Pernahkah kita memikirkan atau
menggambarkan bagaimana langkah-langkah Nabi Sulaiman as dalam mewujudkan pemerintahan
dan cita-cita peradabannya kerana apa yang dilakukan baginda bukanlah sesuatu
yang kecil melainkan tradisi-tradisi yang merupakan bahan bangunan peradaban
itu sendiri.
Untuk memahami langkah-langkah Nabi Sulaiman as membangun peradaban ini, yang pertama sekali yang perlu difahami adalah kerja-kerja yang dilakukan baginda merupakan kerja jamai’e untuk membangun sebuah matlamat yang besar.
Untuk memahami langkah-langkah Nabi Sulaiman as membangun peradaban ini, yang pertama sekali yang perlu difahami adalah kerja-kerja yang dilakukan baginda merupakan kerja jamai’e untuk membangun sebuah matlamat yang besar.
Kerja secara jamai’e ini merupakan unsur
terkuat dari peradaban itu sendiri sehingga obsesi proses pembangunan itu
sendiri adalah obsesi jamaiyah.
Seiring dengan kesedaran secara jamai’e inilah, kita sebagai umat Islam terutama yang bergabung dalam gerakan-gerakan Islam melakukan perlumbaan dalam kebaikan. Inilah yang kini menjadi ‘trend’ positif di kalangan umat Islam.
Seiring dengan kesedaran secara jamai’e inilah, kita sebagai umat Islam terutama yang bergabung dalam gerakan-gerakan Islam melakukan perlumbaan dalam kebaikan. Inilah yang kini menjadi ‘trend’ positif di kalangan umat Islam.
Al-Qur’an membolehkan bahkan
menganjurkan perlumbaan seperti ini dengan istilah ‘fastabiqul khairat’.
Perlumbaan yang dibangunkan bukanlah
untuk menjatuhkan antara satu sama lain, tapi saling melengkapi piramid
peradaban Islam.
Mengambil inspirasi bagaimana Nabi
Sulaiman as membangun kerajaannya dengan keunggulan budaya, maka kita perlulah
diajak untuk mentadabbur Al-Qur’an dan menghidupkannya dalam realiti alam
gerakan kita ketika ini.
Imam Hasan Al Banna menyebutnya dalam risalah “Dakwah Kita” :
“Proses membentuk umat,
mentarbiyah bangsa, mencapai cita-cita (merealisasikan sebuah impian) dan memperjuangkan
prinsip, memerlukan daripada umat atau sekurang-kurangnya kelompok yang mengusahakannya
memiliki jiwa yang benar-benar kental yang
dapat dilihat melalui beberapa aspek:
1. Kemahuan
tinggi yang tidak dapat digugat oleh kelemahan.
2. Kesetiaan sejati yang tidak mengenal erti kompromi & pembelotan.
3. Pengorbanan agung yang tidak mengenal erti tamak & kedekut.
4. Memahami prinsip, menyakininya, menghormatinya, tidak melakukan kesilapan, tidak terseleweng, tidak berkompromi dan tidak terpengaruh dengan prinsip lain.”
2. Kesetiaan sejati yang tidak mengenal erti kompromi & pembelotan.
3. Pengorbanan agung yang tidak mengenal erti tamak & kedekut.
4. Memahami prinsip, menyakininya, menghormatinya, tidak melakukan kesilapan, tidak terseleweng, tidak berkompromi dan tidak terpengaruh dengan prinsip lain.”
Di antara ayat-ayat yang berkait dengan ‘trend’ perlumbaan itu adalah ayat-ayat
yang berkenaan dengan keunggulan budaya Nabi Sulaiman as dan kerajaannya yang
termaktub dalam surah An-Naml ayat 15 hingga 44.
Untuk memahami paparan 30 ayat kisah
Nabi Sulaiman as, ada baiknya jika kita kaitkan dengan realiti global ketika
ini.
Di zaman globalisasi ini, kita melihat
kelemahan dan kemunduran umat Islam dalam berbagai sudut dimulai dengan ketidakmampuan
umat Islam dalam bersaing menghadapi perkembangan ekonomi, politik dan ketenteraan
antarabangsa yang sangat kompetitif.
Ketidakmampuan ini menjadi lebih parah
dengan kenyataan bahwa umat Islam dan terutama generasi mudanya menelan (bukan
sekadar ditelan) nilai-nilai globalisasi yang sudah di’Baratkan’.
Anak-anak muda ketika ini lebih bangga
dengan dunia material hasil keringat ibu bapa mereka. Pada masa yang sama
mereka pun tidak peduli dengan realiti umat yang terperosok di jurang kemiskinan.
Kekuatan-kekuatan ekonomi global telah berhasil melenakan generasi mudanya yang
sebenarnya mereka berpotensi untuk menjadi pemimpin di tahun-tahun yang mendatang.
Persoalannya ialah apakah yang mesti dilakukan oleh gerakan Islam dalam menghadapi serangan globalisasi ketika ini?
Persoalannya ialah apakah yang mesti dilakukan oleh gerakan Islam dalam menghadapi serangan globalisasi ketika ini?
Jawabannya boleh kita dapati dengan
merujuk kepada kisah Nabi Sulaiman ini, iaitu membangun tradisi yang unggul.
Kita semua memahami bahwa globalisasi
adalah :
- Idea.
- Proses.
- Ruang
neutral.
Jadi, terpulang kepada siapa yang
mengendalikannya, maka globalisasi akan berpihak kepadanya.
Islam memiliki nilai-nilai sejagat yang
sebenarnya sangat berpotensi untuk mengendalikan dunia global. Namun, faktanya
mengapa Barat yang jelas hanya bersifat lokal (just in the West) dapat mengendalikan globalisasi menjadi ‘westernisasi’ atau proses pembaratan.
Akibatnya banyak bangsa yang secara neutralnya memiliki sifat-sifat khas masing-masing
melalui fasa globalisasi, tiba-tiba sahaja mereka telah di’baratkan’.
Nabi Sulaiman as adalah raja yang memiliki penguasaan luas di era global di zamannya. Ia mengendalikan kerajaannya dengan semangat persaingan yang kuat sehingga bangsa dan masyarakat yang tersentuh dengan dakwah globalnya akan ter’sibghah’ atau tercelup dengan nilai dan cahaya Islam.
Nabi Sulaiman as adalah raja yang memiliki penguasaan luas di era global di zamannya. Ia mengendalikan kerajaannya dengan semangat persaingan yang kuat sehingga bangsa dan masyarakat yang tersentuh dengan dakwah globalnya akan ter’sibghah’ atau tercelup dengan nilai dan cahaya Islam.
Oleh kerana itu, membangun persaingan
bererti membangun keunggulan peradaban. Al-Qur’an secara lengkapnya telah merakamkan
jejak-jejak Nabi Sulaiman as membangun kekuatan diri dan kerajaannya. Di
sinilah kemudiannya kita akan memahami rahsia di sebalik kehebatan Nabi Sulaiman
dan sistem kerajaan yang dibangunnya.
KUALITI PEMIMPIN PERADABAN
KUALITI PEMIMPIN PERADABAN
Kisah-kisah kehebatan dan kebesaran Nabi
Sulaiman as (yang kemudiannya diselidiki lalu menjadi obsesi bagi orang-orang
Yahudi untuk mengembalikan kemegahannya, yakni membangun kembali kerajaan
Solomon di dunia) ini memberi inspirasi kepada kita untuk menghadirkannya di zaman
kini.
Anggaplah kerajaan Nabi Sulaiman ini
adalah organisasi antarabangsa yang handal dan institusi yang lengkap seperti
di zaman sekarang kerana baginda pernah berdoa agar diberikan kerajaan di mana
kemegahan dan kehebatannya tidak dapat ditandingi di zamannya dan di zaman yang
akan datang.
Sekarang mari kita lihat apakah
elemen-elemen yang unggul yang dimiliki oleh kerajaan Nabi Sulaiman dan menerapkan
keunggulan budayanya dalam institusi gerakan kita.
PERTAMA : TRADISI ILMIAH
YANG KUAT
“Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman.”
(QS An Naml : 15)
Kita tahu bahwa semua nabi dan
kebanyakan manusia mendapat ilmu, tapi mengapa Allah swt menekankannya pada Nabi
Daud dan Sulaiman. Ini tiada lain melainkan kerana inilah tradisi pertama dan
utama yang diisyaratkan oleh Allah pada hamba-hambaNya agar menjadi keutamaan.
Era globalisasi adalah era ilmu
pengetahuan dan teknologi. Maka menjadi keutamaan untuk membekalkan diri dengan
pengetahuan terlebih dahulu. Membekalkan pengetahuan bererti meningkatkan ilmu
dan wawasan dengan pembelajaran diri yang intensif bukan dengan ukuran nilai yang tinggi tapi hasil tiruan. Bangsa yang
maju bukanlah bangsa yang meniru tapi bangsa yang banyak membuat penerokaan
baru dan berinovasi.
Pada ayat itu juga, Allah mengisyaratkan dua peribadi yang mewakili dua generasi yang berbeza. Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa komunikasi terbaik antara generasi ini adalah komunikasi pengetahuan.
Pada ayat itu juga, Allah mengisyaratkan dua peribadi yang mewakili dua generasi yang berbeza. Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa komunikasi terbaik antara generasi ini adalah komunikasi pengetahuan.
Negara, jamaah dan gerakan yang kuat
tradisi ilmiahnyalah yang akan memenangi persaingan zaman. Sekali lagi, di sini
seolah-olah Al-Qur'an mengatakan bahwa mereka yang memiliki tradisi meniru dan
menciplak tidak akan mendapat tempat yang terhormat di setiap zamannya.
Perhatikanlah bagaimana Nabi Daud dan
Sulaiman bersikap terhadap ilmu yang Allah lebihkan kepada mereka di mana keduanya
mengucapkan :
"Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan
hamba-hambanya yang beriman." (QS An Naml :15)
KEDUA : PROSES PEMBENTUKAN YANG KUKUH DAN PROAKTIF
KEDUA : PROSES PEMBENTUKAN YANG KUKUH DAN PROAKTIF
“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud.” (QS An Naml : 16)
Perhatikan ayatnya di mana, sebagai
generasi penerus, Nabi Sulaiman menjadi ‘fa'il’ atau pelaku yang proaktif
mewarisi kelebihan-kelebihan ayahnya bahkan melebihi keunggulan kapasiti yang
dimiliki oleh ayahnya.
Al-Qur'an dengan begitu cermat
menyatakan bahwa, bukanlah Daud yang mewariskan kelebihannya pada Sulaiman
melainkan Sulaiman yang proaktif meningkatkan kapasitinya seperti dan bahkan
melebihi ayahnya.
Warisan yang dimaksudkan bukanlah harta
tetapi ‘KENABIAN’. Rasulullah saw sendiri pernah mengatakan bahwa para Nabi
tidak mewariskan harta pada anak-anak mereka. Ibnu Katsir mengatakan bahwa
harta-harta sepeninggalan para Nabi menjadi sedekah bagi umatnya.
Pembentukan yang kukuh akan menjadi baik jika disokong oleh tradisi generasi pendahulu yang kuat dan sikap proaktif generasi kedua yang progresif.
Pembentukan yang kukuh akan menjadi baik jika disokong oleh tradisi generasi pendahulu yang kuat dan sikap proaktif generasi kedua yang progresif.
Di sini, seakan-akan kita dibawa kepada
pemahaman yang luas bahwa masing-masing kita mesti memiliki tradisi pembentukan
yang kukuh dan berwawasan.
Seperti yang dijelaskan tadi, jika kita
perhatikan secara cermat dari ayat ini, kita akan menemui sebuah isyarat bahwa
komunikasi antara generasi yang dibangun adalah komunikasi pengetahuan, yang kerana
itu ianya seolah-olah mengajak kita untuk sentiasa membangunkan penerusan
peradaban Islam dengan proaktif dengan membaca gagasan para ilmuan dan ulama’
generasi sebelum kita.
KETIGA : PENGUASAAN BAHASA ASING
KETIGA : PENGUASAAN BAHASA ASING
“Dan dia berkata: "Wahai manusia, kami telah diberi
pengertian tentang bahasa burung.” (QS An Naml : 16).
Jika kita ingin unggul dan memiliki
pergaulan antarabangsa yang luas, maka penguasaan bahasa asing adalah suatu yang
mutlak dan banyak manfaat yang boleh kita dapat di antaranya :
- Kita
akan cepat menyerap informasi utama.
- Tidak
mudah ditipu dan ditertawakan oleh bangsa lain.
- Kita
dapat menyebarkan dakwah dan propaganda politik kebenaran.
Bahasa burung dalam ayat ini
mengisyaratkan sebagai bahasa asing di luar bahasa yang boleh difahami oleh
manusia biasa. Penguasaan bahasa asing menjadi kewajiban mutlak bagi aktivis
gerakan Islam terutama bahasa induk Al-Qur'an yang membuatkan kita lebih cerdas.
“Sesungguhnya
Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya.” (QS Yusuf : 2)
Nampaknya penguasaan bahasa asing ini menjadi kewajiban yang mesti diprogramkan oleh gerakan Islam dalam pakej program “penghapusan buta bahasa asing di kalangan aktivis dakwah”.
KEEMPAT : PEMILIKAN SUMBER MANUSIA DAN ALAM SEMULAJADI
Nampaknya penguasaan bahasa asing ini menjadi kewajiban yang mesti diprogramkan oleh gerakan Islam dalam pakej program “penghapusan buta bahasa asing di kalangan aktivis dakwah”.
KEEMPAT : PEMILIKAN SUMBER MANUSIA DAN ALAM SEMULAJADI
“Dan kami diberi segala sesuatu.” (QS An Naml : 16)
Kewujudan suatu sumber daya membuatkan
kita lebih yakin untuk membangun sebuah prestasi dan kejayaan.
Nabi Sulaiman as diberikan oleh Allah
berbagai sumber daya alam bermula dari angin yang boleh diperintah hingga ke daratan
dan samudera laut, bahkan syaitan dan jin pun berada di bawah kendaliannya
hingga dalam surah Shad kita mengetahui bagaimana syaitan yang mengabdi diri kepada
Nabi Sulaiman bekerja sesuai dengan kelayakannya di bidang pembangunan dan penyelaman.
“Kemudian Kami tundukkan
kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana sahaja yang
dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya
ahli bangunan dan penyelam.” (QS Shad : 36-37)
Kebanyakan negara umat Islam adalah negara yang kaya raya samada sumber dari daratan dan lautannya. Di daratan terdapat berbagai potensi sumbernya dari potensi bawah tanahnya berupa bahan galian emas hingga emas hitam (minyak) sehingga ke pelbagai potensi sumber di atas tanahnya. Begitu juga potensi lautan yang boleh digali hasilnya bila-bila sahaja tanpa terpengaruh dengan musim dan cuaca serta kekayaan yang dimilikinya dapat kita ambil bila-bila masa sahaja yang kita mahu.
Kebanyakan negara umat Islam adalah negara yang kaya raya samada sumber dari daratan dan lautannya. Di daratan terdapat berbagai potensi sumbernya dari potensi bawah tanahnya berupa bahan galian emas hingga emas hitam (minyak) sehingga ke pelbagai potensi sumber di atas tanahnya. Begitu juga potensi lautan yang boleh digali hasilnya bila-bila sahaja tanpa terpengaruh dengan musim dan cuaca serta kekayaan yang dimilikinya dapat kita ambil bila-bila masa sahaja yang kita mahu.
Namun, jika kemudiannya pemanfaatannya
tidak diimbangi dengan kepemilikan teknologi, maka adalah wajar jika ketahanan negara-negara
tersebut sentiasa mampu dicerobohi.
Untuk itu, sumber manusia (human capital) adalah perkara yang
asasi yang perlu dididik terlebih dahulu secara kompeten.
KELIMA : PENGURUSAN YANG CANGGIH
KELIMA : PENGURUSAN YANG CANGGIH
“Dan dihimpunkan oleh Sulaiman tenteranya dari jin, manusia dan
burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).” (QS An Naml : 17)
Cuba kita bayangkan kerajaan ‘multinasional’ yang dibangunkan oleh
Nabi Sulaiman adalah kerajaan atau organisasi yang ‘super sibuk’.
Mereka semuanya sibuk bekerja sesuai dengan
peraturan-peraturan kerjanya masing-masing. Tentera atau para pegawai atau para
aktivis yang bekerja dalam kerajaan Sulaiman ini bekerja dengan
bersungguh-sungguh dan tiada seorangpun anggotanya yang berdiam diri.
Mungkin boleh kita buatkan perumpamaan
bahwa jin, manusia dan burung tersebut merupakan simbol dari kualiti aktivis
atau pegawai yang berbeza-beza, bekerja dengan tingkatan kecepatan yang tinggi
atau masing-masing bekerja sesuai dengan sektor atau segmen kelompoknya
masing-masing.
Jika kita amati lebih mendalam, istilah 'diatur dengan tertib' yang digunakan oleh
Al-Qur'an bukanlah sekadar diurus, melainkan ‘yuuza'un’ (diatur dengan tertib dalam suatu barisan yang kukuh).
KEENAM : KEPEKAAN SOSIAL YANG TINGGI
KEENAM : KEPEKAAN SOSIAL YANG TINGGI
Nabi Sulaiman as sebagai raja tidak
tinggal dan hanya duduk mengatur kerajaannya di atas kerusi empuknya, ia bahkan
menghabiskan masa-masanya lebih banyak turun ke lapangan atau medan hingga ke
negeri-negeri yang tandus tempat rakyatnya kekurangan air.
Kepekaan sosial ini juga melatih tenteranya
untuk mampu mendapatkan ketahanan hidup di berbagai tempat. Perjalanan sosial
inilah yang kemudiannya menghantarkan Sulaiman dan tenteranya tiba di sebuah
lembah semut.
Di sini juga, kemudiannya berlakulah percakapan
’bahasa asing’ itu.
”Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor
semut, ”Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak
diinjak oleh Sulaiman dan tenteranya, sedangkan mereka tidak menyedari.” (QS An
Naml :18)
KETUJUH : SIKAP BERDISIPLIN DAN KETEGASAN
KETUJUH : SIKAP BERDISIPLIN DAN KETEGASAN
Kerajaan antarabangsa yang dipimpin oleh
Nabi Sulaiman as memiliki jadual-jadual khusus untuk melakukan koordinasi dan penilaian
ke atas program kerajaannya. Bahkan Nabi Sulaiman pun memiliki sidang pleno
yang menghadirkan para pegawai kerajaan seluruhnya di mana semua personaliti utama
dipanggil dan undangan diwajibkan untuk datang tepat pada waktunya di mana jika
mereka datang lewat dari waktu yang ditetapkan akan mendapat hukuman dari baginda
sendiri.
Paradigma perusahaan atau kerajaan yang
dipimpin oleh Nabi Sulaiman ini menyatakan bahwa ketidakhadiran atau
keterlambatan adalah menjadi salah satu sebab yang akan mengganggu tenaga dan kemajuan
perusahaan atau kerajaannya.
Perhatikanlah bagaimana Nabi Sulaiman
begitu memperhatikan seluruh fungsi kerajaannya dan bahkan tidak sekadar
memberikan ’perhatian’, lebih jauh lagi, beliau ’memeriksa’ keberadaan
mereka dengan begitu cermat.
Perhatikan ayat berikut :
”Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, ”Mengapa aku tidak
melihat Hud-Hud, apakah ia termasuk yang tidak hadir?” (QS An Naml : 20)
Di samping kerajaan Nabi Sulaiman yang memiliki tradisi kedisiplinan dan ketepatan waktu, beliau juga memiliki sikap yang tegas atas orang-orang yang tidak menjunjung tinggi hal-hal yang menyangkut kedisiplinan berdasarkan ayat berikut :
Di samping kerajaan Nabi Sulaiman yang memiliki tradisi kedisiplinan dan ketepatan waktu, beliau juga memiliki sikap yang tegas atas orang-orang yang tidak menjunjung tinggi hal-hal yang menyangkut kedisiplinan berdasarkan ayat berikut :
”Pasti akan aku azab (hukum) ia dengan azab (hukuman) yang berat
atau benar-benar menyembelihnya, kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku
dengan alasan yang jelas.” (QS An Naml : 21)
Dalam bahasa pengurusannya :
“Akan aku berikan hukuman atau aku pecat.”
KELAPAN : KETAATAN INDIVIDU PADA MISI DAKWAH ISLAM
KELAPAN : KETAATAN INDIVIDU PADA MISI DAKWAH ISLAM
Jika kita kembali membuat perbandingan
kerajaan Nabi Sulaiman ini dengan pergerakan atau perniagaan, maka kita akan
mendapati bahwa seluruh personaliti atau aktivisnya memiliki ketaatan terhadap
misi gerakan atau perniagaan yang tinggi sehinggakan ke mana langkah kakinya
diayunkan, maka langkah itu tidak terlepas dari misi yang dicanangkan oleh gerakan
atau perniagaannya.
”Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-Hud), lalu ia berkata,
”Aku telah mengetahui sesuatu yang belum kau ketahui. Aku datang kepadamu dari
negeri Saba’ membawa suatu berita yang meyakinkan.” (QS An Naml : 22)
Jika kita perhatikan dengan saksama, Hud-Hud sebagai burung kecil atau dalam konteks perniagaan ia tergolong sebagai pegawai bawahan, namun memiliki kesamarataan di hadapan rajanya sebagaimana gambaran ayat di atas.
Jika kita perhatikan dengan saksama, Hud-Hud sebagai burung kecil atau dalam konteks perniagaan ia tergolong sebagai pegawai bawahan, namun memiliki kesamarataan di hadapan rajanya sebagaimana gambaran ayat di atas.
Berikut adalah informasi yang didapati
oleh Hud-Hud dalam perjalanannya ke negeri Saba’ :
”Sungguh ku dapati ada
seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahkan segala sesuatu,
serta memiliki singgahsana yang besar.” (QS An Naml : 23)
Lalu ia memberitahu fakta-fakta yang ia
temui yang bertentangan dengan misi kerajaan Nabi Sulaiman iaitu ‘Tauhid’.
”Aku dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada
Allah; dan syaitan telah menjadikan terasa indah perbuatan-perbuatan (buruk)
mereka, sehingga menghalangi mereka dari jalan (Allah), maka mereka tidak
mendapat petunjuk. Mereka juga tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang
terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan
dan yang kamu nyatakan.” (QS An Naml : 24-25)
Menyedari akan kekhilafan Hud-Hud yang telah membesar-besarkan kelimpahan kekayaan dan kemegahan kerajaan Ratu Balqis, Hud-Hud pun menegaskan pernyataannya dengan berkata :
Menyedari akan kekhilafan Hud-Hud yang telah membesar-besarkan kelimpahan kekayaan dan kemegahan kerajaan Ratu Balqis, Hud-Hud pun menegaskan pernyataannya dengan berkata :
”Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Tuhan yang mempunyai singgahsana
yang agung.”
Jika diperhatikan lebih jauh, kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia pada Tuhannya dalam ayat ini akan ikut mengganggu eko-sistem haiwan dan lingkungannya. Makhluk-makhluk ini akan merasa terganggu keseimbangannya akibat perilaku manusia yang menyimpang. Adalah wajar jika kemudiannya Hud-Hud menyatakan kebimbangannya kepada Nabi Sulaiman kerana di zamannya, Nabi Sulaimanlah yang peka terhadap kegundahan haiwan akibat kemaksiatan manusia itu.
Jika diperhatikan lebih jauh, kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia pada Tuhannya dalam ayat ini akan ikut mengganggu eko-sistem haiwan dan lingkungannya. Makhluk-makhluk ini akan merasa terganggu keseimbangannya akibat perilaku manusia yang menyimpang. Adalah wajar jika kemudiannya Hud-Hud menyatakan kebimbangannya kepada Nabi Sulaiman kerana di zamannya, Nabi Sulaimanlah yang peka terhadap kegundahan haiwan akibat kemaksiatan manusia itu.
Di sini kita mendapat hikmah bahwa
burung-burung pun bersemangat ikut berdakwah dengan memberikan informasi pada
Nabi Sulaiman.
KESEMBILAN : PENGESAHAN DAN PENYIASATAN
KESEMBILAN : PENGESAHAN DAN PENYIASATAN
Dalam teori pertahanan, ada dua alat
pertahanan yang sangat penting iaitu :
- Kekuatan
fizikal yang meliputi persenjataan dan keanggotaan itu sendiri.
- Ketepatan
maklumat.
Nabi Sulaiman sebagai raja yang mendapat
maklumat baru dari Hud-Hud, tidak mudah percaya begitu sahaja bahkan beliau
kembali menugaskan Hud-Hud untuk mengesahkan semula kebenaran maklumat itu
dengan tindakbalas yang akan muncul ke permukaan menjadi sebuah peristiwa.
Bagi Hud-Hud, ini adalah ujian
kejujuran, tapi bagi Nabi Sulaiman, ini adalah cara baginda membuat pengesahan kejujuran
pegawainya dan pada masa yang sama Nabi Sulaiman pun membuat penyiasatan
terhadap kebenaran fakta tersebut. Perhatikan ayat berikut :
”Dia (Sulaiman) berkata, ”Akan kami lihat, apa kamu benar atau
termasuk yang berdusta.” Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu
jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikan
apa yang mereka bicarakan.” (QS An Naml : 27-28)
KESEPULUH : MUSYAWARAH
KESEPULUH : MUSYAWARAH
Sembilan tradisi di atas adalah tradisi yang
unggul dari kerajaan Nabi Sulaiman. Al-Qur’an secara tersirat mencantumkan satu
keunggulan budaya kerajaan yang dimiliki oleh ratu Balqis, iaitu tradisi syura.
Perhatikan ayat-ayat berikut :
”Dia (Balqis) berkata, ”Wahai para pembesar! Sesungguhnya telah
disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya (surat) itu dari
Sulaiman yang isinya, ‘Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang.
Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai
orang-orang yang berserah diri.’ ”Wahai para pembesar! Berilah aku pertimbangan
dalam perkaraku (ini). Aku tidak pernah memutuskan sebuah perkara sebelum kamu
memberi kesaksian.” (QS An Naml : 29 – 32)
Perhatikan dengan cermat bagaimana jawaban PARA PEMBESAR kerajaannya. Walaupun Balqis membuka peluang untuk sumbangsaran (brainstorming) dan bermusyawarah dalam persoalan-persoalan kerajaan, para pembesar itu tidak memiliki gagasan kecerdasan atau pengetahuan yang mantap atau informasi yang tepat yang diperlukan oleh kerajaan dalam memutuskan persoalan mereka.
Perhatikan dengan cermat bagaimana jawaban PARA PEMBESAR kerajaannya. Walaupun Balqis membuka peluang untuk sumbangsaran (brainstorming) dan bermusyawarah dalam persoalan-persoalan kerajaan, para pembesar itu tidak memiliki gagasan kecerdasan atau pengetahuan yang mantap atau informasi yang tepat yang diperlukan oleh kerajaan dalam memutuskan persoalan mereka.
Justeru yang nampak adalah sikap
pragmatis yang tidak berasaskan kematangan berfikir pemilik peradaban.
”Mereka menjawab, ‘Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar
biasa (untuk berperang), dan keputusan ada padamu. Maka pertimbangkanlah apa
yang akan engkau perintahkan.” (QS An Naml : 33)
Bandingkan dengan jawaban PEGAWAI Nabi Sulaiman, jawabannya lebih bervisi, mencerminkan sokongan kepada misi kebenaran gerakan, penuh gagasan dan informasi yang tepat.
Bandingkan dengan jawaban PEGAWAI Nabi Sulaiman, jawabannya lebih bervisi, mencerminkan sokongan kepada misi kebenaran gerakan, penuh gagasan dan informasi yang tepat.
Syura yang seperti inilah yang
diharapkan. Keseimbangan dan kesamarataan antara ‘mas’ul’ (ketua) dan ‘jundinya’
(anggotanya). Keputusan tidak sepenuhnya bergantung pada mas’ulnya tetapi juga
dipikul tanggungjawabnya oleh ahli-ahli syura yang lain.
Kesamarataan antara raja dan pegawainya
ini berasaskan kepada suatu kata kunci iaitu :
Keyakinan kepada suatu visi dan misi yang sama yang telah melekat
dalam keperibadian mereka.
Dalam pengurusan organisasi moden di abad ke 21, terdapat sebuah gagasan bahwa organisasi yang ideal adalah organisasi yang seolah-olah tidak memerlukan pemimpinnya. Pergantian kepimpinan tidak akan dapat merubah misi besar pengurusan organisasinya. Di sini tidak ada kebergantungan pada seseorang individu.
Dalam pengurusan organisasi moden di abad ke 21, terdapat sebuah gagasan bahwa organisasi yang ideal adalah organisasi yang seolah-olah tidak memerlukan pemimpinnya. Pergantian kepimpinan tidak akan dapat merubah misi besar pengurusan organisasinya. Di sini tidak ada kebergantungan pada seseorang individu.
Dalam pengalaman salah satu gerakan
Islam terbesar ketika ini misalnya, ketiadaan Imam Hasan Al-Banna tidak mengurangkan
atau membelokkan visi dan misi gerakan Ikhwan dari dakwahnya, bahkan semakin
membesar sayapnya, begitu juga dengan gerakan Islam lainnya.
Kewujudan gerakan-gerakan Islam lebih disebabkan
oleh misi besar peradaban yang menjadi obsesinya untuk menyelesaikan sebuah projek
mega. Oleh yang demikian, walau siapapun pemimpinnya, mereka tetap komited
dengan misi yang telah dicanangkan bersama.
KESEBELAS : RABBANIYAH
Kerajaan Nabi Sulaiman walaupun kaya
raya, tidak menjadikannya lupa diri, bahkan kekayaannya itu sendiri bukanlah
tujuan hidupnya melainkan sebagai wasilah dakwahnya sehingga tidak berlaku tradisi
rasuah atapun mudah dibeli oleh sebarang bentuk material lainnya.
Di era globalisasi dan pasaran bebas ketika
ini, putaran keluar masuk harta sesungguhnya tidak dapat dielakkan. Jika tidak berhati-hati
dari mana sumbernya dan untuk apa, maka seseorang itu akan terbeli oleh dunia.
Contohilah sikap Nabi Sulaiman ketika
diuji dengan hadiah berupa material oleh ratu Balqis.
”Dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan
(membawa hadiah), dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa oleh para utusan
itu.” (QS An Naml : 35)
Inilah sikap Nabi Sulaiman :
”Maka ketika para utusan itu sampai kepada Sulaiman, dia
(Sulaiman) berkata, ”Apakah kamu akan memberikan harta kepadaku lebih baik
daripada apa yang Allah berikan kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan
hadiahmu.” (QS An Naml : 36)
Bangunan tradisi Nabi Sulaiman dan kerajaannya adalah bangunan keseimbangan antara kekuatan kerohanian keimanan dan sumber kekayaan material kerajaan.
Bangunan tradisi Nabi Sulaiman dan kerajaannya adalah bangunan keseimbangan antara kekuatan kerohanian keimanan dan sumber kekayaan material kerajaan.
Dari segi material, Nabi Sulaiman
membangun kerajaannya dengan kemegahan-kemegahan sehingga boleh dianggap
sebagai projek-projek mercusuar seperti bangunan-bangunan yang tinggi,
patung-patung yang monumental bahkan piring-piring besar sebesar kolam dan
lain-lain.
“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari
gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya)
seperti kolam dan periuk (yang tetap berada) di atas tungku.” (QS Saba’ : 13)
Kemegahan-kemegahan bukanlah suatu perkara yang ‘taboo’, bahkan dalam interaksi antara negara dan peradaban, perkara ini menjadi penting bagi sebuah persaingan dengan kerajaan lainnya kerana menaklukkan kesombongan kemegahan material kerajaan lain dengan kemegahan material yang lebih dahsyat dengan dihiasai akhlak yang tinggi adalah bentuk ketawadhu’an juga.
Kemegahan-kemegahan bukanlah suatu perkara yang ‘taboo’, bahkan dalam interaksi antara negara dan peradaban, perkara ini menjadi penting bagi sebuah persaingan dengan kerajaan lainnya kerana menaklukkan kesombongan kemegahan material kerajaan lain dengan kemegahan material yang lebih dahsyat dengan dihiasai akhlak yang tinggi adalah bentuk ketawadhu’an juga.
Namun, kemegahan ini adalah dalam konsep
zuhud, iaitu tidak dimasukkan ke dalam hati, cukup di tangan sahaja dan bukan
menjadi tujuan hidup.
Bagi kita, secara individu, kekayaan itu
jangan menyebabkan kita terlena, tapi dalam konteks institusi, kekayaan gerakan, jamaah,
perusahaan, organisasi malah sebuah negara menjadi sesuatu yang sangat penting.
Yang perlu ditekankan dalam hal ini
adalah niat kolektif kita, ketelusan dan pertanggungjawaban serta tidak
menyakiti perasaan mereka yang kurang berkemampuan.
Keseimbangan Rabbaniyah antara kekuatan keimanan dan material ini tercermin pula dalam Al-Qur’an surah Al-Hadid (Besi) ayat 25 dengan tiga perkara :
Keseimbangan Rabbaniyah antara kekuatan keimanan dan material ini tercermin pula dalam Al-Qur’an surah Al-Hadid (Besi) ayat 25 dengan tiga perkara :
- Al-Kitab
(Wahyu).
- Al-Mizan
(Keseimbangan).
- Al-Hadid
(Besi).
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul kami dengan membawa
bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan
neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan
besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi
manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui
siapa yang menolong (agama)Nya dan Rasul-rasulNya padahal Allah tidak
dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS Al-Hadid : 25)
Mentadabbur ayat ini akan menyedarkan kita betapa umat Islam begitu tertinggal dari segi teknologi material yang sebenarnya telah diisyaratkan kepentingannya oleh Allah swt 1,400 tahun yang lalu.
Mentadabbur ayat ini akan menyedarkan kita betapa umat Islam begitu tertinggal dari segi teknologi material yang sebenarnya telah diisyaratkan kepentingannya oleh Allah swt 1,400 tahun yang lalu.
Perkara ini menjadi suatu kepentingan bagi
kaum muslimin yang bekerja dalam bidang pembangunan, perlombongan, telekomunikasi,
teknologi dan lain-lainnya agar mengukuhkan kekuatan teknologinya untuk
dipergunakan sebesar-besarnya demi kebaikan dan membela agama Allah dan
RasulNya.
KEDUABELAS : KETENTERAAN YANG KUAT
KEDUABELAS : KETENTERAAN YANG KUAT
Dalam konteks pertahanan ada sebuah
pepatah masyhur yang berkembang :
“Barangsiapa yang mengharapkan perdamaian maka bersiaplah
menghadapi peperangan. Begitu pula dalam konteks dialog peradaban, ketika
komitmen damai secara politik atau ekonomi itu tidak ada, maka kekuatan ketenteraan
adalah jawaban terakhir.”
Oleh yang demikian, perlumbaan kekuatan ketenteraan
dunia sentiasa mengarah kepada usaha persiapan ini iaitu :
- Jumlah
pasukan.
- Tingkatan
latihan.
- Teknologi
persenjataan.
- Pasukan
perisik dan pengintip.
di samping kekuatan-kekuatan strategik
lainnya.
“Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa sahaja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu
tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa sahaja yang kamu nafkahkan
pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak
akan dianiaya (dirugikan). Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka
condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Anfal : 60-61)
Kisah Nabi Sulaiman as mengajarkan kepada
kita sebuah sikap yang menarik, ketika harga diri terhadap ajakan dakwah
peradabannya tidak diindahkan, maka Sulaiman pun mengambil keputusan besar:
”Kembalilah kepada mereka! Sungguh, kami pasti akan mendatangi
mereka dengan bala tentera yang mereka tidak mampu melawannya, dan akan kami
usir mereka dari negeri itu (Saba’) secara terhina sedangkan mereka akan
menjadi (tawanan) yang hina dina.” (QS An Naml : 37)
Apa yang diucapkan oleh Nabi Sulaiman as
bukanlah sebuah gertakan kerana bala tentera yang tidak mampu dikalahkan itu
adalah satu kenyataan.
Bagi umat Islam, sesungguhnya persiapan
pertahanan dan ketenteraan perlu mendapat perhatian di mana kemampuan teknologi
ketenteraan dan persenjataan ini dalam hubungan antarabangsa mampu meningkatkan
keupayaan dan martabat umat.
Jika kita kuat di sisi ini, maka begitu
pula di sisi lainnya seperti bidang sumber manusia, ilmu pengetahuan dan
teknologi, sistem sosial, ekonomi, politik dan kepimpinan pemerintahan, maka umat
ini akhirnya tidak akan mudah ditundukkan oleh kuasa-kuasa Barat.
KETIGABELAS : TEKNOLOGI TINGGI
KETIGABELAS : TEKNOLOGI TINGGI
Nabi Sulaiman adalah raja yang cerdas di mana usaha dakwah mesti terlebih dahulu dikedepankan
sebelum kekuatan ketenteraan menjadi jawaban terakhir.
Maka Nabi Sulaiman pun menggunakan usaha
pendekatan di mana di akhir kisah itu akan memukau pesona peradaban ilmu.
Perhatikanlah:
“Dia (Sulaiman) berkata, ”Wahai para pembesar! Siapakah di antara
kamu yang sanggup membawa singgahsananya kepadaku sebelum mereka datang
kepadaku menyerahkan diri?” (QS An Naml : 38)
“Ifrit dari golongan jin berkata, ”Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu; dan sungguh aku kuat melakukannya dan dapat dipercayai.” (QS An Naml : 39)
Dalam sebuah riwayat, dikatakan bahwa ternyata jin tersebut tidak dapat memindahkannya, hingga Sulaiman berdiri dari tempat duduknya.
“Ifrit dari golongan jin berkata, ”Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu; dan sungguh aku kuat melakukannya dan dapat dipercayai.” (QS An Naml : 39)
Dalam sebuah riwayat, dikatakan bahwa ternyata jin tersebut tidak dapat memindahkannya, hingga Sulaiman berdiri dari tempat duduknya.
Sekarang perhatikan orang yang berilmu
mengajukan dirinya :
“Seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab berkata, ”Aku akan
membawa singgahsana itu kepadamu sebelum matamu berkedip. Maka ketika dia
(Sulaiman) melihat singgahsana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata,
”Ini termasuk kurnia Tuhan untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau
mengingkari (nikmatNya). Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia
bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka
sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, Maha Mulia.” (QS An Naml : 40)
Di era sekarang kita memerlukan orang-orang yang berilmu pengetahuan seperti di atas yang dapat dimanfaatkan untuk kebaikan yang seluas-luasnya.
Di era sekarang kita memerlukan orang-orang yang berilmu pengetahuan seperti di atas yang dapat dimanfaatkan untuk kebaikan yang seluas-luasnya.
Penggunaan alat-alat mistik sangat tidak
relevan untuk membangun sebuah negara yang kuat.
Sebagaimana diceritakan dalam ayat
di atas, orang-orang berpengetahuanlah yang dapat menghadirkan
keinginan-keinginan dan kebaikan-kebaikan.
Dalam konteks peradaban, kita akan temui
sebuah kenyataan bahwa peradaban yang menang adalah peradaban yang memiliki
tingkatan pengetahuan dan kecanggihan teknologi yang tinggi.
KEEMPATBELAS : KREATIVITI
KEEMPATBELAS : KREATIVITI
Ini adalah ’cara perantara’ Nabi Sulaiman
untuk menguji objek dakwahnya.
Kreativiti juga bermanfaat untuk membezakan
mana yang ‘tsawabit’ (tetap) sebagai ‘asholahnya’ (keasliannya) dan mana
yang ‘mutaghayyirat’
(boleh berubah) sebagai ruang inovasinya.
“Dia (Sulaiman) berkata, ”Ubahlah untuknya singgahsananya; kita
akan melihat apakah dia (Balqis) mengenali; atau tidak mengenalinya lagi.” (QS
An Naml : 41)
Dalam konteks dakwah, gerakan dan peradaban, kreativiti adalah satu perkara yang mutlak dimiliki samada dalam menciptakan sesuatu yang baru ataupun mengubahsuai warisan yang telah ada.
Dalam konteks dakwah, gerakan dan peradaban, kreativiti adalah satu perkara yang mutlak dimiliki samada dalam menciptakan sesuatu yang baru ataupun mengubahsuai warisan yang telah ada.
Kita perlu memadukan potensi otak kiri
yang sangat sistemik dan terukur itu dengan otak kanan yang sangat ‘imajinatif’
dan kreatif.
Kreativiti adalah kemestian yang perlu
dijelmakan dalam tradisi pembelajaran dan dakwah kita.
Tanpa kreativiti,
kejemuan akan menghinggap di mana selain ianya membuatkan kerja menjadi ‘stereotaip”,
ia juga akan mematikan potensi-potensi yang seharusnya dikembangkan.
KELIMABELAS : DIALOG PERADABAN DAN KEMAMPUAN BERDIPLOMASI
KELIMABELAS : DIALOG PERADABAN DAN KEMAMPUAN BERDIPLOMASI
Kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis
adalah kisah dialog peradaban yang mempesonakan.
Dialog ini bukanlah sebuah dialog yang
bersifat toleransi melainkan ianya lebih sebagai dialog kebenaran yang menguji
kualiti antara peradaban.
Pada masa yang sama juga, ia akan
menguji tingkatan kemampuan berdiplomasi antara pemimpin peradaban.
“Maka ketika dia (Balqis) datang, ditanyakanlah (kepadanya),
”Serupa inikah singgahsanamu?”(QS An Naml : 42)
Agar dia tidak jatuh harga diri dan kerajaannya di depan Nabi Sulaiman, maka dia pun menjawab dengan penuh diplomasi.
Agar dia tidak jatuh harga diri dan kerajaannya di depan Nabi Sulaiman, maka dia pun menjawab dengan penuh diplomasi.
Perhatikan jawabannya:
“Dia (Balqis) menjawab, ”Seakan-akan itulah dia.” (QS An Naml : 42)
Jawaban ini menunjukkan keraguan dan kehairanan
Balqis atas apa yang sedang berlaku di hadapannya. Ia tidak percaya jika singgahsananya
ada di depannya di lingkungan kerajaan Nabi Sulaiman.
Jika ia mengatakan ‘benar itu singgahsanaku’
maka hal itu menunjukkan kekalahannya. Jika ia mengatakan ‘tidak, itu bukan singgahsanaku’
bererti ia telah menipu dirinya sendiri, kerana secara jujurnya ia merasa takjub
mengapa Nabi Sulaiman dapat menduplikasi dan membawa singgahsananya dengan begitu
tepat.
Kenyataan diplomasinya tadi kemudian dia
tambahkan :
“(Dan Balqis berkata), ”Kami telah diberikan pengetahuan
sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS
An Naml : 42)
Subhanallah! Itulah dia limabelas (15) elemen keunggulan dalam peradaban kerajaan Nabi Sulaiman dan Balqis.
Subhanallah! Itulah dia limabelas (15) elemen keunggulan dalam peradaban kerajaan Nabi Sulaiman dan Balqis.
Perkara ini juga yang seharusnya menjadi
inspirasi kepada kita dalam membangun peradaban Islam.
Tradisi ilmiah, usaha perekrutan, pengurusan
aset dan sumber manusia, kedisiplinan, tradisi syura, rabbaniyah, kekuatan ketenteraan
hinggalah kepada kecanggihan teknologi dan kemampuan diplomasi adalah di antara
elemen-elemen yang penting untuk kita terapkan dalam tradisi umat dan bangsa
ini, setidak-tidaknya dalam konteks mikro di dalam organisasi kita.
SAAT DAN KETIKANYA UNTUK MENJEMPUT SEBUAH IMPIAN
SAAT DAN KETIKANYA UNTUK MENJEMPUT SEBUAH IMPIAN
Jika kita mengikuti langkah Nabi Sulaiman
dalam membangun tradisi diri dan kerajaannya yang unggul, maka kita akan menemui
sebuah fakta bahwa peradaban yang lain pun akan terpesona kerananya.
Ketahuilah, bahwa Ratu Balqis itu
kemudiannya masuk Islam kerana tarikan kepada peradaban pengetahuan dan
rabbaniyah Nabi Sulaiman yang menjelma di alam nyata.
“Dikatakan kepadanya: ”Masuklah ke dalam Istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman : ”Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”.
“Dikatakan kepadanya: ”Masuklah ke dalam Istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman : ”Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”.
Benarlah kerana kerajaan kacanya dibuat
di atas pantai laut yang mengombak indah dengan hiasan laut dan ikan-ikan indah
di bawahnya yang dilapisi lantai tebal, telus, lut sinar dan licin yang terbuat
dari kaca sehingga menipu mata bagaikan menginjak kolam lautan yang indah.
Perhatikanlah bagaimana reaksi Balqis melihat kenyataan yang agung ini:
Perhatikanlah bagaimana reaksi Balqis melihat kenyataan yang agung ini:
”Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku
dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.” (QS
An Naml : 44)
Dari doa dan ungkapan Balqis itu, kalimah ‘ma’a Sulaiman’ mengisyaratkan sebuah pesanan yang jelas bahwa dia baru menyerahkan diri (aslama) pada Allah itu hanya bersama Nabi Sulaiman, ketika itu dan untuk seterusnya.
Dari doa dan ungkapan Balqis itu, kalimah ‘ma’a Sulaiman’ mengisyaratkan sebuah pesanan yang jelas bahwa dia baru menyerahkan diri (aslama) pada Allah itu hanya bersama Nabi Sulaiman, ketika itu dan untuk seterusnya.
Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah Tuhan
Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS