Allah swt bangga dengan hambaNya yang sentiasa berdakwah di jalanNya.
Firman Allah swt :
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang soleh dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” (QS Fushshilat : 33)
Perhatikan betapa Allah swt telah menegaskan bahwa perkataan yang paling baik adalah perkataan para pendakwah kerana mereka tidak berkata kecuali perkara kebenaran.
Setiap kalimat yang mereka ucapkan semata-mata untuk menyebarkan kebaikan dan kedamaian bagi manusia.
Sesungguhnya kita hidup di zaman di mana :
- Tangan-tangan kebatilan bekerja keras untuk merosakkan tatacara kehidupan kita.
- Mereka berusaha merosakkan aqidah muslim dengan menyebarkan perkara khurafat melalui filem-filem yang mengagungkan para bomoh dan dukun.
- Mereka merosakkan ekonomi dengan sistem riba.
- Mereka cemari budaya kita dengan penyebaran bahan-bahan ‘pornografi’ agar tidak ada perbezaan antara manusia dengan binatang.
- Mereka menggunakan media dengan menawarkan hiburan yang merosakkan akhlaq dan moral generasi muda.
- Orang ramai diajak untuk ketawa berlebihan dalam rentetan hiburan yang tidak berkesudahan padahal ulama’ mengatakan bahwa ketawa berlebihan mematikan hati.
KERAPIAN SISTEM ALLAH
Ketahuilah bahwa Allah swt menegakkan alam ini dengan sistem yang sangat rapi.
Para ahli astronomi menemui fakta-fakta ilmiah bahwa seandainya matahari lari dari posisinya menjadi lebih dekat ke bumi, walau satu sentimeter, niscaya bumi akan terbakar.
Begitu pula sebaliknya, jika ia lari lebih jauh dari bumi meskipun satu sentimeter, maka bumi akan menjadi beku.
Kerapian sistem alam ini yang diciptakan oleh Allah swt boleh dilihat dalam Al Qur’an :
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang.”(QS Al Lail : 1-2)
Ayat di atas menjadi bukti kerapian sistem alam ini di mana Allah swt bersumpah dengan putaran siang dan malam.
Kerapian ini bukan hanya tertentu untuk alam semata-mata bahkan untuk manusia juga, Allah swt meletakkan sistem dan peraturan.
Nabi dan Rasul dipilih untuk mengajak manusia mengikuti sistem dan peraturan Ilahi ini.
Apabila manusia melakukan penyimpangan, ia pasti akan mendapatkan akibatnya samada cepat atau lambat.
Al-Qur’an menyebutkan penyimpangan tersebut dengan istilah ‘thagha’ (melampaui batas) dan kita dapat lihat kesudahan yang berlaku ke atas kaum Aad, Tsamud dan Fir’aun beserta tenteranya.
JALAN DAKWAH SUATU TUNTUTAN
Setiap diri yang mengaku muslim hendaklah berdakwah. Berdakwah bukan hanya berceramah seperti yang biasa difahami oleh orang ramai.
Rasulullah saw pernah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib ra :
“Mengajak seseorang kepada hidayah Allah itu lebih baik bagimu dari harta yang sangat kau banggakan.”
Rasulullah saw menegaskan bahwa mengajak seseorang kepada kebaikan adalah dakwah. Maka dengan ini, kegiatan dakwah tidak hanya terbatas kepada kegiatan berceramah melainkan ia lebih berupa kegiatan yang menggunakan :
- Segala kemampuan.
- Setiap kemudahan.
- Berbagai wasilah.
untuk mempengaruhi orang lain agar taat kepada Allah swt.
Contoh berdakwah dengan menggunakan cara-cara di atas seperti :
- Menulis buku.
- Memberi nasihat atau tazkirah.
- Menyebarkan tulisan-tulisan yang baik melalui jaringan informasi.
- Berkomunikasi dengan orang lain.
Ingatlah bahwa dakwah adalah suatu tuntutan di mana tanpa dakwah :
- Agama akan hilang.
- Kemanusiaan akan hancur.
Kita tidak ada pilihan lain kerana keselamatan kita di dunia mahupun di akhirat bergantung kepada sejauh mana kita melaksanakan tugas dakwah di jalan Allah.
Kita bersyukur kerana Allah swt telah memberi taufiq kepada kita untuk beramal kebaikan dalam bingkai amal jama’ie menuju kepada tertegaknya keadilan dan terbangunnya kesejahteraan.
Kita juga perlu memanjatkan solawat dan salam kita kepada Rasulullah saw yang telah memberikan contoh tauladan dalam menggapai kejayaan dan mewujudkan cita-cita perjuangan dan kita berdoa agar bimbingan Allah swt sentiasa menyertai kita dan tauladan Rasulullah saw sentiasa menjadi acuan kita dalam menjejaki jalan dakwah yang usianya lebih panjang dari usia biologi kita.
Di antara ukuran kejayaan dakwah adalah :
- Meluasnya pandangan umum.
- Ramainya pendukung.
- Kukuhnya usaha pembinaan tarbiyah.
PERTAMA : Perluasan pandangan umum dakwah mesti didukung dengan usaha-usaha :
- Pelayanan terhadap masyarakat.
- Penyelesaian kepada berbagai permasaalahan mereka.
- Penyampaian maklumat kepada mereka.
- Penyebaran berbagai media.
di mana usaha-usaha di atas dikenali dengan istilah ‘Amal Aam’ atau ‘Kerja-Kerja Kemasyarakatan’ melalui penyebaran fikrah secara umum.
KEDUA : Ramainya pendukung mesti disokong dengan komunikasi pendakwah terhadap :
- Berbagai elemen dalam masyarakat.
- Pergaulan erat dengan berbagai kalangan.
- Interaksi positif dengan berbagai pihak.
sehingga tercipta :
- Berbagai komuniti masyarakat yang mendukung dakwah.
- Jalinan sosial yang kuat antara pendakwah dengan tokoh-tokoh masyarakat.
- Peningkatan pelbagai lapisan masyarakat yang “berkerumun” di sekitar kita.
Aktivit-aktiviti ini dikenali dengan istilah ‘Rabtul Aam’ atau ‘Ikatan Kemasyarakatan’.
KETIGA : Kukuhnya pembinaan tarbiyah didukung oleh :
- Sistem pembentukan yang baik.
- Pengelolaan tarbiyah yang mantap.
- Pelaksana tarbiyah yang berkualiti.
- Kurikulum yang teruji.
- Peserta yang bersemangat.
Semua usaha-usaha di atas dikenali dengan istilah ‘Tarbiyah Khashah’ atau ‘Pembinaan Khusus’.
Tiga perkara di atas mestilah berjalan secara selari dan seimbang dan semua aktivis dakwah hendaklah terlibat di dalamnya kerana seseorang itu dinamakan aktivis kerana amal-amal yang melekat di dalam dirinya.
Jika ia tidak beramal, maka ia bukanlah seorang aktivis, bahkan mungkin boleh digelar sebagai “pasifis”.
Di samping itu juga, setiap amal, samada dalam medan :
- ‘Amal Aam’.
- ‘Rabthul Aam’.
- ‘Tarbiyah Khashah’.
merupakan salah satu tanda kebaikan seorang hamba sebagaimana sabda Rasulullah saw :
“Apabila Allah menghendaki baik pada seorang hamba, maka Allah mempekerjakannya.”
Ditanyakan, “Bagaimana Allah mempekerjakannya wahai Rasulullah?”
Baginda menjawab :
“Memberikan taufiq kepadanya untuk amal soleh sebelum ia meninggal.” (HR Tirmizi)
Imam Hasan Al Banna pernah berpesan :
“Seorang aktivis dakwah beramal kerana menunaikan kewajiban, untuk mendapatkan pahala akhirat dan untuk kemanfaatan. Oleh kerana itu, jika seorang aktivis telah beramal, maka ia telah menunaikan kewajiban dan pasti akan mendapatkan pahala akhirat, jika syarat-syaratnya telah dipenuhi. Sementara manfaat terserah kepada Allah; kadang-kadang peluang datang tanpa diduga sehingga amalnya menghadirkan buah yang paling barakah. Sebaliknya, jika ia tidak beramal, maka ia mendapat dosa akibat kelalaian, tidak mendapatkan pahala jihad dan terhalang dari kemanfaatan. Maka manakah yang lebih baik posisi dan kelompoknya?”
Oleh kerana itu, seorang aktivis dakwah tidak menunggu untuk diberi pekerjaan atau amanah tetapi ia terus menciptakan pekerjaan-pekerjaan yang positif dalam kehidupannya terutama dalam tiga bidang garapan dakwah yang telah disebutkan sebelum ini kerana amal adalah sifat yang melekat dalam dirinya.
Begitu juga dalam usaha dakwah ini, berlaku pertemuan dua jenis fiqh iaitu :
- ‘Fiqh Syar’ie’.
- ‘Fiqh Dakwah’.
atau menurut sesetengah kalangan, pertemuan antara kebenaran dan ketepatan.
Fiqh syar’ie akan :
- Memberi jaminan untuk kita mengetahui tentang kebenaran dan apa yang seharusnya kita dakwahkan.
- Membuatkan kita faham tentang keadaan ideal yang hendak kita capai dalam dakwah ini.
- Menjadi sesuatu yang tidak ada tawar menawar yang seharusnya dimiliki ketika masyarakat memerlukan dakwah kita.
Manakala fiqh dakwah pula akan :
- Menuntun kita untuk kita mencari seni yang paling tepat dalam menyampaikan kebenaran itu.
- Memastikan kita berjalan ke arah yang tepat menuju keadaan yang ideal itu.
- Menggiring dan mengarahkan mereka untuk merasai keperluan terhadap dakwah ini.
Fiqh syar’ie yang dipertemukan dengan fiqh dakwah merupakan dua kaedah yang akan melahirkan dua hasil iaitu :
- Pertolongan Allah.
- Penerimaan masyarakat.
Di sinilah kita lihat ramai di antara aktivis dakwah yang sering terjebak ke dalam ranjau yang diciptakan oleh mereka sendiri akibat :
- Tidak memperhatikan realiti sosial yang dihadapi oleh mereka.
- Tidak memahami medan dakwah.
- Tidak mengkaji sosiologi dan psikologi masyarakat yang mereka hadapi.
Malah mereka terus berdakwah menyampaikan kebenaran tanpa memperhatikan aspek ketepatannya.
Inilah rahsia mengapa dalam beberapa hadits dengan redaksi yang berbeza, Rasulullah saw mengingatkan para sahabatnya :
“Berbicaralah dengan kaummu sesuai dengan bahasa mereka”.
“Berbicaralah kepada kaummu sesuai dengan kadar akal mereka”.
Begitu juga pada kesempatan yang berbeza, baginda memastikan pendakwah yang dikirimnya kepada sebuah suku atau kabilah tertentu sudah memahami keadaan mereka dan menyiapkan pendekatan yang tepat dalam mengajak mereka kepada Islam sepertimana ketika :
- Mus’ab bin Umair yang diutus untuk berdakwah di Madinah.
- Muaz bin Jabal yang dihantar untuk berdakwah kepada penduduk Yaman.
Ya Allah, berilah kekuatan kepada kami untuk kami laksanakan tugas dakwah ini dengan berkesan iaitu memadukan antara kebenaran dan ketepatan sehingga ianya akan membuka ruang untuk kami mendapatkan pertolonganMu di samping penerimaan dari masyarakat.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS