Kita sering mendengar tuduhan musuh-musuh Islam bahwa agama kita adalah agama pelampau.
Umat Islam Palestin yang bergabung dalam Hamas dan ingin melepaskan diri dari cengkaman penjajahan Israel juga disebut sebagai kelompok pelampau.
Orang-orang yang komited dengan agamapun sering disebut pelampau.
Sebenarnya kita perlu meneliti dengan lebih mendalam apakah yang dikatakan sikap pelampau itu dan layakkah agama Islam yang sederhana dan penuh kasih sayang juga dituduh sebagai pelampau?
Sikap pelampau adalah pemikiran atau sikap yang cenderung berada di hujung, samada hujung kanan ataupun hujung kiri.
Sikap pelampau boleh dibezakan dalam dua kategori :
- Pelampau kanan.
- Pelampau kiri.
Dalam bahasa Arabnya, “sikap pelampau” sering diterjemahkan dengan kata-kata “tatharruf” yang makna secara bahasanya adalah“menuju ke arah hujung.”.
Menuju ke hujung sesuatu bererti dibimbangi akan keluar dari batasnya.
Dalam Al Quran ianya sering disebut sebagai “melampaui batas” seperti dalam firman-firman Allah berikut :
“Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS Al Baqarah : 229)
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan RasulNya dan melanggar ketentuan-ketentuanNya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.” ( QS An Nisaa’ : 14)
Sikap melampau sama sekali tidak sama maknanya dengan berpegang teguh pada agama dan melaksanakan kewajibannya sesuai dengan tuntunan dan aturan yang diberikan oleh Allah swt.
Orang yang berpegang teguh pada ajaran agama tidak boleh dikatakan sebagai pelampau.
Demikian juga orang yang melaksanakan sunnah Rasulullah saw secara tetap seperti :
- Menunaikan solat di awal waktu.
- Berkahwin.
- Menyimpan janggut.
- Menutup aurat dengan berjilbab.
- Menggunakan siwak.
dan lain-lain di mana semua perilaku ini tidak boleh dikatakan melampau.
Bahkan jika seseorang bersikap tegas untuk dirinya sendiri sekalipun dalam melaksanakan sesuatu yang dianggap wajib oleh dirinya, seperti memakai ‘cador’ atau ‘burqa’ tidak boleh dikatakan melampau selagi mana ia tidak mewajibkan perkara tersebut kepada orang lain.
Ini sebagaimana yang disebut oleh Dr. Yusuf Al Qardhawi dalam kitabnya “Dzahiratul Ghuluwwi Fit Takfir” keluaran Maktabah Wahbah, Kaherah.
Sikap melampau ini muncul akibat pertentangan kepentingan atau nilai antara dua kelompok atau lebih, di mana setiap kelompok merasa paling benar sedangkan orang lain dianggap salah.
Menurut kajian, ada empat perkara yang menyebabkan munculnya sikap melampau iaitu:
PERTAMA :
Jurang perbezaan antara dua generasi yang muncul dalam satu keluarga besar. Seorang anak merasa berbeza jauh dengan ibu bapanya dalam banyak aspek kehidupannya boleh melahirkan sikap melampau dari si anak.
KEDUA :
Keretakan keluarga yang timbul akibat kesibukan ibubapa sehingga tidak sempat mendidik anak-anak, memerhatikan serta mengawasi semua aktiviti mereka juga akan membentuk sikap melampau kepada si anak, samada sikap melampau ke kanan mahupun ke kiri.
KETIGA :
Tiadanya suri tauladan yang baik di sekolah di mana para guru tidak lagi mendidik murid-muridnya selain hanya mencampakkan ilmu ke dalam otak dan tidak mengetahui permasaalahan yang melingkari muridnya.
KEEMPAT :
Terdapat jurang yang ketara antara apa yang dikatakan atau diberitahu kepada para remaja berbanding dengan realiti sebenar tanpa ada usaha untuk menyingkap hakikat yang sebenarnya melalui media massa. Ini ditambah pula dengan adanya usaha-usaha untuk merosakkan para remaja dengan menggunakan semboyan-semboyan yang palsu dan kosong.
Sikap-sikap melampau ini sering muncul juga akibat kurang faham seseorang terhadap ajaran Islam yang penuh rahmat. Mereka tidak faham bahwa Islam diturunkan untuk menebarkan kasih sayang ke seluruh alam.
Rasulullah saw diutus ke dunia ini untuk menebarkan rahmat ke seluruh alam semesta sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah swt :
“Tidaklah kami utus engkau (Muhammad) kecuali menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS Al Anbiyaa’ : 107)
Rahmat yang dipancarkan melalui ajaran-ajaran Islam yang dibawanya ini tidak sahaja diperuntukkan kepada manusia semata-mata tetapi juga meliputi seluruh makhluk ciptaan Allah.
Baginda saw pernah bersabda :
“Orang-orang yang menebarkan rahmat (kasih sayang) akan dilimpahi rahmat oleh Allah. Oleh sebab itu tebarkanlah kasih sayang kepada semua yang di bumi ini supaya dianugerahi kasih sayang oleh yang ada di langit.” (HR Ahmad, Al Hakim, Abu Daud dan Tirmizi)
Untuk menepis tuduhan sikap melampau dari Islam, kita perlu menampilkan inti ajaran Islam dan menyusuri jejak perilaku Nabi, para sahabat dan tabi'in serta para pengikutnya yang benar-benar mengamalkan Islam secara konsisten sepanjang sejarah.
Kalau kita menyusuri ajaran-ajaran Islam secara utuh, banyak sekali ayat atau hadits Nabi yang secara tersurat atau tersirat menyuruh kita untuk menebarkan rahmat ke seluruh alam ini dan menjauhkan semua bentuk sikap melampau.
Berikut adalah beberapa contoh :
PERTAMA : Kita disuruh menebarkan kasih sayang antara sesama muslim :
“Seorang muslim adalah orang yang menjaga keselamatan muslim lainnya dari kejahatan tangan dan lisannya.”
“Tidaklah beriman seorang yang tetangganya yang tidak aman dari kejahatannya.”.
“Tidaklah sempurna iman seseorang sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Ahmad dalam kitab Musnad)
KEDUA : Kita diperintahkan untuk menebarkan kasih sayang dan kebaikan kepada seluruh umat manusia termasuk bukan Islam :
“Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorongmu untuk tidak berbuat adil.” (QS Al Maidah : 8)
“Sesungguhnya Allah menyuruh untuk berbuat adil dan berbuat baik.” (QS An Nahl : 90)
KETIGA : Kita dianjurkan untuk menebarkan kasih sayang kepada binatang dan semua yang ada di muka bumi ini.
Rasulullah saw menyatakan :
“Sesungguhnya Allah mencatat semua bentuk kebaikan yang diberikan kepada sesuatu apapun. Oleh sebab itu bila menyembelih binatang hendaklah menyembelihnya dengan baik-baik, meringankan beban binatang sembelihannya dan hendaknya mempertajam pisau yang akan digunakan.” (HR Ahmad, Muslim dan Imam yang Empat)
Islam adalah agama rahmah, penuh kasih sayang dan jauh dari sikap berlebihan dan melampaui batas.
Perkara ini boleh dilihat dari beberapa sudut :
- Sifat kasih sayang dijadikan Islam sebagai salah satu akhlak utama yang mesti dimiliki oleh setiap umat Islam.
- Islam melarang keras umatnya untuk bersikap melampau, melakukan tindakan kekerasan dan ta’asub buta.
- Islam menyuruh kita untuk bertoleransi kepada bukan Islam selagi mana mereka tidak menampakkan permusuhan dan adu domba kepada kita.
Di samping itu, Islam dikenali sebagai agama yang :
- mudah.
- Sederhana.
- Penuh kasih sayang.
- Pemaaf.
- Jauh dari sikap pendendam.
- Tidak membenarkan prinsip “tujuan menghalalkan segala cara”.
Islam menyuruh kita semua untuk sentiasa berlapang dada, berperasaan halus, berakhlak mulia dan mahu mendengarkan pendapat orang lain. Sikap dan perilaku melampau bertentangan dengan ajaran Islam yang sederhana dan penuh kasih sayang.
Ada suatu fakta yang tidak dapat dibantah. Dalam suatu negara yang penduduknya majoriti muslim, kita dapati orang bukan Islam hidup aman dan mendapat perlindungan yang sebaik-baiknya, ada yang menjawat jawatan tinggi bahkan ada yang boleh menjadi menteri dan sebagainya.
Tapi sebaliknya, bila umat Islam sebagai minoriti, biasanya mereka akan tertindas dan dihadapi dengan sikap diskriminasi. Perkara ini telah terbukti di negara-negara yang majoriti penduduknya bukan Islam.
Benarlah firman Allah swt :
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar). Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS Al Baqarah :120)
Ya Allah, berilah kekuatan kepada kami untuk kami realisasikan nikmat Islam sebagai rahmah bukan sahaja kepada manusia tetapi juga kepada seluruh makhluk yang wujud di alam semesta ini. Jauhkanlah diri kami dari sikap berlebihan dan melampau samada dalam memahami ajaran Islam yang suci atau perlaksanaan dan pengamalannya dalam kehidupan kami serta jadikanlah kami umat pertengahan yang menjadi saksi ke atas seluruh manusia.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS