkari mereka niscaya selamat dan barangsiapa yang malah mentaati mereka, maka Nabi Muhammad saw berlepas diri dari mereka.
Rasulullah saw bersabda :
“Akan muncul pemimpin-pemimpin yang kamu kenal, tetapi kamu tidak menyetujuinya. Orang yang membencinya akan terbebas (dari tanggungan dosa). Orang yang tidak menyetujuinya akan selamat. Orang yang rela dan mematuhinya tidak terbebas (dari tanggungan dosa).” (HR Muslim)
Barangsiapa yang menyetujui para ‘thaghut’ (penguasa zalim) tersebut, niscaya ketika ‘Ad-Dajjal’ keluar, orang-orang tersebut bakal dengan mudahnya masuk dalam perangkap tipu-daya sang ‘thaghut’ paling dahsyat sepanjang zaman iaitu ‘Ad-Dajjal’.
Ini kerana, bagaimanakah mereka akan sanggup mengingkari ‘Ad-Dajjal’, sedangkan menghadapi para ‘thaghut’ (penguasa zalim) yang tingkatannya lebih rendah dari ‘Ad-Dajjal’ sahajapun, mereka sudah masuk dalam perangkap ketaatan ‘taqlid’ (membabi-buta) yang tercela.
Mereka bakal menyesal di akhirat kelak dengan sebuah penyesalan yang sangat terlambat sehingga tidak lagi berguna.
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata, “Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul”. Dan mereka berkata, “Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali ganda dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar.” (QS Al-Ahzab : 66-68)
Jelas sekali bahwa mengingkari ‘thaghut’ (penguasa zalim) menjadi suatu perkara yang sangat penting dan wajib kerana kelalaian seorang muslim untuk mengingkari para ‘thaghut’ (penguasa zalim) akan memberi akibat yang buruk bagi kehidupannya yang abadi di akhirat nanti.
Tidak cukup seorang muslim merasa aman bahwa dirinya telah beriman kepada Allah swt tetapi pada saat yang sama dia tidak rela dan yakin untuk menjauhi dan mengingkari ‘thaghut’.
Inilah dua sudut dari aqidah tauhid sejati seorang mukmin.
“Kerana itu barang siapa yang ingkar kepada ‘Thaghut’ dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.” (QS Al-Baqarah : 256)
FITNAH
DAJJAL
Dajjal hadir untuk membuat fitnah yang menyebabkan orang yang beriman menjadi sesat dan kafir.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits, di samping ada Dajjal yang sebenar, ada juga manusia-manusia yang mempunyai karakteristik seperti Dajjal. Oleh kerana itu umat Islam juga mesti berwaspada dengannya.
Mereka adalah para pemimpin yang sesat dan nabi-nabi palsu. Mereka sangat merbahaya kerana datang pada setiap tempat dan waktu sedangkan Dajjal akan datang hanya menjelang hari kiamat.
Maka para pemimpin yang sesat yang memiliki sifat-sifat Dajjal tingkatan bahayanya lebih kuat dari Dajjal yang sebenarnya. Namun kedua-duanya adalah fitnah yang mesti diambil perhatian oleh setiap muslim.
Para pemimpin di sepanjang masa sentiasa ada yang menjadi musuh para nabi dan para pendakwah yang mengajarkan kebenaran.
Dajjal hadir untuk membuat fitnah yang menyebabkan orang yang beriman menjadi sesat dan kafir.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits, di samping ada Dajjal yang sebenar, ada juga manusia-manusia yang mempunyai karakteristik seperti Dajjal. Oleh kerana itu umat Islam juga mesti berwaspada dengannya.
Mereka adalah para pemimpin yang sesat dan nabi-nabi palsu. Mereka sangat merbahaya kerana datang pada setiap tempat dan waktu sedangkan Dajjal akan datang hanya menjelang hari kiamat.
Maka para pemimpin yang sesat yang memiliki sifat-sifat Dajjal tingkatan bahayanya lebih kuat dari Dajjal yang sebenarnya. Namun kedua-duanya adalah fitnah yang mesti diambil perhatian oleh setiap muslim.
Para pemimpin di sepanjang masa sentiasa ada yang menjadi musuh para nabi dan para pendakwah yang mengajarkan kebenaran.
Dari sejak Raja Namrud, Fira'un dan Abu
Jahal hingga kepada pemimpin sesat setelah wafatnya Rasulullah saw. Mereka di
antaranya pemimpin-pemimpin dunia yang :
- Membantai
dan menghancurkan negeri muslim.
- Menimbulkan
fitnah.
- Menebar
kesesatan.
- Membuat
kerosakan di dunia.
Fitnah Dajjal, samada yang sebenarnya
ataupun para pemimpin yang memiliki sifat Dajjal adalah bahaya besar yang mesti
dihadapi oleh umat Islam.
Fitnah Dajjal :
Fitnah Dajjal :
- Membuatkan
umat Islam menjadi sesat dan kafir.
- Menjadikan
umat Islam saling berbunuhan sesama sendiri.
- Memutarbelitkan
fakta sehingga yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar, yang
haram menjadi halal dan yang halal menjadi haram.
- Didukung
dengan dana, media massa dan
peraturan-peraturan yang memang telah sesat.
- Didukung
oleh institusi antarabangsa dan negara-negara kuasa dunia.
Fitnah yang paling bahaya dari Dajjal
adalah yang keluar dari mulutnya.
Fitnah ini didukung oleh media massa dan
disebarkan ke seluruh penduduk dunia serta masuk ke rumah-rumah keluarga muslim
dan menyesatkan mereka.
Dajjal (samada yang sebenarnya atau yang menyerupainya) sentiasa mengucapkan kata-kata yang membuatkan manusia sesat dari agama Allah.
Dajjal sentiasa mengeluarkan ungkapan sesat, batil dan kontroversi sehingga :
Dajjal (samada yang sebenarnya atau yang menyerupainya) sentiasa mengucapkan kata-kata yang membuatkan manusia sesat dari agama Allah.
Dajjal sentiasa mengeluarkan ungkapan sesat, batil dan kontroversi sehingga :
- Kebenaran
menjadi kabur dan tidak jelas.
- Kebatilan
seolah-olah indah dan menarik.
- Kebenaran
sentiasa ditutup dan dibungkus dengan dusta.
- Syariat
Islam dianggap kejam dan tidak
berperikemanusiaan.
- Nilai-nilai
sekular dianggap baik, adil dan paling sesuai untuk kehidupan di era
moden.
- Nilai-nilai
agama dijauhkan dan diasingkan dari kehidupan sosial dan kenegaraan.
- Bid'ah
dianggap sunnah.
- Sunnah
dianggap bid'ah.
- Umat
Islam dicap sebagai fundamentalis, ekstrimis dan teroris.
- Orang
bukan Islam dianggap berperikemanusiaan, baik dan demokratik.
APAKAH
IBNU SHAYYAAD ITU ADALAH DAJJAL?
Disebutkan dalam sebuah hadits :
“Dari Abdullah berkata, kami bersama Rasulullah saw, maka kami melewati anak-anak, di antaranya Ibnu Shayyaad. Anak-anak lari, sedangkan Ibnu Shayyaad tetap duduk. Seolah-olah Rasulullah saw tidak suka padanya. Rasulullah saw berkata padanya : "Apakah engkau bersaksi bahwa aku Rasulullah saw?" Ibnu Shayyaad berkata : "Tidak, tapi apakah engkau bersaksi bahwa aku Rasulullah saw" Berkata Umar, "Wahai Rasulullah saw, biarkanlah aku membunuhnya. " Rasulullah saw berkata : "Jika benar yang engkau lihat (adalah Dajjal), maka engkau tidak akan dapat membunuhnya. " (HR Muslim)
Rasulullah saw tidak memberi kepastian bahwa Ibnu Shayyaad adalah Dajjal yang dimaksudkan itu, walaupun demikian beliau juga membiarkan dan tidak menafikan ketika sebahagian sahabat bersumpah bahwa dia adalah Dajjal.
Perkara ini menyebabkan berlakunya perbezaan pendapat di antara para ulama, apakah Ibnu Shayyaad adalah Dajjal?
Memang ketika Rasulullah saw menyebutkan sifat-sifat Dajjal yang akan muncul menjelang hari kiamat, di antaranya bahwa Dajjal adalah kafir dari keturunan Yahudi, tidak akan memasuki Makkah dan Madinah dan tidak mempunyai anak sedangkan Ibnu Shayyaad mengaku muslim walaupun dari keturunan Yahudi. Dia lahir di Madinah, mempunyai orang tua dan mempunyai anak. Selain itu, Ibnu Shayyaad sempat berangkat menunaikan haji menuju Makkah bersama Abu Said Al-Khudri.
Ilmu secara pasti tentang Ibnu Shayyaad samada ia Dajjal atau bukan, hanyalah Allah yang tahu tetapi dari isyarat Rasulullah saw dan sifat-sifatnya, maka para ulama’ mengambil kesimpulan bahwa Ibnu Shayyaad adalah salah seorang yang memiliki sifat Dajjal.
Dia ahli sihir, dukun dan mengaku banyak tahu tentang masaalah ghaib sehingga ketika sebahagian sahabat bersumpah, di antaranya Umar bin Al Khattab bahwa Ibnu Shayyaad adalah Dajjal, Rasulullah saw tidak menafikannya. Wallahu A’lam.
CARA-CARA MENGHADAPI FITNAH DAJJAL
Untuk menghadapi fitnah Dajjal, maka umat Islam mesti berjihad melawan kebatilan.
Ulama' mesti menjelaskan kepada umat antara yang hak dengan yang batil agar mereka tidak menjadi bingung dan tidak tersesat.
Disebutkan dalam sebuah hadits :
“Dari Abdullah berkata, kami bersama Rasulullah saw, maka kami melewati anak-anak, di antaranya Ibnu Shayyaad. Anak-anak lari, sedangkan Ibnu Shayyaad tetap duduk. Seolah-olah Rasulullah saw tidak suka padanya. Rasulullah saw berkata padanya : "Apakah engkau bersaksi bahwa aku Rasulullah saw?" Ibnu Shayyaad berkata : "Tidak, tapi apakah engkau bersaksi bahwa aku Rasulullah saw" Berkata Umar, "Wahai Rasulullah saw, biarkanlah aku membunuhnya. " Rasulullah saw berkata : "Jika benar yang engkau lihat (adalah Dajjal), maka engkau tidak akan dapat membunuhnya. " (HR Muslim)
Rasulullah saw tidak memberi kepastian bahwa Ibnu Shayyaad adalah Dajjal yang dimaksudkan itu, walaupun demikian beliau juga membiarkan dan tidak menafikan ketika sebahagian sahabat bersumpah bahwa dia adalah Dajjal.
Perkara ini menyebabkan berlakunya perbezaan pendapat di antara para ulama, apakah Ibnu Shayyaad adalah Dajjal?
Memang ketika Rasulullah saw menyebutkan sifat-sifat Dajjal yang akan muncul menjelang hari kiamat, di antaranya bahwa Dajjal adalah kafir dari keturunan Yahudi, tidak akan memasuki Makkah dan Madinah dan tidak mempunyai anak sedangkan Ibnu Shayyaad mengaku muslim walaupun dari keturunan Yahudi. Dia lahir di Madinah, mempunyai orang tua dan mempunyai anak. Selain itu, Ibnu Shayyaad sempat berangkat menunaikan haji menuju Makkah bersama Abu Said Al-Khudri.
Ilmu secara pasti tentang Ibnu Shayyaad samada ia Dajjal atau bukan, hanyalah Allah yang tahu tetapi dari isyarat Rasulullah saw dan sifat-sifatnya, maka para ulama’ mengambil kesimpulan bahwa Ibnu Shayyaad adalah salah seorang yang memiliki sifat Dajjal.
Dia ahli sihir, dukun dan mengaku banyak tahu tentang masaalah ghaib sehingga ketika sebahagian sahabat bersumpah, di antaranya Umar bin Al Khattab bahwa Ibnu Shayyaad adalah Dajjal, Rasulullah saw tidak menafikannya. Wallahu A’lam.
CARA-CARA MENGHADAPI FITNAH DAJJAL
Untuk menghadapi fitnah Dajjal, maka umat Islam mesti berjihad melawan kebatilan.
Ulama' mesti menjelaskan kepada umat antara yang hak dengan yang batil agar mereka tidak menjadi bingung dan tidak tersesat.
Rasulullah saw bersabda :
"Sebaik-baik jihad adalah perkataan yang benar di hadapan penguasa yang zalim." (HR Ahmad)
Semua bentuk fitnah mesti dilawan oleh umat Islam seperti :
"Sebaik-baik jihad adalah perkataan yang benar di hadapan penguasa yang zalim." (HR Ahmad)
Semua bentuk fitnah mesti dilawan oleh umat Islam seperti :
- Fitnah
kemusyrikan.
- Fitnah
merendah-rendahkan kehormatan Nabi saw.
- Fitnah
pembunuhan.
- Fitnah
pornografi.
- Fitnah
merendah-rendahkan Islam dan umat Islam.
Manakala fitnah itu juga mesti dilawan
dengan semua bentuk kekuatan yang dimiliki dan mampu dimiliki oleh umat Islam
sehingga Islam menjadi ajaran yang unggul di muka bumi ini.
Allah swt berfirman :
"Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan." (QS Al-Anfal : 39)
Allah swt berfirman :
"Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan." (QS Al-Anfal : 39)
Di dalam kitabnya yang berjudul “Kisah Dajjal dan Turunnya Nabi Isa ‘alahissalam Untuk Membunuhnya”, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani menulis sebagai berikut:
“Asma’ berkata, “Akan tetapi mereka tidak mendapatkan apa-apa sehingga aku khuatir terkena musibah kelaparan, dan apa yang dapat dimakan oleh kaum mukmin pada waktu itu?” Jawab Nabi saw :
“Allah swt mencukupkan kepada mereka dengan makanan yang diberikan kepada penduduk langit (Malaikat).” (HR Ahmad)
Asma’ berkata, “Wahai Nabi Allah, bahwasanya Malaikat tidak makan dan tidak minum.” Jawab Nabi saw :
“Akan tetapi mereka membaca ‘tasbih’ dan mensucikan Allah swt, dan itulah makanan dan minuman kaum beriman saat itu, ‘tasbih’ dan ‘taqdis’.” (HR Abdul Razzaq, ath-Thayalisi, Ahmad, Ibnu Asakir. Ibnu Katsir berkata, “Isnad ini merupakan isnad yang tidak ada cacat)
Yang dimaksudkan oleh Asma’ binti Yazid Al-Anshariyyah dengan “mereka tidak mendapatkan apa-apa sehingga aku khuatir terkena musibah kelaparan” ialah saat menjelang ‘Ad-Dajjal’ keluar untuk menebar fitnah di tengah umat manusia. Khususnya di dalam suatu hadits yang juga dijelaskan oleh Syaikh Al-Albani sebagai berikut:
“Sesungguhnya tiga tahun sebelum kemunculan Ad-Dajjal, di tahun pertama, langit menahan sepertiga air hujannya, bumi menahan sepertiga hasil tumbuhannya, dan di tahun kedua, langit menahan dua pertiga air hujannya, dan bumi juga menahan dua pertiga hasil tanamannya. Dan di tahun ketiga langit menahan seluruh yang ada padanya dan begitu pula bumi, sehingga binasalah setiap yang memiliki gigi pemamah dan kuku.”
Jika Nabi saw menyatakan bahwa “sehingga binasalah setiap yang memiliki gigi pemamah dan kuku”, itu bererti setiap haiwan yang memberikan protin utama bagi manusia menjadi binasa seperti di antaranya ialah kambing, biri-biri, lembu, kerbau dan unta.
Oleh sebab itulah Asma’ menjadi khuatir apa yang bakal menjadi makanan orang-orany yang beriman di masa itu.
Lalu Nabi saw menjelaskan bahwa makanan kaum mukmin di masa itu ialah makanan penghuni langit, iaitu para malaikat dan dalam hal ini ia berupa ‘tasbih’ dan ‘taqdis’.
Masya Allah…!, Nabi saw memberitahu kita yang hidup di saat menjelang datangnya puncak fitnah, yakni ‘Ad-Dajjal’, bahwa jenis makanan orang yang beriman adalah seperti makanan para malaikat.
Bayangkan…! Betapa pentingnya kedudukan dan peranan ‘zikrullah’ di saat fitnah menjelang hadirnya ‘Ad-Dajjal’.
Sebegitu pentingnya mengingati Allah swt (zikrullah) sehingga jika dilakukan dengan baik dan benar, maka ia mampu menggantikan fungsi makanan, khususnya protin, yang pada masa itu menjadi barang yang sukar untuk didapati jika tidak dapat dikatakan musnah sama sekali.
Maka, alangkah pentingnya umat Islam bermula dari sekarang untuk melatih diri dan keluarganya untuk melakukan ‘zikrullah’ yang berkualiti dan sebanyak mungkin samada ‘zikrullah’ yang berbentuk formal seperti solat lima waktu yang hukumnya ‘fardhu ‘ain’, mahupun ‘zikrullah’ yang tidak formal seperti berbagai wirid yang dianjurkan oleh Rasulullah saw.
Amat wajar apabila Allah swt menurunkan ayat yang khusus berisi perintah untuk zikrullah sebanyak mungkin.
“Wahai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS Al-Ahzab : 41-42)
Apabila umat Islam sudah membiasakan diri sejak awal berzikir mengingati Allah swt sebanyak mungkin dan diiringi dengan kualiti perlaksanaan yang bermakna, niscaya secara perlahan-lahan namun pasti bahwa kegiatan ‘zikrullah’ akan menjadi suatu keperluan bagi ruhani mukmin umpama makanan dan protin yang diperlukan oleh tubuh manusia.
Oleh yang demikian, bermula sekarang, setiap mukmin perlu meningkatkan kualiti dan kuantiti ‘zikrullah’ kerana kita tidak tahu bilakah tiga tahun yang sukar menjelang keluarnya ‘Ad-Dajjal’ itu datang. Jadi, lebih baik kita mempersiapkan diri dan keluarga kita secepat mungkin daripada terlambat.
Alhamdulillah, kita bersyukur kerana Rasulullah saw memberitahu kita beberapa pesanan khusus mengenai wirid yang berkaitan dengan fitnah ‘Ad-Dajjal’, seperti:
“Barangsiapa menghafal sepuluh ayat pertama surah Al-Kahfi, ia terlindung dari fitnah Dajjal.” (HR Abu Dawud)
“Barangsiapa membaca surah Al-Kahfi sebagaimana diturunkan, maka baginya cahaya di hari Kiamat dari tempatnya hingga Makkah, dan barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir surah Al-Kahfi lalu ‘Ad-Dajjal’ keluar, maka ‘Ad-Dajjal’ tidak akan dapat memudaratkannya.” (Hadith disahihkan oleh Al-Albani)
“Jika salah seorang di antara kamu ber-tasyahud (dalam solat), hendaklah meminta perlindungan kepada Allah swt dari empat perkara dan berdoa, “ALLAHUMMA INNI A’UUDZUBIKA MIN ‘ADZAABI JAHANNAMA WAMIN ‘ADZAABIL QABRI WAMIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAAT WAMIN SYARRI FITNATIL MASIIHID DAJJAL” (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam dan siksa kubur, dan fitnah kehidupan dan kematian, serta keburukan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal).” (HR Muslim)
Jadi, cara yang praktikal yang mesti
dilakukan oleh umat Islam ialah sentiasa membaca Al-Qur'an dan menghafalkannya
khususnya surah Al-Kahfi serta membaca doa perlindungan dari Dajjal dalam tahiyyat
akhir solat.
Ya Allah, selamatkanlah kami dan anak cucu kami dari fitnah Dajjal kerana ia merupakan fitnah yang paling besar yang akan dihadapi oleh manusia di akhir zaman. Tetapkanlah iman kami sehingga kami bertemuMu dalam keadaan tidak ada sedikitpun kesyirikan yang wujud di dalam hati kami.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
Ya Allah, selamatkanlah kami dan anak cucu kami dari fitnah Dajjal kerana ia merupakan fitnah yang paling besar yang akan dihadapi oleh manusia di akhir zaman. Tetapkanlah iman kami sehingga kami bertemuMu dalam keadaan tidak ada sedikitpun kesyirikan yang wujud di dalam hati kami.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS