Di antara manfaat beriman kepada taqdir adalah bahwa kita akan menemui ruang yang tidak terbatas untuk mentafsir semua kelemahan dan keterbatasan kita.
Namun, di sebalik semua itu akan tetap ada harapan dan sikap optimis bahwa Allah sentiasa berkehendakkan kebaikan kepada kita walau apapun peristiwa yang menimpa diri kita.
Iman kepada taqdir mampu mempertemukan dua kutub yang ekstrim di dalam diri kita iaitu :
- Kepasrahan.
- Sikap optimis.
Sikap kebergantungan kepada Allah dan rasa percaya kepada dirilah yang memberikan kita keseimbangan jiwa di mana akhir sudah dari semua kerja kuat kita adalah kepasrahan manakala penghujung dari semua kelemahan kita adalah sikap optimis.
Kita tidak perlu melawan kehendak Yang Maha Besar tapi kita hanya perlu memahaminya lalu belajar untuk berdamai dengan diri kita bahwa itulah yang terbaik untuk kita.
Oleh kerana itulah kita berucap :
“Allah telah menetapkan. Semua yang Dia kehendaki pasti Dia lakukan. Yang terbaik itu ialah apa yang ditaqdirkan oleh Allah swt.”
Taqdir adalah idea tentang bagaimana kita mentafsir kekuatan dan kelemahan kita sebagai manusia.
Ia juga adalah idea tentang senario kehidupan, di mana Allah swt adalah pusat dan pengaturnya.
Lihatlah perjalanan hidup kita dan bagaimana ia sangat dipengaruhi oleh banyak faktor namun semuanya tidak di dalam kendalian kita contohnya :
- Siapa ibubapa kita.
- Apakah bangsa kita.
- Waktu dan tempat kelahiran kita.
- Orang-orang yang sezaman dengan kita.
- Orang-orang yang kita temui dalam perjalanan hidup kita.
Semua faktor di atas tidak dapat kita tentukan.
Semata-mata kerana rahmatNya ketika Allah memberi kita kesempatan untuk memilih beriman atau tidak beriman tapi akibat pilihan kita adalah taqdirNya.
Kisah Nabi Yusuf bermula dari telaga dan penjara serta berakhir di istana dan berkumpulnya keluarga baginda di mana ianya adalah sebuah senario kehidupan yang sempurna namun di hujung peristiwa tersebut adalah pernyataan bahwa :
“Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut (dalam mencapai) apa yang Ia kehendaki”.
Membaca taqdir Allah adalah usaha yang tidak boleh berhenti untuk memahami kehendakNya.
Belajarlah menyerahkan kehendak kita dalam kehendakNya. Mempertemukan kehendak kita dengan kehendakNya itulah yang dinamakan ‘Taufiq’ di mana pertemuan yang menciptakan keharmonian kehidupan, damai dan tenang tiada henti.
Ini adalah kerana jika Allah swt hendak menciptakan peristiwa dan melakukan kehendakNya, Ia akan menyiapkan semua sebab musababnya dan terjadilah semua taqdirNya.
Keberhasilan kita untuk membaca kehendakNya dalam hidup kita akan memberi kita ketenangan jiwa yang tidak akan tergoyah oleh goncangan kehidupan apapun bahkan kita akan merasa lebih pasti.
Orang yang tidak beriman kepada taqdir sentiasa berada pada dua kutub jiwa yang ekstrim iaitu :
- Merasa hina di waktu lemah.
- Merasa sombong dan melampaui batas di waktu kuat.
Waktu kalah dalam perang Uhud, Allah swt melarang kaum muslimin merasa lemah dan sedih. Mereka perlu tetap merasa kuat kerana episod sebenar belum berakhir.
Kita akan jadi kuat di hujung kelemahan sebagai manusia kerana kita percaya pada kekuatan Allah yang tidak terbatas. Di hujung kelemahan kita sentiasa ada sikap optimis.
Dari 99 nama dan sifat Allah, ada empat (4) yang paling banyak mendasari semua taqdirNya :
- Al ‘Ilm.
- Al Qudrah.
- Ar Rahmah.
- Al ‘Adl.
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu dan Maha Mampu bertindak dan melakukan apa sahaja yang Ia kehendaki tapi Ia juga Maha Penyayang dan Maha Adil.
Jadi, walaupun Allah Maha Mengetahui dan Maha Mampu melakukan apa sahaja, tetap sahaja kasih sayang dan keadilanNya mengalahkan kemurkaanNya. Itu sebabnya Allah swt tidak akan pernah menzalimi hambaNya walaupun Ia boleh kalau Ia mahu namun Ia terlalu Pengasih dan terlalu Adil.
Itu yang menjelaskan mengapa seluruh taqdirNya adalah kebaikan semata-mata termasuk semua musibah yg menimpa hambaNya, di mana itulah petanda cintaNya.
Memadukan antara keperkasaan dan kasih sayang, kekuatan dan keadilan merupakan sifat Allah yang menciptakan keharmonian dan keseimbangan dalam taqdirNya.
Saat berkumpulnya keluarga Nabi Yusuf di hujung cerita yang indah itu, Nabi Ya’qub mengulangi lagi :
”Kan sudah aku katakan pada kamu bahwa aku tahu dari Allah apa yang tidak kamu tahu”.
Semua ketetapan Allah yang didasarkan pada ilmu dan kemampuan, kasih sayang dan keadilan diturunkan sebagai taqdir melalui pengaturan (tadbir).
Oleh yang demikian, Allah swt disebut sebagai ‘Al Mudabbir’ atau yang mengatur dan merencanakan setiap aspek aktiviti kehidupan manusia di mana hidup kita berjalan dalam senarioNya.
Seperti dalam kisah Nabi Yusuf di atas, di mana tidak seorangpun dari mereka yang terlibat dalam jalinan kisah itu yang tahu akhir sudah cerita itu kelak. Jalan ceritanya ke mana?
Mereka semua hanya bergerak dengan sebuah kesedaran yang tetap akan kehendak baik Allah swt. Mereka tidak tahu hujung ceritanya tapi mereka yakin ianya pasti baik.
Di puncak kesedihannya, Nabi Ya’qub hanya berkata :
“Aku hanya mengadukan keluh dan sedihku kepada Allah”.
Ia pasrah kerana ia yakin dengan hujungnya.
Saudara-saudara Nabi Yusuf yang berkonspirasi memasukkan dia ke dalam telaga tidak sedar bahwa mereka hanya memerangkap diri mereka sendiri. Mereka fikir bahwa mereka cerdas, padahal pada saat berada di dalam telaga, Allah meyakinkan Nabi Yusuf bahwa kelak dia akan ceritakan urusan ini kepada saudara-saudaranya, Cuma mereka tidak sedar sahaja pada saat itu.
Jadi ketika mendengar cerita anak-anaknya tentang Nabi Yusuf yang sudah dimakan serigala, Nabi Ya’qub berkata kepada mereka apakah mereka fikir konspirasi ini baik untuk mereka?
Nabi Ya’qub menyabarkan dirinya di mana kesabaran yang indah katanya dan hanya Allah yang dimohon pertolonganNya atas apa yang anak-anaknya ceritakan.
Nabi Ya’qub menjalani pengaturan Allah ini dengan sabar dan penuh keyakinan kerana Allah telah mengajarkan ini padanya dengan caraNya sendiri.
“Dan sesungguhnya dia (Ya’qub) mempunyai pengetahuan kerana Kami telah mengajarkan kepadanya, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Yusuf : 68)
Jadi Nabi Ya’qub selalu berkata kepada anak-anaknya :
“Aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahui”.
Ia tahu ini pengaturan Allah, namun apakah Nabi Ya’qub tahu jalan ceritanya secara terperinci?
Mungkin tidak juga tapi dia tahu hujungnya pasti baik. Jadi dia hanya menjaga agar sikapnya tetap benar.
Di saat berkumpul dengan anak-anaknyadi hujung cerita yang indah, Nabi Ya’qub mengulangi lagi :
”Kan sudah aku katakan pada kamu bahwa aku tahu dari Allah apa yang tidak kamu tahu”
Tapi Nabi Yusuf menyimpulkan :
“Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Inilah akhirnya yang kita pelajari dari kisah ini bahwa iman pada taqdir membuatkan kita menghadapi berbagai konspirasi dengan cara yang sangat berbeza.
Iman pada taqdir membuatkan kita :
- Membaca konspirasi dengan mata hati.
- Mencium dengan firasat.
- Bereaksi dengan sabar dan teguh.
- Menghadapi dengan penuh ilmu dan penuh iman.
Ini adalah kerana Allah mempunyai tipu dayaNya sendiri kerana manusia tidak pernah tahu hujung cerita dari senarioNya.
Kisah Nabi Yusuf lah yang mengajarkan kita bagaimana sebuah konspirasi berhadapan dengan keimanan pada taqdir.
Kita mungkin akan nampak bodoh pada zahirnya tapi tidak pada hakikatnya. Mungkin kita terlihat naif kerana percaya kepada taqdir dalam menghadapi konspirasi. Tapi tidak! Ilmu kitalah yang berbeza dengan ilmu Allah kerana sumbernya juga berbeza!
“Sudah kucium bau Yusuf, kalau sahaja kamu tidak akan menuduhku lemah akal”, kata Nabi Ya’qub menjelang pertemuannya kembali dengan seluruh ahli keluarganya.
Yang tidak disedari oleh para konspirator itu adalah bahwa sebenarnya mereka tidaklah mengendalikan permainan bahkan terlalu banyak yang tidak mampu mereka kendalikan.
Sebahagian ulama’ berkata bahwa orang yang berakal itu adalah yang paling banyak memikirkan akibat dari semua perkataan dan tindakannya. Ini adalah kerana mereka percaya kepada pengaturan Allah swt.
Jika terkepung dalam peperangan, kita biasanya akan mencari tempat perlindungan yang lebih tinggi, namun Allah justeru menyuruh Nabi Musa menghala ke tepi laut saat dikejar oleh Fir’aun.
Nabi Musa mengikuti perintah itu dan Fir’aun makin bernafsu di mana ia yakin dan pasti akan mendapatkan mangsanya yang empuk di mana Laut Merah akan menjadi saksi pembantaiannya.
Nabi Musa pasti nampak bodoh dan naif di mata Fir’aun tapi ini adalah pengaturan Allah yang tidak disedari oleh Fir’aun di mana dia fikir bahwa dia hebat dan perkasa.
Yang mesti kita jaga agar taqdir baik berpihak pada kita adalah konsistensi pada kebenaran walaupun kita akan nampak bodoh dan naif. Inilah permainannya!
Di saat Fir’aun tiba di tepi Laut Merah, Nabi Musa dan kaumnya sudah ada di seberang laut kerana laut telah terbelah namun Fir’aun tidak bertanya lagi apakah boleh berlaku demikian? Tidak ada lagi pertanyaan dalam fikiran Fir’aun tentang erti laut terbelah atau kecurigaan bahwa mungkin itu akan jadi perangkap.
Jadi mereka kejar mangsa mereka dengan penuh nafsu dan Laut Merah itulah yang menutup riwayat keangkuhan Fir’aun di mana permulaan yang nampak naif akhirnya berakhir dengan tragedi yg dahsyat. Itulah pengaturan Allah swt.
Jika sahaja Fir’aun berangkat lebih awal di waktu pagi mengejar Nabi Musa dan kaumnya, mungkin mereka mampu menangkapnya sebelum sampai ke seberang laut tapi mereka terlambat.
Tahukah kita kenapa mereka terlambat? Kerana pagi itu ayam berkokok setelah matahari terbit.
Jadi Fir’aun dan pasukannya tertidur panjang sehingga matahari terbit.
Nampak di sini bahwa jadual ayam berkokok telah merubah sejarah. Hanya satu makhluk dari seluruh penghuni alam semesta ini yang digunakan oleh Allah untuk mengubah perjalanan sejarah. Hanya ayam seekor. Itupun cuma jadual berkokoknya berubah.
Subhanallah! Sesungguhnya seluruh makhluk di alam semesta ini adalah pasukanNya yang tunduk pada perintahNya. Itu yang tidak mampu dikendalikan oleh manusia. Tapi itu juga tidak disedarinya.
Semua sumber daya itu membuatNya Maha Mampu melakukan apa sahaja yang Ia mahu, melaksanakan rencanaNya. Itulah ‘Al Qudrah’ iaitu kemampuan yang tidak terbatas.
Ayat-ayat tentang taqdir ini paling banyak diturunkan pada konteks politik dan kekuasaan, kerana dalam pergelutan itulah iman kita kepada taqdir paling banyak diuji.
Dalam pertempuran dan pertarungan politik, iman kita pada taqdir paling banyak diuji kerana dalam keadaan itu kita senang menjadi tidak stabil dan tergoncang secara batin. Itulah sebabnya banyak tentera yang pergi cari jampi sebelum bertempur atau penguasa mencari bomoh untuk memastikan kesinambungan kekuasaannya.
Tentera dan penguasa terlibat dalam banyak pertempuran dan konflik. Mereka akan hidup dalam ketidakpastian dan kegoncangan tanpa henti di mana mereka mudah jadi rapuh.
Tentera dan penguasa memerlukan sandaran kerohanian lebih besar dan kukuh. Sayangnya mereka sering mencarinya di luar dari apa yang dikehendaki Allah.
Bekerja dalam dunia politik tanpa iman yang kukuh pada taqdir membuatkan kita tidak stabil dan rapuh, mudah mengalami ‘disorientasi’ dan tersesat di tengah jalan!
Musa berkata kepada kaumnya :
“Mintalah pertolongan dari Allah dan bersabarlah, sungguh Dia akan wariskan bumi ini kepada hamba yang dikehendakiNya”.
Di antara Fir’aun dan Musa, Allah memperlakukan taqdirNya iaitu ‘peralihan kekuasaan’. Itulah pengaturanNya dan ianya memang terlalu halus dan tidak terbaca oleh kita.
Iman kepada taqdir membuahkan keyakinan yang kukuh dan kesabaran yang panjang. Itulah kunci dari ciri-ciri para pemenang iaitu :
- Keyakinan.
- Kesabaran.
Fir’aun mungkin tidak pernah membayangkan bahwa kotak kecil berisi seorang bayi (Nabi Musa as) yang terapung di sungai dan merapat ke istananya adalah sebuah suratan.
Ini memberi sebuah pesanan bahwa ketika ia mengarahkan pembunuhan semua bayi laki-laki, tanpa sedar ia sedang bermain dengan taqdirnya sendiri di mana permainan baru sahaja dimulakan.
Sepatutnya Fir’aun sedar bahwa isi kotak ini secara mutlaknya masuk dalam senarai bayi yang perlu dibunuh dan dia tidak boleh membuat pengecualian. Namun yang berlaku adalah sebaliknya di mana Fir’aun membuat pengecualian dan bayi ini dikeluarkan dari senarai sasaran pembunuhan di mana itulah permulaan dari semua bencana yang akan menimpanya kelak.
Pengecualian itu dibuat dengan akal logik yang sangat naif. Isterinyalah yang memberi idea tersebut di mana bayi itu mungkin bermanfaat atau boleh dijadikan sebagai anak angkat. Maka Fir’aun mengabulkan permintaan isterinya.
Dari celah jiwa itulah Allah memperlakukan kehendakNya. Seorang Rasul yang tumbuh membesar dalam istana dengan segala kemudahan dan perlindungan yang sempurna.
Dari waktu ke waktu bayi itu menunjukkan gelagat yang kadang-kadang meresahkan Fir’aun namun kasih sayang mengubah sikapnya di mana ia lebih membiarkan keadaan yang berlaku dan merasakan semuanya di bawah kendaliannya.
Begitulah Allah mempermainkan Fir’aun. Dimulai dengan mimpi yang menganggu fikirannya dan melahirkan suasana cemas yang luar biasa. Maka melalui bayi comel itulah sebuah dinasti raksasa mampu diruntuhkan dengan cara yang sangat sederhana bermula dari idea-idea kecil yang diselitkan oleh Allah swt dalam fikiran Fir’aun dan itulah permainannya.
Permainan kecil itu hanya ingin menyampaikan pesanan sejarah bahwa kendali bukanlah di tangan manusia termasuk ke atas fikiran-fikirannya sendiri. Para ‘konspirator’ sentiasa ditipu oleh perasaan dendam serta diyakinkan oleh kekuatan bahwa semua kendalian ada di tangan mereka namun sebenarnya tidak!
Sumber optimis kita adalah bermula dari situ iaitu dari fakta bahwa kendali tidaklah berada di tangan manusia tapi kendali tetap di tangan Allah swt. Dialah yang mengendalikan permainan ini!
Yang perlu kita jaga agar taqdir baik berpihak kepada kita adalah ‘konsistensi’ kepada kebenaran walaupun kita akan nampak bodoh dan naif. Inilah permainannya!.
Allah swt yang mengawal seluruh permainan ini kerana Dia sendiri yang mengendalikan alam semesta ini termasuk ilmu tentang masa depan. Jadi jangan kita terlalu khuatir!
Semua ilmu manusia tentang masa depan hanya sampai kepada tahap ‘zhan’ (dugaan). Mereka boleh membaca ‘trend’ tapi tidak mampu mengendalikannya samalah seperti meramal keadaan cuaca di mana boleh menduga-duga tapi tidak boleh dikendalikan.
Oleh yang demikian, jangan kita percaya kepada propaganda bahwa ada kekuatan yang tidak dimampu dikalahkan di dunia ini!. Sebagai contoh, Soviet Union tidak pernah membayangkan bahwa kemasukannya ke Afghanistan akan berbalik menjadi kubur bagi diri mereka sendiri, dikuburkan oleh pejuang-pejuang Afghanistan!!
Pesanannya di sini adalah Allah swt tidak pernah tidur dan Ia mempunyai tipu dayaNya sendiri.
Para ‘konspirator’ itu juga tidak menyedari bahwa mereka menghancurkan diri mereka sendiri.
Fakta-fakta seperti itulah yang perlu diungkap untuk membangun kembali kefahaman kita terhadap taqdir dan implikasinya yang luas dalam berbagai aspek kehidupan kita.
Ya Allah, alangkah indahnya beriman dengan taqdirMu kerana Engkaulah Tuhan yang mengendalikan seluruh senario dalam kehidupan alam semesta ini yang akan menambahkan lagi keyakinan kami kepadaMu serta kesabaran dalam menghayati pengaturan taqdirMu. Tetapkanlah hati dan jiwa kami kepada kebenaran dalam kami menjalani senario kehidupan di bawah kendalian dan pengaturanMu.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS