Seberkas cahaya melintasi alam raya, umpama seorang musafir yang datang berkunjung, tiba-tiba pergi lagi dan meninggalkan tempat persinggahannya. Seperti itulah cebisan kisah seorang yang bernama Hasan Al Banna.
- Apakah yang dapat diambil oleh seberkas cahaya itu dari dunia persinggahannya?
- Apakah yang dapat ia perolehi dari alam raya ini?
Tidak ada!
Tapi apakah yang ditinggalkan oleh seberkas cahaya ini ketika ia datang berkunjung dengan segala kesucian dan keagungannya?
Sesungguhnya ia meninggalkan banyak perkara saat meletakkan cahaya itu dalam perasaannya dan bagi mereka yang telah disucikan dan dibersihkan olehnya.
Itulah bentuk peribadi Imam Hasan Al Banna. Ia tidak mengambil apapun untuk kepentingannya namun ia telah meninggalkan begitu banyak karya bagi seluruh manusia!
Adalah sesuatu yang penting bagi generasi sekarang untuk duduk sebentar dan diam sejenak :
- Mengenang peribadi Imam Hasan Al Banna yang sarat dengan keagungan ini.
- Menengok kembali cahaya yang ada di sisinya secara mendalam dan dengan penuh keikhlasan.
- Berusaha mengenali bagaimana :
a. Sebuah pasukan dibentuk dalam organisasi.
b. Jiwa mampu diluruskan.
c. Dakwah dapat meraih kemenangannya.
Sesungguhnya Imam Hasan Al Banna sangat mengetahui dengan baik dan mendalam rahsia di sebalik penyakit yang menimpa umat ini sebagaimana ia juga memahami dengan baik bahwa ubat dari segala penyakit yang menimpa tubuh umat ini, iaitu ‘ma’rifatullah’.
Ia memahami bahwa jiwa manusia ditimpa oleh kelemahan pada dua sisi yang membuatnya enggan berjihad di jalan Allah iaitu :
- Ketamakan.
- Ketakutan.
Andai sahaja manusia tahu bahwa Allah adalah Zat yang ditanganNyalah tergenggam rezeki dan kematian setiap manusia, niscaya ia tidak akan berpaling dari jalan yang telah ia lalui.
Alangkah indahnya kalimat yang ia ucapkan :
“Wahai saudaraku, sesungguhnya engkau menjadi ada dalam kehidupan dunia kerana dua perkara iaitu rezeki dan ajalmu. Namun, tidak seorangpun yang memiliki kekuasaan pada keduanya selain Allah. Oleh kerananya, janganlah kedua perkara itu menghalangimu untuk melakukan kebaikan!”
Betapa menarik ilustrasi yang ia sampaikan tentang ‘ma’rifatullah’ dan nilai-nilai yang dikandungnya dalam memperbaiki keadaan masyarakat dengan ucapannya :
“Ma’rifatullah adalah tongkat pengubah yang memindahkan seseorang dari satu keadaan kepada keadaan yang lain.”
Pada pandangannya, untuk melakukan perbaikan di tengah masyarakat sangat bergantung kepada perbaikan jiwa dan jiwa seseorang tidak akan menjadi baik selain dengan berma’rifah kepada Allah.
Inilah asas yang berdiri di atasnya aturan individu dan kelompok. Benarlah firman Allah swt :
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS As Syams : 7 – 10)
Dalam diri Imam Hasan Al Banna, terdapat berbagai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh manusia lainnya :
- Beliau adalah tokoh agama dan politik sekaligus.
- Pemimpin masa kini dengan kemulian fitrah dan ketinggian ruhnya.
- Memiliki keindahan jiwa.
- Menyerlah sebuah keperibadian yang mempesonakan.
- Ucapannya yang penuh daya tarikan.
- Mempunyai kekuatan fizikal yang menakjubkan.
Beliau adalah peribadi seorang manusia dengan segala kekuatan yang ia miliki. Kekuatan ruhaninya menyinari setiap hati yang gelap yang berhubungan dengannya dan arusnya menyalakan cahaya iman dalam jiwa setiap mu’min. Kekuatannya mampu menghidupkan cita-cita yang telah mati dalam diri orang-orang yang berputus asa.
Di sudut lain pula beliau adalah kekuatan ilmiah dengan ‘madrasah’ yang ia dirikan. Dengan ‘madrasah’ itu ia :
- Mencetak murid–murid yang handal.
- Memperbaharui keimanan.
- Melenyapkan segala keraguan.
- Mewariskan kekayaan abadi berupa manhaj dakwah dan ilmu pengetahuan.
Selain itu beliau memiliki kekuatan kasih sayang yang melimpah ruah dalam sanubarinya serta sensitivitinya yang tinggi menyelimuti jiwanya. Ia akan turut bersedih atas derita yang dialami oleh saudara-saudara dan pengikut-pengikutnya walaupun mereka berusaha menyembunyikan dalam lubuk hati mereka.
Hatinya yang penuh dengan limpahan kasih sayang itu didukung oleh daya ingatannya yang luar biasa. Ketika ‘jaulah’, beliau bertemu dengan seorang akh yang namanya dan nama anggota keluarganya masih ia ingat dengan sangat baik walaupun ia tidak menjumpainya dalam masa yang sudah agak lama. Ia bertanya keadaannya satu per satu sekaligus menanyakan kesihatan mereka.
Imam Hasan Al Banna adalah tenaga besar dari sebuah hikmah, kecerdasan dan kepandaian yang sangat istimewa dalam seni kepimpinan dan politik.
Semangatnya yang besar adalah sebuah kekuatan yang seolah-olah mengandungi daya sihir sehinggakan tiada seorang pun yang duduk di sampingnya sehingga semangatnya yang tinggi akan menarik orang tersebut ke dalam lingkaran Islam.
Keperibadiannya yang melangit akan menarik pendengarnya kepada cahaya di kaki langit. Oleh kerana itu, dalam dirinya terpancar fitrah seorang mu’min sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah saw :
“Apabila engkau melihatnya, niscaya itu akan menghantarkanmu untuk mengingati Allah.”
Itulah tabiat iman yang melekat dalam diri seorang mu’min sejati di mana ia akan nampak halus dan lembut dalam diri seorang perajurit.
Bagaimana pula apabila tabiat itu melekat dalam diri seorang pemimpin?
Bagaimanakah kiranya apabila ia seorang pemimpin yang istimewa dan sebuah peribadi imam yang cerdas dan bijaksana?
Sesungguhnya jejak yang ditinggalkan oleh Imam Hasan Al Banna akan termuat dalam buku yang sangat tebal. Itulah buku yang berisi bimbingan ruhani yang cemerlang. Semua itu akan menambah daya tarikan dan pesona yang memenuhi seluruh sisi kehidupannya.
Di atas semangatnya yang bergelora ada arus yang mengalir deras mampu mempengaruhi, memiliki daya dorong sementara ia tidak akan mundur dan cahaya itu telah menyelimuti seluruh wilayah Timur.
Ia memiliki arus yang terus mengalir dan mampu menghanyutkan segala yang ada di hadapannya tanpa ada satu kekuatanpun yang mampu membendungnya. Ia terus mengalir dan merasuk ke dalam jiwa setiap orang dengan halus, lembut dan sangat tenang sebagaimana aliran air yang tenang mengalir antara pergunungan dan lembah membawa kesuburan, kenikmatan dan menghilangkan dahaga mereka yang kehausan.
Begitulah keperibadian manusia yang agung, kebesaran peribadinya dibentuk oleh kesucian langit dan ketinggian nilai-nilai keteladanan bukan dari kecerdasan naluri manusia belaka atau kepandaian burung-burung nasar dan serigala. Keperibadian ynag tinggi ini juga tidak diperolehi dari ilmu pengetahuan akan tetapi semua itu berasal dari kehendak Allah yang diberi keistimewaan bagi hamba-hambaNya yang ia pilih untuk itu.
Ciri paling menonjol yang melekat dalam diri Imam Hasan Al Banna ialah semangat pergerakannya yang sedemikian kuat, daya dan kesungguhan kerjanya yang luar biasa mengalir dalam darahnya ke seluruh anggota tubuhnya.
Keperibadiannya yang menakjubkan dan unik itu umpama tenaga elektrik yang saling menyatu dan tidak padam oleh berbagai kesan material di luar dirinya. Ia sentiasa terjaga dan memiliki akal yang sentiasa bercahaya.
Imam Hasan Al Banna menulis cepat dalam lembaran catatan kehidupannya seakan-akan ia hendak mendahului putaran tata suria yang beredar pada orbitnya. Langkah kakinya adalah langkah kaki sebuah raksasa dan kesungguhannya adalah kesungguhan satu umat yang sempurna dan bukan kesungguhan satu individu yang memiliki keterbatasan.
Ia seakan-akan dapat mengetahui bahwa usia kehidupannya lebih pendek daripada usia dakwah ini untuk mencapai batas kesempurnaannya. Maka ia mengerahkan segala kemampuannya agar dakwah ini tetap hidup dengan membangun tiang-tiang kekuatannya dan membangun tembok besar yang kukuh yang dapat menjaganya. Ia juga menyiapkan sebanyak mungkin jumlah anggota dakwah dan bekalan yang mesti ia miliki.
Tatkala ia melihat bahwa masaalah yang dihadapi masyarakat jauh lebih besar dari waktunya yang tersedia dan kehidupannya yang teramat singkat, ia menjadikan kalimat ini sebagai syiar dakwahnya.
“Al Wajibaat Aktsaru Minal Auqat.” (Kewajiban kita lebih banyak daripada waktu yang ada)
Keunikan lain yang menonjol pada dirinya ialah beliau bergerak secara teratur dan lincah ketika melakukan sebuah pekerjaannya. Dengan cepat ia maju meraih bebanan dakwah dengan penuh kerinduan dan sukacita. Dari gerakan yang lincah dan teratur inilah, hasil besar dapat diraih. Bahkan ia dapat melaksanakannya dengan sangat teliti yang menghasilkan gerakan yang berterusan dengan hasil yang sangat tepat.
Dia adalah lampu dengan pancaran sinarnya yang agung dan sumbunya yang tidak pernah padam hingga ke titisan terakhir dari minyak yang ada dalam lampu itu benar-benar habis. Itulah Imam Hasan Al Banna yang mengorbankan dirinya demi tegaknya dakwah ini hingga titisan darahnya yang terakhir tumpah membasahi bumi seraya berucap, “Asyhadu alla Ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.”
Cita-citanya berada jauh di atas kemampuan dirinya dan kemampuan lebih tinggi dari keletihan fizikalnya serta masa yang tersedia baginya. Hasratnya saling berlumba untuk melampaui batas kemampuan manusia. Karya besarnya yang sesuai untuk zaman ini telah menjadi kemuliaan bagi para wali lebih dari sekadar prestasi seorang anak manusia yang memiliki kecerdasan.
Beliau adalah peribadi yang beramal untuk dakwah ini seakan-akan hanya dialah seorang yang memperolehi bebanan dakwah itu. Kita mungkin akan bertanya, kekuatan apakah gerangannya yang dimiliki oleh lelaki ini sehingga ia mampu membawa di atas bahunya beban yang sangat besar dan berbagai masaalah berat? Ia menyatu dalam jiwa kita umpama menyatunya semerbak wangian bunga-bunga yang indah di taman.
Imam Hasan Al Banna juga memiliki ciri-ciri istimewa pada :
- Kemampuan daya ingatannya.
- Kecerdasannya.
- Kesabarannya.
- Ketawadhu’annya.
- Sifat pemaafnya.
- Firasatnya yang tajam.
Dari segi kehidupan lahiriah, beliau :
- Hanya menyantap makanan yang terhidang di hadapannya.
- Mengenakan pakaian yang sederhana.
- Menjalani kehidupannya dengan rezeki Allah sekadar cukup untuk memenuhi keperluannya.
Hatinya tidak pernah risau ketika ia perlu meninggalkan anak-anaknya untuk Allah walaupun tidak ada sesuatu pun yang ia tinggalkan bagi mereka.
Kesenangan dan kebahagiaan hatinya ialah tatkala ia berseru kepada manusia dengan kalimat Allah dan menyampaikan kepada mereka rahsia yang tersembunyi dalam dirinya dan tatkala kecemerlangan gagasan dan nilai-nilai luhur yang ia bawa menemui realitinya.
Dalam memyampaikan dakwahnya, beliau nyaris tidak ada istirehat bahkan terus bergerak dari pagi hingga ke petang hari. Jika beliau melakukan ‘jaulah’, sebahagian besar hari-harinya dilalui dengan perjalanan dakwah. Siang hari beliau gunakan untuk bermusafir dan ia tidak tidur pada malam hari kecuali sedikit.
Pada detik-detik akhir kehidupannya, seorang ikhwan menasihatinya ketika ia melihatnya tidak tidur malam dan tidak juga memanfaatkan siang harinya untuk beristirehat.
Sahabat tersebut berkata :
“Wahai syeikh, sebaiknya engkau mengasihi dirimu dengan tidur dan beristirehat walau sejenak sahaja.”
Imam Hasan Al Banna menjawab :
“Esok, wahai sahabatku, aku akan beristirehat sangat lama dan menikmati tidur panjangku.”
Semoga kasih sayang Allah sentiasa tercurah bagi Imam Hasan Al Banna. Ia adalah peribadi yang muncul secara tiba-tiba dan tidak terduga di dunia ini.
Zaman sangat sukar melahirkan peribadi seperti itu. Ia sesungguhnya pada hakikatnya tidak mati bahkan hidup di sisi Tuhannya dan di hati para pengikutnya. Jejak dakwah dan kehidupannya tidak akan mati bahkan tetap hidup menempuh perjalanan panjang yang membentang di hadapannya. Mereka yang datang di belakangnya akan merasa sangat letih dan penat untuk mengikuti jejak langkahnya.
Ya Allah, kami memohon taufiq kepadaMu sebagaimana Engkau berikan kepada Imam Hasan Al Banna. Berilah ganjaran pahala kepada kami dengan kebaikan bagi Islam dan kaum muslimin. Kurniakanlah kepada kami ‘syahadah’ di jalanMu sebagaimana yang Engkau berikan kepada Imam Hasan Al Banna dan bangkitkanlah kami pada hari kiamat nanti bersama para Nabi, Shiddiqin, Shuhada’dan Solehin.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS