Dunia
Islam kini menyaksikan lahirnya berbagai harakah, tanzim, jamaah dan firqah
Islamiyah yang beraneka ragam.
Terdapat
bermacam-macam madrasah pemikiran yang masing-masing memiliki manhaj tersendiri
dalam berkhidmat dan berjuang menegakkan Islam di muka bumi sesuai dengan :
- Penentuan sasaran.
- Keutamaan.
- Tahapan.
Dr Yusuf Al Qaradhawi
dalam kitabnya ‘Fiqhul Ikhtilaf
‘menyatakan bahwa tidaklah menjadi masalah adanya beberapa kelompok dan jamaah
yang berjuang untuk menegakkan Islam selagimana perkara itu merupakan :
- Perbezaan yang bersifat variatif (ta’addudu tanawwu’)
BUKAN
- Perbezaan yang
bersifat kontradiktif (‘ta’addudu ta’arudh’)”.
Syarat lainnya adalah antara
semua pihak perlu ada hubungan kerja dan koordinasi sehingga mereka saling
menyempurnakan dan menguatkan. Dalam menghadapi masalah-masalah asasi dan keperihatinan
bersama, ia perlu mencerminkan satu barisan, laksana bangunan yang kukuh.
Namun, pada kenyataannya
seperti yang diungkapkan oleh Ustaz Fathi Yakan bahwa “ta’addudiyah” (berbilang
harakah, tanzim, jamaah dan firqah Islamiyah) yang ada kini tidak melahirkan
kecuali :
- Semakin memuncaknya
permusuhan.
- Menghembuskan nafsu
hasad dan dengki kepada sesama sendiri.
- Saling bertengkar.
- Saling mengintai
kelemahan.
Ianya benar-benar
bertentangan dengan kehendak Islam bahwa perlu wujud suasana saling memahami
dan saling menutupi kesalahan di antara gerakan Islam.
Realiti yang
diungkapkan oleh Ustaz Fathi Yakan benar-benar berlaku di mana ketika ini,
antara anggota harakah, kerap berlaku pergeseran samada secara langsung ataupun
tidak.
Yang secara langsung misalnya
nampak dalam persaingan antara kelompok harakah di kampus, sekolah, masjid dan
berbagai institusi lainnya yang sudah tersentuh dengan angin dakwah sehingga ia
menimbulkan suasana untuk saling menonjolkan diri dan mengambil peranan yang
lebih dominan.
Sementara yang tidak secara
langsung adalah melalui penggambaran yang tidak seimbang tentang harakah lain
yang dilakukan oleh kumpulan elit sesebuah harakah terhadap pengikutnya seperti
berikut :
- Sering membid’ahkan
yang lain.
- Menggambarkan kumpulan
lain sebagai agen Yahudi.
- Menuduh sesuatu terlalu
keras.
- Menuduh orang lain
sebagai penyokong ‘LGBT’ dan ‘humanrightisme’.
- Menuding jari
kepada kumpulan yang nampak begitu bersikap toleransi dengan kaum yang
tidak sebangsa dengannya.
Proses tersebut, secara tidak
sedar, akan menciptakan suatu identifikasi picisan bahwa kita benar dan mereka
salah dan dalam jangka panjang akan menimbulkan kesedaran yang cukup naif bahwa
mereka adalah lawan kita.
Para aktivis dakwah
hendaklah berwaspada dengan fenomena yang berlaku ini sehingga jangan sampai limpahan
negatif ‘ta’aduddiyah’
ini tumbuh subur tidak terkendali sehingga memungkinkan musuh-musuh Islam
memanfaatkannya untuk menghancurkan harakah Islam itu sendiri.
Sudah sampai masanya para
aktivis dakwah dalam berbagai harakah, tanzim, jamaah dan firqah Islamiyah :
- Saling bersinergi.
- Berusaha
mendekatkan persepsi.
- Menyatukan hati.
- Membersihkan diri
dari ‘ta’assub’ (sikap fanatik) serta membina suasana penuh
ukhuwah, kerjasama dan saling memahami.
MENGAPA KITA PERLU
BERSINERGI?
PERTAMA : Dalil dari
Al-Qur’an
Taujih Rabbani dalam
Al-Qur’an dengan jelas dan tegas menekankan kewajiban bersinergi.
Allah Azza wa jalla
menyeru orang-orang beriman agar memelihara persatuan dan kesatuan.
Firman-Nya :
“Berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah bercerai berai, ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu kerana nikmat Allah,
orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran :
103)
“Janganlah kamu seperti
orang-orang yang berpecah belah dan bertikai setelah datang sejumlah petunjuk
kepada mereka.” (QS Ali Imran : 105)
“Orang-orang beriman itu
sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua
saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS Al-Hujurat :
10)
Bahkan lebih jauh lagi,
Al-Qur’an menegaskan bahwa berbantah-bantahan akan menyebabkan kegagalan dan
hilangnya kekuatan.
“Taatlah kepada Allah
dan rasul-Nya, janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi
gagal dan hilang kekuatan. Bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar.” (QS Al-Anfal : 46)
Tanpa penafsiran yang mendalam
terhadap ayat-ayat di atas pun, kita dapat fahami dengan terang, bahwa Allah swt
menyeru setiap dari kita untuk sentiasa bersatu padu.
KEDUA : Dalil dari
Sunnah
Sepertimana Al-Qur’an, Sunnah
Nabawiyah juga menegaskan tentang pentingnya bersinergi, saling mendukung dan
bersatu padu.
Rasulullah saw bersabda
:
“Orang mukmin terhadap orang mukmin yang lain
bagaikan bangunan yang sebahagiannya menyangga sebahagian yang lain.” (HR
Bukhari dan Muslim)
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang
lain, ia tidak meremehkannya, tidak menghinakannya dan tidak menyerahkannya
(kepada musuh).”
(HR Muslim)
“Perumpamaan kaum Muslimin dalam cinta, kepedulian
dan kasih sayang bagaikan satu tubuh, jika salah satu anggota tubuhnya mengeluh
sakit, maka seluruh anggota tubuh juga ikut menjaga dan berjaga.” (HR
Bukhari)
KETIGA : Dalil dari
realiti
Realiti kompleks dan
beratnya permasalahan dakwah kontemporari juga menjadi dalil yang kuat bagi
mendorong setiap dari kita untuk bersinergi.
Krisis yang sedang
melanda umat Islam ketika ini tidak lagi bertumpu kepada aspek-aspek tertentu
dalam kehidupan umat, melainkan menyentuh keseluruhannya di mana hampir dalam
semua sudut kaum muslimin mengalami kemunduran.
Imam Hasan Al-Banna
mengungkapkan situasi pada zamannya bahwa :
- Dalam bidang
politik, kaum muslimin terjajah oleh musuh-musuhnya, sementara rakyatnya
terpecah belah dalam kelompok-kelompok kepartian.
- Dalam bidang
ekonomi, sistem riba bermaharajalela dan perusahaan-perusahaan asing
menguasai hampir seluruh sektor ekonomi dan mengeksploitasi sumber daya
alamnya.
- Dalam bidang
pemikiran, berbagai ‘isme’ telah memudarkan ideologi,
aqidah, kesedaran dan pola berfikir putera-putera bangsanya.
- Dalam bidang sosial,
keruntuhan moral dan gaya hidup hedonisme telah mencabut akar keluhuran
budi pekerti dan rasa kemanusiaan yang mereka warisi dari
pendahulu-pendahulu mereka. Sementara demam kebaratan telah merubah gaya
hidup dalam semua sudutnya secara begitu cepat, secepat aliran bisa ular
yang menjalar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan akhirnya
mengeruhkan ketenangannya.
- Dalam bidang undang-undang,
mereka dikuasai oleh undang-undang bumi (buatan manusia) yang belum pernah
terbukti mampu menghentikan langkah-langkah bongkak para penjenayah,
mencegah kezaliman dan di atas itu semua tidak pernah mampu mengungguli
perundangan langit yang telah ditetapkan oleh Yang Maha Pencipta, Pemilik
seluruh jiwa manusia.
- Dalam bidang
pendidikan, bangsa-bangsa muslim dililit oleh sistem pendidikan barat yang
terbukti gagal membangun generasi penerus yang akan memikul amanah
kebangkitan di masa akan datang.
- Dalam bidang
kejiwaan, ia telah dijangkiti oleh keputusasaan yang membinasakan,
kemalasan dan sikap tidak acuh, pengecut dan rasa rendah diri, tiada sikap
kejantanan, sifat ego berlebihan serta kebakhilan, yang semua itu telah
berhasil mengikis semangat berkorban dan menyeret umat Islam keluar dari
barisan para mujahidin menuju barisan orang-orang yang lengah dan lalai.
Oleh kerana itu, setiap
kita perlu sedar bahwa usaha memajukan Islam dan umat Islam mustahil hanya dapat
dipikul oleh satu harakah, tanzim, jamaah atau firqah Islamiyah tertentu.
Ia pun mustahil dapat dilakukan
hanya dengan satu bentuk pendekatan dakwah iaitu :
- Tabligh sahaja.
- Ta’lim sahaja.
- Tarbiyah
(pendidikan) sahaja.
- Tatsqif (penyebaran
wawasan) sahaja.
- Amal khidami (pelayanan
& khidmat sosial) sahaja.
- Iqtishadi (ekonomi)
sahaja.
- Siyasah (politik)
sahaja.
- Jihad sahaja.
Lebih-lebih lagi,
gerakan Islam ketika ini menghadapi tentangan yang cukup berat. Realiti dakwah
gerakan Islam kontemporari sangat berbeza dengan realiti dakwah gerakan Islam
pertama di masa lalu yang dimulakan oleh Rasulullah saw.
PERTAMA
:
Dakwah Islam yang pertama dahulu merupakan suatu sistem yang menghimpun seluruh
kekuatan kaum muslimin, sedangkan gerakan Islam kontemporari hanya menghimpun
sebahagian dari mereka.
KEDUA
:
Gerakan Islam yang pertama dahulu merupakan ‘Jama’atul Muslimin’,
sedangkan gerakan Islam kontemporari hanyalah merupakan ‘Jama’ah Minal Muslimin’.
Inilah realiti yang
menjadikan dakwah Islam pertama bergerak secara bersepadu menghadapi jahiliyah,
sedangkan gerakan Islam kontemporari berada dalam situasi yang sukar.
Di samping dituntut
untuk menghadapi gerakan jahiliyah kontemporari, ia juga dipaksa mengambil
sebuah sikap yang sesungguhnya sukar atas asas yang lebih luas bahwa mereka bangsa
muslim yang berbeza dan tidak mahu tunduk kepada kehendak orang lain. Keadaan
seperti ini banyak dimanfaatkan oleh sistem-sistem jahiliyah.
LANGKAH MENUJU SINERGI
Mewujudkan sinergi antara
gerakan Islam mungkin bukan suatu perkara yang mudah, tapi ianya bukan bererti mustahil
untuk diwujudkan. Oleh kerana itu, setiap kita mesti mulai mencuba untuk
melangkah bagi melakukan usaha pendekatan menuju sinergi.
Langkah-langkah tersebut
boleh kita mulai dengan usaha-usaha berikut :
1.
Memahami ‘ikhtilaf’
(perselisihan).
2.
Melakukan dialog haraki
untuk mendekatkan persepsi.
3. Bekerjasama
dalam masalah yang disepakati.
A.MEMAHAMI ‘IKHTILAF’
Dr Yusuf Al Qaradhawi
memaparkan beberapa langkah menuju tercapainya saling pengertian antara gerakan
Islam dalam menimbang ‘ikhtilaf’ yang berlaku di antara
mereka.
PERTAMA : Bahwa
untuk masalah-masalah furu’, perbezaan pendapat adalah sebuah kemestian dan
rahmat.
Kemestian itu berlaku kerana
tabiat agama Islam memang memberi peluang berlakunya perbezaan pendapat.
Dalam kitab Al-Arbain,
Imam An-Nawawi meriwayatkan hadits dari Daraquthni :
“Sesungguhnya Allah swt telah membuat
ketentuan-ketentuan, janganlah kamu melanggarnya; telah mewajibkan sejumlah
kebaikan, janganlah kamu abaikan; telah mengharamkan banyak perkara, janganlah
kamu melanggarnya; telah mendiamkan banyak masalah sebagai rahmat bagimu, bukan
kerana lupa, janganlah kamu mencarinya.”
Mengambil istilah Al Qaradhawi,
wujudnya ‘wilayah kosong syariat’ yang sengaja Allah ta’ala sediakan.
KEDUA : Mengikuti manhaj pertengahan dan meninggalkan
sikap berlebih-lebihan dalam beragama.
Meruncingnya masalah ‘ikhtilaf’
berlaku kerana satu atau kedua belah pihak mengambil sikap berlebihan dalam
beragama. Sikap ‘ghuluw’
(berlebih-lebihan) dalam perlaksanaan agama sering menyebabkan seseorang
memandang rendah dan mencerca mereka yang tidak mengikutinya.
Maka, tidak hairanlah
jika Rasulullah saw mencela sikap ini :
“Jauhkan dari kamu sikap berlebih-lebihan dalam
agama. Kerana orang sebelum kamu hancur hanya sebab berlebih-lebihan dalam
agama.” (HR Ahmad, Nasa’ie, Ibnu
Majah, Al-Hakim, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dari Ibnu Abbas)
KETIGA : Mengutamakan
‘muhkamat’ bukan ‘mutasyabihat’.
Ayat ‘muhkamat’
memberi kepastian, sedangkan ayat ‘mutasyabihat’
tanpa ilmu yang mendalam akan membuatkan seseorang yang mengikutinya mendapati pertentangan
ayat yang satu dengan lainnya.
Dari Abdullah bin Amr
ra, ia berkata :
“Rasulullah saw pernah keluar mendatangi dan
mengecam serta mengingkari para sahabat yang sedang berbantah-bantahan tentang
masalah taqdir.”
KEEMPAT :
Tidak
memastikan dan tidak menolak dalam masalah-masalah ‘ijtihadiyah’.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
pernah ditanya tentang orang yang mengikuti sebahagian ulama’ dalam masalah ‘ijtihadiyah’,
apakah ia perlu dihindari atau diingkari?
Beliau menjawab :
“Segala puji milik Allah. Orang yang dalam
masalah-masalah ‘ijtihadiyah’ mengamalkan sebahagian pendapat ulama’,
tidak boleh diingkari dan dihindari. Demikian pula orang yang mengamalkan salah
satu dari dua pendapat, tidak boleh dikecam. Jika dalam suatu masalah terdapat
dua pendapat, maka bagi orang yang telah nampak mana yang lebih kuat boleh
beramal sesuai dengannya. Tapi jika tidak, ia boleh mengikuti sebahagian ulama’
yang dapat dipercayai dalam menjelaskan mana yang lebih kuat (rajih) di antara
dua pendapat.”
KELIMA :
Menelaah
perbezaan pendapat para ulama’.
Dengan penelaahan yang
jernih dan mendalam, akan nampak dalil-dalil yang menjadi punca kepada perbezaan
pendapat tersebut. Kemudian akan diketahui bahwa lautan syariah itu amat dalam
dan luas.
Akhirnya kita akan nampak
kebenaran ungkapan berikut :
“Siapa yang tidak mengetahui ‘ikhtilaf’
ulama’, maka dia bukan ulama’. Siapa yang tidak mengetahui ‘ikhtilaf’
para fuqaha’, maka hidungnya belum mencium bau fiqh.”
B.
MELAKUKAN DIALOG HARAKI (DIALOG ANTARA GERAKAN ISLAM) UNTUK MENDEKATKAN PERSEPSI
Frekuensi dialog dua
hala antara harakah Islam perlu ditingkatkan, samada secara rasmi ataupun tidak
rasmi.
Dialog haraki yang
sistematik, walaupun mungkin tidak menghasilkan kesepakatan di akhirnya, namun,
secara minimumnya, ia akan memudahkan proses saling memahami dan mengerti antara
sesama harakah Islam.
Dalam konteks realiti
kita, dialog haraki itu memerlukan dua perkara :
- Keluasan wawasan.
- Kematangan jiwa.
dalam menangani perbezaan.
Dalam beberapa peristiwa,
aspek kematangan jiwa sering lebih diperlukan. Ini adalah kerana, ada banyak
konflik yang berlaku bukan disebabkan oleh perbezaan sudut pandang, melainkan hanya
ketidakmatangan jiwa para peserta dialog.
C.
BEKERJASAMA DALAM MASALAH YANG DISEPAKATI
Sungguh elok jika para
aktivis gerakan Islam mampu duduk dalam satu majlis untuk :
- Merumuskan agenda
bersama.
- Menggarap
masalah-masalah besar yang dihadapi oleh umat Islam.
- Melupakan sejenak pertentangan-pertentangan
kecil di antara mereka.
Sebagai kesimpulan, mari
kita renung beberapa usaha yang sepatutnya dilakukan oleh gerakan Islam untuk
meningkatkan persaudaraan di kalangan gerakan Islam :
- Marilah kita
bekerjasama dalam menanamkan nilai-nilai keimanan dan Al-Qur’an pada jiwa
generasi muda dan membuang jauh-jauh perdebatan falsafah serta ilmu Kalam
dan pengaruh ajaran-ajaran lain yang menimbulkan kebingungan dan
pertentangan.
- Marilah kita
bekerjasama dalam membenteng jiwa generasi muda dari wabak ‘atheisme’
(fahaman tidak bertuhan) dan segala ‘penghantar’nya berupa keraguan
dan syubhat yang menggigit aqidah dan mengotori pemikiran.
- Marilah kita
bekerjasama dalam memperkuatkan keimanan umat kepada akhirat dan keyakinan
akan balasan. Marilah kita usir segala syubhat yang berusaha untuk mendangkalkan
aqidah yang agung ini atau segala bentuk syahwat yang menggoda manusia
sehingga melalaikannya dari keyakinan ini.
- Marilah kita
bekerjasama dalam meningkatkan pengajaran rukun-rukun amaliah Islam kepada
kaum muslimin dan mencari cara yang terbaik untuk mendakwahkannya kepada
mereka.
- Marilah kita
bekerjasama dalam memperjelaskan, memperkukuhkan dan menyampaikan asas-asas
keimanan yang enam dalam akal dan hati kaum muslimin dengan bahasa yang
sederhana sesuai dengan kesederhanaan Islam.
- Marilah kita
bekerjasama dalam melebarkan pengaruh ‘makarimul
akhlaq’ pada diri generasi muda dan tua.
- Marilah kita
bekerjasama dalam mengusir segala kerendahan dan kenistaan yang
bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan.
- Marilah kita
bekerjasama dalam memelihara, mengaplikasikan dan melindungi syariah dari
permainan orang-orang yang ingin mengubah perkara-perkara yang ‘qath’ie’ (tegas dan terang)
menjadi perkara-perkara yang ‘zhanni’
(samar-samar); perkara-perkara yang ‘muhkamat’
menjadi perkara-perkara yang ‘mutasyabihat’.
- Marilah kita
bekerjasama dalam mengajarkan asas-asas Islam dan dasar-dasar aqidah,
ibadah, akhlak dan adab yang tidak diperselisihkan oleh para ulama’.
- Marilah kita
bekerjasama menyampaikan dakwah Islam kepada semua penduduk bumi dengan bahasa
yang mereka fahami, agar mereka dapat mengenali Islam secara benar dan
tidak menjadi korban kejahatan musuh-musuh Islam yang merosakkan gambaran
agama yang hanif ini.
Selain dari usaha-usaha
positif di atas, kita juga perlu merenung persoalan-persoalan berikut bagi
memastikan usaha-usaha di atas tidak terbantut dan terbengkalai.
- Mengapa kita tidak
bekerjasama bagi menggarap pekerjaan yang sangat besar ini serta
mempersiapkan para da’ie di samping dana yang mencukupi?
- Mengapa para
pemikir dan aktivis dakwah tidak melupakan perselisihan mereka mengenai
masalah-masalah ‘juz’iyyah
ijtihadiyah’, untuk kemudiannya menyatukan barisan mereka dalam
menghadapi kekuatan-kekuatan besar yang bersepakat untuk menghancurkan
mereka?
- Mengapa kita perlu
berputar pada masalah yang diperselisihkan yang menyebabkan kita lalai
mengerjakan masalah lain yang kita sepakati yang jumlahnya jauh lebih
banyak?
Ya Allah, jadikanlah hati-hati kami
tenang dalam mengikuti apa-apa yang diperintahkan olehMu dan dipraktikkan
melalui Sunnah NabiMu. Jauhkanlah kami dari sikap suka menimbulkan
perselisihan, pertentangan dan permusuhan sehingga kami gentar dan hilang
kekuatan dalam berhadapan dengan musuhMu yang sebenar. Jadikanlah kami
aktivis-aktivis yang bersaudara dalam sebuah gerakan yang menjunjung
nilai-nilai mulia bagi menegakkan kalimahMu yang tinggi di atas muka bumi ini.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS