Sedar atau tidak, kita sekarang sudahpun
memasuki 10 hari terakhir Ramadhan dan hendaklah kita sedari bahwa hari demi
harinya yang berlalu dan detik demi detiknya semakin mahal dan tidak ternilai
harganya.
Kita juga sudah sampai pada tahap untuk
mencapai harapan yang semakin tidak mudah namun di sinilah sesungguhnya proses
penyaringan itu bermula.
Itu jugalah yang dilakukan oleh
Rasulullah saw sebagaimana yang diceritakan oleh Sayyidatina Aisyah ra bahwa :
“Rasulullah
saw lebih bersungguh-sungguh beribadah pada sepuluh hari terakhir, melebihi
kesungguhan sebelumnya.”
Maka, marilah kita sambut cabaran ini
dan tetap bermunajat di mihrab sehingga berakhirnya Ramadhan.
Inilah masanya untuk kita :
1. Meningkatkan
kesungguhan dan keseriusan beribadah.
2. Benar-benar
menjejaki hidup dunia dengan perasaan akhirat.
3. Berubah
dari manusia bumi menjadi manusia langit.
Hari-hari sepuluh terakhir Ramadhan
adalah kesempatan khusus yang sangat istimewa untuk kita mendapatkan ridha
Allah swt.
Tidakkah kita ingin menyerupai apa yang
dilakukan oleh orang-orang yang soleh di saat-saat seperti ini?
Pernahkah kita mendengar bagaimana
keadaan para sahabat radhiallhuanhum
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ali ra :
“Adalah
para sahabat di pagi hari, rambut mereka kusut, masai dan berdebu. Di antara
mereka ada bekas seperti orang yang berduka. Mereka telah sujud dan solat
malam, bergantian antara kening mereka dan kaki mereka, beribadah kepada Allah.
Mereka berdiri condong sempama pohon yang senget kerana telah banyak berbuah.
Mata mereka menangis hingga membasahi pakaiannya...”
Hasan Al Basri pula berkata :
“Aku
melihat sekelompok orang yang nyaris sama sekali tidak bahagia dengan sesuatu
yang mereka perolehi di dunia dan tidak merasa sayang dengan apa yang mereka
tinggalkan di dunia.
Jika
datang waktu malam, mereka berdiri melakukan solat di atas kaki mereka, wajah
mereka diairi air mata yang mengalir di pipi memanjatkan doa dan pengampunan
kepada Tuhan mereka.
Apabila
mereka melakukan kebaikan, mereka tidak mensyukuri amal yang mereka lakukan,
tetap meminta kepada Allah agar menerima amal mereka. Apabila
mereka melakukan kesilapan, mereka segera memohon agar Allah mengampuni dosa
mereka.”
Maha suci Allah yang telah memilih
kaki-kaki hambaNya untuk beribadah kepadaNya. Maha suci Allah yang telah
menyibukkan hati orang-orang soleh untuk menyintaiNya.
Dosa-dosa mereka diampuni dan mereka
mencapai keinginan yang mereka mahu. Mereka iringi usaha untuk mencapai
keinginan itu dengan :
a. Berpuasa.
b. Solat.
c. Bermunajat.
Di saat ramai manusia tertidur, di saat
itulah mereka mengangkat hajat mereka satu demi satu kehadapan Tuhan mereka.
Hari-hari kita yang sangat mahal akan
terus berjalan.
Berusahalah supaya tiada ruang waktu
yang luput dari semua kebaikan dan amal soleh. Utamakanlah beribadah pada
malam-malamnya.
Sungguh, pada malam-malam itu, Allah swt
bertanya :
“Adakah
orang yang meminta kepadaKu…?
Dalam hadith yang sahih yang
diriwayatkan oleh Aisyah ra bahwa apabila memasuki sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan, Rasulullah saw mengetatkan ikatan sarungnya, menghidupkan
malam-malamnya dan membangunkan keluarganya.
Menghidupkan malam dengan solat, membaca
Al Qur’an dan berbagai amal ibadah pada waktu-waktu seperti ini adalah sunnah
Rasulullah saw yang diikuti oleh orang-orang yang soleh.
Di antara malam-malam di sepuluh yang
terakhir ini, ada malam yang hitungan nilanya jauh berlipat kali ganda
berbanding jarak masa kehidupan kita di dunia.
Malam Al Qadar adalah malam yang lebih
baik dari seribu bulan.
Bermunajatlah dengan penuh ketundukan
dan kerendahan diri di hadapan Allah swt yang Maha Pemurah dan Maha
Mengasihani.
Bersyukurlah kepada Allah jika hari ini
kita masih diberikan nikmat kehidupan dan kesihatan yang baik kerana esok kita
akan berada :
1. Di
liang kubur.
2. Dalam
kegelapan.
3. Dalam
kepungan cacing yang tidak mungkin dapat dielakkan.
Mudah-mudahan ada satu rakaat kita di
malam-malam sepuluh hari terakhir ini yang dapat mendatangkan rahmat Allah swt
kepada kita di saat itu.
Semoga ada tasbih, tahmid dan takbir
yang kita lantunkan dapat memberikan keringanan kepada kita pada saat itu.
Berharaplah agar ada ruku’ dan sujud
yang kita lakukan dapat melapangkan kesempitan kita di saat itu.
Rasulullah saw melakukan i’tikaf di
masjid sepanjang sepuluh hari terakhir.
Itulah tradisi ibadah yang dilakukan
baginda sampai ajal menjemput baginda sebagaimana hadith yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari :
“Adalah
Rasulullah saw beri’tikaf di masjid pada setiap sepuluh hari terkahir bulan
Ramadhan. Dan pada tahun wafatnya, Rasulullah saw melakukan i’tikaf di masjid
selama 20 hari.”
Sesungguhnya malam itu :
a. Sekarang
berada di antara kita.
b. Paling
baik sepanjang tahun.
c. Paling
mulia di sisi Allah swt.
Marilah kita beribadah di malam itu
dalam bentuk menghidupkan ketaatan dalam bentuk solat, zikir dan doa kerana
nilainya lebih baik dari seribu bulan atau bersamaan dengan lapan puluh tiga
tahun empat bulan.
Sabda Rasulullah saw :
“Barangsiapa
melakukan qiyam di malam Al Qadar dengan penuh keimanan dan ihtisab (pada
keridhaan Allah), diampunkan baginya dosa yang telah ia lakukan.”
Qiyam dalam hadith di atas dijelaskan
oleh para ulama’ adalah melakukan amal-amal ketaatan dengan penuh iman.
Ihtisab dalam hadith di atas pula
bererti benar-benar memohon keridhaan Allah dan pahalaNya semata-mata bukan
untuk riya’ atau selainnya.
Siapakah di antara kita yang tidak
mempunyai dosa wahai saudaraku?
Adakah di antara kita yang sedikit
dosanya?
Siapakah di antara kita yang merasakan
amal ibadah dan kebaikannya telah cukup dan berhak mendapatkan kasih sayang Allah
swt?
Marilah kita katakan :
“Ya
Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan mencintai kemaafan. Maka maafkanlah
aku.” (Hadith hasan sahih)
Menurut Ibnu Rajab, perintah memintakan
maaf di malam Al Qadar dilakukan setelah seseorang bersungguh-sungguh beribadah
di malam itu dan khususnya di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.
Ini adalah kerana menurutnya :
“Orang-orang
‘aarifiin’ (yang mengenal Allah)
bersungguh-sungguh melakukan ketaatan tapi mereka tidak memandang kesolehan
yang mereka lakukan samada perbuatan ataupun perkataan sedangkan mereka
mengajukan permohonan maaf sebagaimana permintaan orang yang berdosa dan banyak
melakukan kekurangan.”
Cubalah kita turut merasakan aura
kehidupan para sahabat dan orang-orang soleh di saat mengisi hari-hari ini
dengan memperbanyakkan bacaan Al Qur’an, berzikir dan solat, mudah-mudahan kita
dapat turut merasakan sedikit mahupun banyak kenikmatan berada dalam suasana
zikrullah.
Malik bin Dinar berkata :
“Tidak
ada kenikmatan yang dirasakan nikmat oleh seseorang dari zikrullah dan tidak
ada amal yang lebih membahagiakan dan membuat hati cerah melebihi zikrullah.”
Imam Ibnul Qayyim pernah bercerita
tentang salah seorang gurunya iaitu Imam Ibnu Taimiyah, katanya :
“Suatu
ketika aku bertemu dengan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam solat subuh. Kemudian
ia duduk berzikir kepada Allah hingga mendekati separuh waktu siang dan menoleh
kepadaku sambil mengatakan, ‘Ini makanan pagiku. Bila aku tidak makan pagi,
kekuatanku akan hilang’.”
Ibnu Taimiyah juga menjelaskan tentang
pentingnya seseorang untuk sentiasa dalam keadaan berzikir.
“Zikir
itu bagi hati seperti fungsi air bagi ikan. Bagaimana keadaan ikan bila ia
keluar dari air.?”
I’tikaf adalah kesempatan yang sangat
luar biasa untuk berzikir dan memperbanyakkan solat. Di sinilah kita dapat
menerapkan salah satu wasiat Rasulullah saw :
“Jadikan
bibirmu sentiasa basah dengan zikrullah.”
Tidak ada kesibukan yang lebih
mendominasi kehidupan orang yang beri’tikaf kecuali zikir dan ibadah.
Marilah kita kuatkan kesungguhan dan keseriusan
kita dalam menghidupkan malam-malam ini dengan berdoa, solat, berzikir dan
beristighfar.
Jangan membuang masa percuma untuk
sekadar banyak bertukar cerita dengan sesama orang yang beri’tikaf.
Jangan sia-siakan waktu minit demi minit
dan detik demi detik yang terus berjalan dan tidak pernah berhenti. Semuanya
akan terus berjalan dan tidak akan pernah berulang.
Jadilah orang-orang yang kikir untuk
beribadah sepertimana yang digambarkan tentang keadaan orang-orang yang soleh
di mana mereka adalah orang-orang yang sangat kikir terhadap waktu hidupnya
iaitu lebih kikir daripada kikirnya seseorang terhadap dirhamnya.
Jangan lupa untuk memperbanyakkan doa di
malam-malam yang berharga ini.
Umar bin Al Khattab ra pernah berkata
bahwa :
“Aku
tidak memiliki obsesi agar doa itu dimakbulkan. Obsesiku hanyalah pada ucapan
doa itu sendiri kerana apabila aku terinspirasi untuk berdoa, pengabulan doa
itu pasti datang beriringan tatkala doa itu diucapkan.”
Sungguh benar perkataan Umar tersebut
kerana memang tidak semua doa akan dimakbulkan, misalnya ada orang yang berdoa
meminta ditimpakannya sesuatu yang tidak disukai kepada sesorang dengan alasan apapun,
maka doa itu pasti tertolak kerana doa seperti itu adalah kesan dari kebencian
dan permusuhan terhadap seseorang.
Namun doa adalah tulang sulbi kepada
ibadah dan ia merupakan puncak keimanan dan menjadi rahsia di sebalik munajat
yang disampaikan seorang hamba kepada Tuhannya.
Jika seuntai doa terpancar dari hati seorang
hamba yang sedar terhadap Tuhannya dan mencintai apa yang dicintaiNya, maka doa
itu pasti mendapat tempat di Arasy Allah swt.
Suatu ketika Umar bin Al Khattab ra
duduk keletihan di atas tumpukan tanah dan kerikil setelah selesai berkeliling
melihat keadaan rakyatnya dan peluh serta keringatnya masih jelas kelihatan di
wajahnya lalu ia terduduk dan berkata :
“Ya
Allah, usiaku sudah semakin uzur, tubuhku sudah semakin kurus kerana tua dan rakyatku
kini semakin bertambah. Kembalikanlah aku kepadaMu dalam keadaan tidak
menyia-nyiakan mereka dan dalam keadaan tidak termakan oleh fitnah. Tetapkanlah
bagiku kematian sebagai syahid di jalanMu dan wafatkanlah aku di tanah RasulMu…”
Perhatikanlah bait-bait doa yang dipinta
oleh Umar ra itu. Tidak panjang yang dipinta oleh Umat ketika itu.
Tapi,
Adakah Umar meminta sesuatu urusan dunia
di dalam doanya?
Adakah obsesi dan keinginan duniawi
masuk dalam doa Umar kepada Allah swt?
Apakah yang diharapkan oleh Umar ra di
dalam doa-doanya?
Umar hanya menyampaikan kepada Allah
bahwa tubuhnya sudah tua renta dan usianya yang sudah uzur. Sementara di sudut
lain, ia semakin menyedari kewajiban yang mesti ditunaikannya semakin banyak.
Umar menumpahkan perasaan hatinya itu
kepada Allah swt dan meminta perlindungan Allah dari badai fitnah yang mungkin
menimpanya dalam situasi seperti itu lalu ia memohon agar kematiannya adalah
syahid di jalan Allah dan tempat wafatnya adalah di kota Madinah Al Munawwarah.
Indah sekali tujuan yang diinginkan oleh
Umar ra dalam doanya dan mulia sekali perasaan yang tercurah dalam doa-doa Umar
serta damai sekali kandungan makna cinta dan kerinduannya kepada Rasulullah saw
hingga ia memohon agar jenazahnya berada tidak jauh dari jenazah Rasulullah saw
yang mulia.
Inilah obsesi yang mulia yang dimiliki
oleh Umar ra.
Ia memang tidak pernah sedikitpun
bergantung kepada urusan harta dan dunia dalam hidupnya setelah menyatakan
beriman kepada Allah dan Rasululah saw.
Kehidupannya amat sederhana dan sentiasa
mementingkan orang lain dalam soal dunia.
Dialah khalifah yang begitu berhati-hati
menjaga harta kaum Muslimin dengan mengatakan :
“Posisiku
terhadap harta baitul mal tidak lebih dari orang yang menjaga harta anak yatim”.
Bait-bait doa yang diucapkan oleh Umar
ra itu naik ke langit. Penggalan-penggalan permohonan yang muncul dari hati seorang soleh yang
sentiasa berkeliling untuk memperhatikan orang lain serta membahagikan cintanya
kepada ramai orang itu diterima oleh Allah swt.
Seluruh permintaannya dimakbulkan oleh
Allah swt. Ia sungguh-sungguh mati syahid kerana tikaman seorang fasiq di dalam
masjid dan darahnya terpercik membasahi tanah Rasulullah saw.
Sesungguhnya kunci dimakbulkan doa itu
ada pada bait-bait doa yang kita ucapkan itu.
Bait-bait doa yang diajar oleh Umar ra
adalah bait-bait doa yang benar-benar mengutamakan keakhiratan dan bukan
keduniaan kerana doa tentang keduniaan adalah tanda seseorang kurang
memperhatikan akhirat manakala sebaliknya doa tentang keakhiratan sentiasa
melampaui dunia yang menyebabkan dunia akan mengikuti akhirat.
Inilah yang difahami dari kata-kata
Rasulullah saw :
“Barangsiapa
yang berpagi-pagi dan akhirat menjadi obsesi terbesarnya maka Allah akan
menghimpun seluruh keperluan untuknya dan menjadikan kekayaan ada di dalam
hatinya lalu dunia akan mendatanginya dengan menunduk dan barangsiapa yang dunia
menjadi obsesi utamanya, maka Allah akan memadamkan impiannya dan menjadikan
kemiskinan di depan matanya dan dunia tidak akan mendatanginya kecuali apa yang
sudah ditetapkan untuknya.” (HR Tirmizi)
Berbahagia dan bersyukurlah dengan
keadaan ini dan perhatikan bagaimana dalamnya makna ucapan Umar ra ketika ia
mendapat ilham untuk berdoa dan pengabulan doa tersebut beriringan ketika ia
mengucapkan doa.
Maka, tanamkanlah obsesi akhirat di sini
dan di dalam hati dan dada kita.
Bersihkan sedikit demi sedikit dominasi
dunia yang sudah lama menjadi raja dalam hati kita.
Letakkanlah pandangan akhirat di sini
iaitu di dalam kelopak mata kita.
Hamparkanlah perjalanan menuju akhirat
di sini iaitu di hadapan setiap langkah kaki kita.
Marilah menjadi manusia-manusia akhirat
dan bukan manusia-manusia dunia kerana inilah yang diungkapkan oleh Ibnul
Qayyim :
“Jika
hanya Allah yang kamu tuju, maka kemuliaan akan datang dan mendekat kepadamu
serta segala keutamaan akan menghampirimu. Kemuliaan sifatnya mengikut.
Ertinya, jika kamu menuju Allah, kemuliaan akan mengikutimu. Tapi jika kamu
hanya mencari kemuliaan, Allah akan meninggalkanmu. Jika kamu telah menuju
Allah kemudian tergoda untuk mencari kemuliaan selain bersama Allah, maka Allah
dan kemuliaanNya akan pergi meninggalkanmu.”
Marilah di saat-saat akhir hari-hari
Ramadhan yang mulia ini, kita bermunajat dan mengharapkan apa yang ada di sisi
Allah swt melebihi apa yang ada pada kita dan yang dikurniakan Allah kepada
kita sehingga kemuliaan akan datang mendekati dan merapati diri kita setelah
kita berusaha sedaya upaya mengisi sebulan bulan Ramadhan ini serta sepuluh
hari akhirnya dengan tetap bermunajat di mihrab memohon keampunan dari
dosa-dosa kita dan keselamatan dari azab api neraka di akhirat kelak.
Ya Allah, terimalah puasa kami di bulan
Ramadhan ini dan amal-amal soleh kami yang kami lakukan di bulan yang mulia ini
serta perkenankanlah segala permintaan kami di setiap saat di dalamnya.
Jadikanlah munajat kami di kesunyian malam benar-benar dapat menyelamatkan kami
dari azab api neraka dan mendapat
perlindungan dariMu serta mendapat syurga Firdausmu dalam keadaan dikumpulkan
bersama dengan kedua ibubapa kami yang telah meninggalkan kami namun sentiasa
menunggu kedatangan kami.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS