Dakwah itu boleh diibaratkan sebagai sebuah tanaman yang unggul.
Bagi menghasilkan buah yang istimewa maka seharusnyalah tanaman itu :
- Ditumbuhkan dengan cara yang baik.
- Dikembangkan pada tanah yang subur.
- Disiram dengan air secara berterusan dan penuh kesabaran.
- Dirawat dengan penuh hikmah bagi mengatasi lalang-lalang yang kadangkala tumbuh dan menempel secara liar di sekitarnya.
Memangkas tanaman liar dengan tidak berhati-hati boleh mengenai tanaman yang sebenarnya yang sangat-sangat kita jaga, sebaliknya membiarkannya tumbuh bersama dengan tanaman kita bukanlah satu toleransi yang baik.
Kombinasi yang baik antara pemilihan cara bercucuk tanam, pemilihan tanah yang sesuai dan keupayaan dalam pengelolaan mampu mengeluarkan hasil yang istimewa dan memuaskan, yang tentunya sebanding dengan usaha, susah payah dan penat lelah yang dikeluarkan.
Dakwah pada hakikatnya adalah mengajak orang untuk kembali kepada :
Kombinasi yang baik antara pemilihan cara bercucuk tanam, pemilihan tanah yang sesuai dan keupayaan dalam pengelolaan mampu mengeluarkan hasil yang istimewa dan memuaskan, yang tentunya sebanding dengan usaha, susah payah dan penat lelah yang dikeluarkan.
Dakwah pada hakikatnya adalah mengajak orang untuk kembali kepada :
- Fitrahnya.
- Mendekatkannya.
- Mengakrabkannya.
- Mendamaikannya.
- Mempersaudarakannya.
Manakala tujuannya bukan untuk :
- Menjauhkannya.
- Mencerai-beraikannya.
Dakwah yang berhasil adalah kembalinya seseorang kepada hidayah Allah dengan perantaraan seorang pendakwah.
Keberhasilannya mengajak seseorang kembali ke jalan Allah itu lebih baik baginya berbanding ia mendapatkan sesuatu yang sifatnya bernilai material.
Rasulullah saw bersabda kepada Saiyidina Ali ra :
Rasulullah saw bersabda kepada Saiyidina Ali ra :
" Wahai Ali, seseorang yang mendapatkan hidayah Allah melalui usaha engkau adalah lebih baik daripada engkau memperolehi seekor unta merah". (HR Bukhari dan Muslim)
Tidak semua kebenaran yang disampaikan tepat sasarannya seperti yang diharapkan. Kadangkala kebenaran itu kelihatan menakutkan bila disampaikan dengan memakai cara-cara yang tidak hikmah.
Kemampuan setiap orang dalam mencerna kebenaran itu berbeza-beza dan tugas seorang pendakwah adalah menyampaikan kebenaran Islam itu dengan cara yang sesuai dengan keadaan masyarakat agar boleh diterima dengan penuh kesedaran.
Tidak perlu memaksakan agar ia segera berubah kerana tugas kita hanyalah penyampai bukan pemberi hidayah.
Tidak semua kebenaran yang disampaikan tepat sasarannya seperti yang diharapkan. Kadangkala kebenaran itu kelihatan menakutkan bila disampaikan dengan memakai cara-cara yang tidak hikmah.
Kemampuan setiap orang dalam mencerna kebenaran itu berbeza-beza dan tugas seorang pendakwah adalah menyampaikan kebenaran Islam itu dengan cara yang sesuai dengan keadaan masyarakat agar boleh diterima dengan penuh kesedaran.
Tidak perlu memaksakan agar ia segera berubah kerana tugas kita hanyalah penyampai bukan pemberi hidayah.
Seboleh-bolehnya ia hendaklah disampaikan dengan cara yang bijak dan sebaik mungkin dengan sifatnya yang tidak menghukum.
BUAH DARI KELEMAHLEMBUTAN
Pada suatu hari, ketika Nabi saw dan para sahabatnya sedang berada di masjid, tiba-tiba datang seorang Arab Badui kencing di salah satu sudut masjid. Melihat kelakuan badui ini para sahabat menjadi marah, bahkan ada sebahagiannya yang hendak menarik dan mengajarnya.
"Heh! Heh!", kata para sahabat mengherdik si Badui agar tidak kencing di situ, namun tidaklah demikian sikap Rasulullah saw . Baginda melarang para sahabatnya berbuat kasar kepada si Badui ini dan menyuruh mereka membiarkan si badui itu menyelesaikan hajatnya. Setelah `qadha hajat'nya selesai, dipanggillah orang itu.
Dengan lemah lembut beliau berkata kepadanya :
BUAH DARI KELEMAHLEMBUTAN
Pada suatu hari, ketika Nabi saw dan para sahabatnya sedang berada di masjid, tiba-tiba datang seorang Arab Badui kencing di salah satu sudut masjid. Melihat kelakuan badui ini para sahabat menjadi marah, bahkan ada sebahagiannya yang hendak menarik dan mengajarnya.
"Heh! Heh!", kata para sahabat mengherdik si Badui agar tidak kencing di situ, namun tidaklah demikian sikap Rasulullah saw . Baginda melarang para sahabatnya berbuat kasar kepada si Badui ini dan menyuruh mereka membiarkan si badui itu menyelesaikan hajatnya. Setelah `qadha hajat'nya selesai, dipanggillah orang itu.
Dengan lemah lembut beliau berkata kepadanya :
"Ini adalah Masjid, bukan tempat kencing dan buang kotoran. Sesungguhnya tempat ini untuk zikrullah, solat dan membaca al Quran".
Baginda kemudiannya menyuruh sahabat untuk menuangkan air pada bekas kencing orang tersebut.
Ternyata sikap dan tutur kata Nabi yang lemah lembut terhadap si badui itu menyentuh hatinya, sangat berbeza dengan para sahabat yang nampaknya begitu geram dan dia kagum dan takjub dengan kehalusan budi pekerti baginda.
Ternyata sikap dan tutur kata Nabi yang lemah lembut terhadap si badui itu menyentuh hatinya, sangat berbeza dengan para sahabat yang nampaknya begitu geram dan dia kagum dan takjub dengan kehalusan budi pekerti baginda.
Maka dengan sikap baik Nabi saw kepadanya itu, ia berdo'a :
"Ya Allah rahmatilah aku dan Muhammad dan jangan rahmati seorang pun selain kami berdua".
Dalam doanya itu pun ia sempat menyindir para sahabat.
Kemudian Nabi saw mengingatkan orang-orang yang ada di situ dengan kelembutan :
Kemudian Nabi saw mengingatkan orang-orang yang ada di situ dengan kelembutan :
"Kenapa engkau menyempitkan sesuatu yang luas? Bukankah rahmat Allah itu luas?".
Demikianlah Imam Bukhari dan Muslim menukilkan peristiwa itu dari sahabat, Anas bin Malik.
KESABARAN DAN KELEMBUTAN
Kesabaran dan kelembutan adalah salah satu dari sekian banyak akhlak mulia Rasulullah saw, bahkan terhadap mereka yang pernah menyakiti dirinya sekalipun. Baginda sangat memperhatikan lawan bicaranya dan sangat memahami bagaimana cara menyampaikan sesuatu tanpa perlu menyakiti hatinya.
Peribadi baginda yang lemah lembut dalam berdakwah, penuh hikmah adalah teladan bagi kita semua dan memang demikianlah hukum asal dalam berdakwah.
Posisi para sahabat memang benar dalam rangka nahi mungkar, iaitu melarang seseorang kencing dalam masjid tetapi Nabi lebih memilih menjadikannya sebagai amar makruf demi melihat si badui yang melakukan perkara tersebut lebih kepada kebodohannya dan hasilnya, hanya beliau yang didoakan si badui walaupun akhirnya ia juga berdoa untuk para sahabatnya.
Tidaklah kelembutan itu ada pada diri seseorang kecuali ia akan :
Demikianlah Imam Bukhari dan Muslim menukilkan peristiwa itu dari sahabat, Anas bin Malik.
KESABARAN DAN KELEMBUTAN
Kesabaran dan kelembutan adalah salah satu dari sekian banyak akhlak mulia Rasulullah saw, bahkan terhadap mereka yang pernah menyakiti dirinya sekalipun. Baginda sangat memperhatikan lawan bicaranya dan sangat memahami bagaimana cara menyampaikan sesuatu tanpa perlu menyakiti hatinya.
Peribadi baginda yang lemah lembut dalam berdakwah, penuh hikmah adalah teladan bagi kita semua dan memang demikianlah hukum asal dalam berdakwah.
Posisi para sahabat memang benar dalam rangka nahi mungkar, iaitu melarang seseorang kencing dalam masjid tetapi Nabi lebih memilih menjadikannya sebagai amar makruf demi melihat si badui yang melakukan perkara tersebut lebih kepada kebodohannya dan hasilnya, hanya beliau yang didoakan si badui walaupun akhirnya ia juga berdoa untuk para sahabatnya.
Tidaklah kelembutan itu ada pada diri seseorang kecuali ia akan :
- Menambah daya pesonanya.
- Membuat nyaman mereka yang ada disekelilingnya.
- Menjadikannya didengar perkataannya.
Baginda saw bersabda :
"Tidaklah ada kelembutan pada sesuatu, kecuali ia akan membuatnya indah. Dan tidaklah tercabutnya dari sesuatu, kecuali akan menjelekkannya. (HR Muslim)
Sabdanya lagi :
"Tidaklah ada kelembutan pada sesuatu, kecuali ia akan membuatnya indah. Dan tidaklah tercabutnya dari sesuatu, kecuali akan menjelekkannya. (HR Muslim)
Sabdanya lagi :
"Barangsiapa yang terhalang dari berbuat kelembutan, maka akan terhalang dari kebaikan." (HR Muslim)
Bahkan Allah swt pun menyatakannya dengan terang bahwa larinya manusia dari kebenaran lantaran disampaikan dengan cara-cara yang keras dan tidak hikmah.
Bahkan Allah swt pun menyatakannya dengan terang bahwa larinya manusia dari kebenaran lantaran disampaikan dengan cara-cara yang keras dan tidak hikmah.
Mereka lari bukan kerana menolak kebenaran tetapi cara si penyampai yang :
- Tidak berkenan di hati.
- Menjadikan hati mereka memberontak.
- Menyebabkan mereka tidak tertarik dengan kebenaran yang disampaikan.
Firman Allah swt :
"Disebabkan rahmat Allah-lah engkau berlemah lembut. Sekiranya engkau berhati keras nescaya mereka akan lari dari sekitarmu. Maafkanlah mereka dan mintakan ampun untuk mereka." (QS Ali Imran : 159)
Cara terbaik untuk merebut hati manusia adalah dengan kelembutan. Kelembutan itu dari Allah dan letaknya adalah di hati.
Barangsiapa ingin menguasai hati manusia maka hendaklah ia meminta kepada Pemilik hati manusia agar ia dilunakkan hatinya agar melunak pula hati manusia kepadanya. Cara implementasinya adalah dengan menghadirkan sifat lembut itu melalui ucapan dan perilaku sehari-hari.
Sepertimana kita ingin diperlakukan manusia maka seperti itulah yang seharusnya kita lakukan.
Cara terbaik untuk merebut hati manusia adalah dengan kelembutan. Kelembutan itu dari Allah dan letaknya adalah di hati.
Barangsiapa ingin menguasai hati manusia maka hendaklah ia meminta kepada Pemilik hati manusia agar ia dilunakkan hatinya agar melunak pula hati manusia kepadanya. Cara implementasinya adalah dengan menghadirkan sifat lembut itu melalui ucapan dan perilaku sehari-hari.
Sepertimana kita ingin diperlakukan manusia maka seperti itulah yang seharusnya kita lakukan.
Dakwah dengan hikmah secara idealnya adalah berprinsip di mana :
- Kembalinya manusia ke dalam hidayah Allah adalah lebih baik daripada membiarkannya tetap berada dalam kesesatan.
- Mendoakannya agar mendapatkan hidayah Allah adalah lebih baik daripada memohonkan azab untuknya.
Sungguhpun demikian, sikap tegas bukanlah tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Bilakah kita perlu bersikap lunak dan bila pula kita perlu berskap tegas?
Kadang-kadang bagindapun bersikap tegas bahkan keras. Yang terpenting dalam perkara ini adalah bagaimana cara meletakkan sikap yang sesuai dengan situasi dan keadaan.
Seorang pendakwah pada dasarnya umpama seorang doktor dalam menghadapi pesakitnya.
Kadang-kadang bagindapun bersikap tegas bahkan keras. Yang terpenting dalam perkara ini adalah bagaimana cara meletakkan sikap yang sesuai dengan situasi dan keadaan.
Seorang pendakwah pada dasarnya umpama seorang doktor dalam menghadapi pesakitnya.
- Adakalanya ia memberikan ubat dengan dos yang rendah.
- Jika belum membuahkan hasil, ia naikkan lagi dosnya.
- Namun pada keadaan tertentu, ia akan memberikan ubat dengan dos yang tinggi.
- Bahkan berkemungkinan juga ia akan menghantarkannya ke bilik pembedahan.
- Apabila usaha itu pun masih belum membuahkan hasil atau malah membahayakan organ yang lainnya, maka jalan terakhirnya adalah memotong organ yang berpenyakit tersebut.
Inilah sebenarnya fasa dakwah dengan hikmah yang mesti dilakukan. Tepat dalam menempatkan sesuatu pada tempatnya, baik dalam ucapan mahupun perbuatan. Dia tahu bila ia mesti bersikap lembut dan bila mesti bersikap tegas.
Kepada orang awam atau masyarakat yang menjunjung nilai kesopanan, tidak perlu bersikap keras, cukuplah dengan lemah lembut.
Kepada orang awam atau masyarakat yang menjunjung nilai kesopanan, tidak perlu bersikap keras, cukuplah dengan lemah lembut.
Terburu-buru mengecap mereka dengan sesat atau ahli bid'ah bukanlah penyelesaian. Kebiasaan perilaku orang awam tidak berdasarkan keilmuan yang jelas dan bukan keengganan mereka untuk menerima kebenaran.
Boleh jadi nasihat yang baik yang kita sampaikan itu adalah perkara tentang kebaikan yang pertama kali mereka terima.
Sebaliknya sikap tegas dan keras diperlukan untuk menasihati seseorang yang pada dasarnya memiliki ketetapan dan keikhlasan dalam beragama agar tidak terjerumus lebih dalam lagi dalam kesalahan.
Nabi saw pernah marah kepada Muadz bin Jabal ra kerana mengimami solat dengan surah yang panjang sehingga ada salah seorang yang keluar dari jamaah solat dan memilih untuk solat bersendirian. Ketika perkara itu disampaikan kepada Nabi, beliau berkata :
Boleh jadi nasihat yang baik yang kita sampaikan itu adalah perkara tentang kebaikan yang pertama kali mereka terima.
Sebaliknya sikap tegas dan keras diperlukan untuk menasihati seseorang yang pada dasarnya memiliki ketetapan dan keikhlasan dalam beragama agar tidak terjerumus lebih dalam lagi dalam kesalahan.
Nabi saw pernah marah kepada Muadz bin Jabal ra kerana mengimami solat dengan surah yang panjang sehingga ada salah seorang yang keluar dari jamaah solat dan memilih untuk solat bersendirian. Ketika perkara itu disampaikan kepada Nabi, beliau berkata :
"Ya Mu'adz, apakah kamu mahu jadi tukang fitnah?!".
Sahabat sekaliber Muadz bin Jabal ra tidak akan lari meninggalkan Islam hanya kerana peristiwa itu, tetapi yang berlaku adalah sebaliknya di mana beliau benar-benar menyedari kesalahannya dan makin menjaga dirinya kerana beliau tahu bahwa tidaklah Nabi menegurnya kecuali agar dirinya tidak larut dalam kesalahan dan Nabi tidak pernah diam melihat kesalahan yang berlaku.
Mereka yang terlelap dalam kelalaian, tetapi dalam dirinya masih terselit kecenderungan untuk berbuat baik atau mereka yang hatinya tengah sakit yang memerlukan "shock therapy" seperti ini sebagai pembakar semangat dalam mengikuti kebenaran.
Sahabat sekaliber Muadz bin Jabal ra tidak akan lari meninggalkan Islam hanya kerana peristiwa itu, tetapi yang berlaku adalah sebaliknya di mana beliau benar-benar menyedari kesalahannya dan makin menjaga dirinya kerana beliau tahu bahwa tidaklah Nabi menegurnya kecuali agar dirinya tidak larut dalam kesalahan dan Nabi tidak pernah diam melihat kesalahan yang berlaku.
Mereka yang terlelap dalam kelalaian, tetapi dalam dirinya masih terselit kecenderungan untuk berbuat baik atau mereka yang hatinya tengah sakit yang memerlukan "shock therapy" seperti ini sebagai pembakar semangat dalam mengikuti kebenaran.
Di sinilah keseimbangan dalam bersikap yang sayugianya dimiliki oleh semua pendakwah dalam setiap dakwahnya dan di atas pemahaman inilah metod dakwah itu dibangun.
Allah swt berfirman,
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk" (QS An Nahl : 125)
Allah swt berfirman,
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk" (QS An Nahl : 125)
Ya Allah, kurniakanlah sifat hikmah dalam kami melaksanakan tugas dakwah di kalangan manusia. Sampaikanlah apa yang keluar dari hati kami kepada hati-hati yang sangat memerlukan bagi membuat perubahan di dalam diri mereka. Bantulah kami dengan cahayaMu yang akan mencerahkan rongga-rongga hati manusia yang mungkin telah menjadi gelap dan kelam disebabkan oleh dosa-dosa dan keingkaran yang dilakukan oleh manusia.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS