Gerakerja tarbiyah sudahpun dimulakan. Seluruh struktur telah dikerahkan, sasaran telah ditetapkan. Segala wasilah sudah dipersiapkan meliputi kesedaran, manhaj, pengurusan, dana, pelatihan, penyeliaan dan penilaian.
Namun, jika apa yang telah dilakukan berbentuk struktur, kesedaran tenaga, fikiran, waktu dan pembiayaan tidak akan memiliki apa-apa makna tanpa penyertaan aktivis dakwah untuk menjayakannya.
Bagaimanakah untuk menjayakannya?
Setiap aktivis dakwah mestilah menjadikan dirinya sebagai ‘Murabbi’ bagi melakukan proses mentarbiyah umat mulai detik ini, minit ini dan hari ini.
Bagi aktivis sejati, terlibat dalam sesebuah pergerakan bukanlah kerana terpaksa atau dipaksa.
Menjadi aktivis pergerakan adalah panggilan nurani menuju kehormatan dan kemuliaan abadi.
Dalam aktiviti pergerakan inilah kita mengukir cita-cita nan tinggi, setinggi bintang di langit bahkan lebih tinggi dari itu.
Bukankah ketinggian cita-cita yang akan menerbangkan kita kepada ketinggian pula?
Namun, tidak ada kemuliaan dan ketinggian tanpa :
- Bekerja.
- Berkarya.
- Beramal.
- Berkorban.
Kesemuanya itu menuntut semangat juang yang tidak kunjung padam.
Siapapun kita, akan sedar bahwa semakin tinggi sebuah cita-cita, maka tuntutan akibat dan risikonyapun semakin besar.
Tidakkah, di sebalik risiko tersebut, keuntungan yang akan diraihpun sangat besar?
Kebesaran Abu Bakar tidak datang secara tiba-tiba bahkan bukankah pembelaan beliau terhadap dakwah, habisnya harta beliau di jalan yang mulia disertai berbagai pengorbanan yang tidak terhingga menjadi sebab kepada datangnya kehormatan?
Umar akan tetap Umar, namanya tidak akan harum sepanjang sejarah jika beliau tidak bersama kafilah kemuliaan, meskipun gelaran bangsawan yang disandangnya.
Apatah lagi Abu Hurairah, Bilal, Anas bin Malik yang secara status sosialnya dianggap sederhana?
Namun, gerbang kemuliaan telah mengangkat mereka menjadi manusia terhormat sepanjang zaman.
Hari ini kita bersama kafilah tersebut dan adakah kafilah tersebut mampu memainkan peranan dan fungsinya atau justeru ia menjadi beban bagi penumpangnya?
Kafilah tinggallah kafilah, gerbang tinggallah gerbang di mana ia tidak akan memiliki makna jika ianya tidak diberi makna.
Patutkah peluang sedemikian menjadi terbuang?
Menjadikan Islam sebagai rahmat untuk seluruh alam semesta itulah cita-cita kita.
Cita-cita besar yang :
- Memerlukan kelengkapan besar yang memiliki kesetiaan yang tidak diragukan lagi.
- Menuntut pengorbanan harta tanpa hitungan.
- Menumpahkan lautan peluh dan darah.
- Menelan waktu sepanjang zaman untuk mewujudkan rupa kebaikannya.
Rasululah saw sedar betul akan beban dan risiko cita-citanya, kerana tidaklah rahmat menjadi rahmat bagi manusia yang menentangnya, apalagi di zaman yang serba kompleks ini.
Penentangan, begitulah yang akan ditemui dan tidak syak lagi bahwa seluruh kekuatan akan bersatu padu untuk menghentam kehadiran rahmat dan pembawanya.
Hanya mereka yang bersifat kejantanan dan bermental pejuang yang akan berani melakukan penentangan. Memang benarlah bahwa kemuliaan itu adalah untuk mereka, bukan buat para :
- Pengecut.
- Pelamun.
- Pembual.
- Pengkhayal.
Sebuah kalimat hikmah bermadah :
”Sesungguhnya agama ini akan tegak dengan tersedianya umat pembela dan wujudnya umat pembela bergantung kepada bangunnya para syuhada’ dakwah dan para syuhada’ dakwah tidak akan lahir tanpa tarbiyah”.
Tarbiyah yang tidak lapuk dek hujan dan tidak lekang dek panas di mana sepanjang zaman tarbiyah mampu menunjukkan keampuhannya.
Bukankah Sayyid Qutb merupakan produk tarbiyah abad moden?
Sifat istiqamah beliau di jalan dakwah terjelma hingga ke akhir hayatnya di tiang gantungan. Bahkan beliau sempat memberi peringatan yang tajam kepada syaikh Azhar ketika itu sebelum proses penggantungan terhadap beliau dilakukan.
Tatkala syaikh Azhar memberi nasihat kepadanya bahwa sesungguhnya perisytiharan hukuman gantung memerlukan dirinya untuk mengucapkan kalimah “Laa Ilaaha Illallah” sebelum hukuman dilaksanakan, beliau lalu mengatakan :
“Sampai kamu juga wahai syaikh ingin menyempurnakan sandiwara ini? Kamu makan dengan kalimah ‘Laa Ilaaha Illallah’, dan aku mati demi kalimah tersebut.”
Tarbiyah adalah rahim lahirnya para syuhada’ dakwah. Islam sebagai rahmat untuk sekalian alam tidak akan mampu memberikan sumbangan kebaikannya ketika langkah dan gerakannya terhalang oleh tembok kezaliman.
Sesungguhnya, umat yang besar yang tidak memiliki daya juang, tidak begitu bermanfaat bagi datangnya rahmat yang diharapkan.
Bukankah umat Islam pada hari ini ramai dan lebih dari cukup dari segi bilangan dan angka?
Namun, yang menjadi ironiknya, ketika mereka memiliki kuantiti yang cukup besar, justeru kualiti mereka tidak diperhitungkan.
Tidak usah sampai kepada tingkatan perluasan kebaikan, mempertahankannya sahajapun kita sudah kalah.
Bahkan sebahagian mereka telah berganti wajah dengan wajah kekufuran meskipun pakaian keislaman mereka kenakan.
- Mereka menjadi hamba dan anak jajahan di negeri sendiri.
- Mereka menjadi objek kebatilan.
- Kekayaan mereka dirampas.
- Hak-hak mereka dinodai.
- Mereka terhina padahal agamanya merupakan sumber kemuliaan.
Tidak perlulah kita bertanya kenapa semua ini berlaku kerana jawaban itu ada di dalam hati kita. Ya kita sedar umat ini seperti buih yang terombang-ambing dalam gelombang kedurjanaan.
Kita memerlukan Solahuddin baru, seorang laki-laki yang :
- Kuat perkasa.
- Bermental waja.
- Berfikiran cerdas.
- Berakhlak mulia.
Seorang laki-laki yang dengan segenap jiwa dan raganya akan merubah sejarah peradabannya.
Tarbiyah adalah rahim kepada lahirnya para pejuang sejati, pejuang yang tidak kenal mati serta yang sentiasa berorientasi pada ridha Ilahi dan ini bukanlah sekadar teori.
Bukankah kelahiran sederet manusia besar sekelas dengan sahabat dan generasi sesudahnya menjadi bukti yang cukup?
Sepanjang sejarah kehidupan, apabila tarbiyah hidup di tengah-tengah umat, maka boleh dipastikan bahwa umat tersebut akan memiliki :
- Jiwa-jiwa kepahlawanan.
- Jiwa yang hidup.
- Jiwa yang sentiasa bergerak memutar roda kebaikan.
Para penggerak dakwah pada hari ini begitu mengerti bahwa kita benar-benar memerlukan seorang aktivis sejati iaitu laki-laki kuat yang akan menyokong tertegaknya kemuliaan.
Laki-laki kuat seperti ini tidak akan pernah muncul dari bawah tanah atau jatuh dari langit, tapi kehadiraannya adalah buah karya besar dari tangan penuh kasih para ‘Murabbi’.
Umat menanti para ‘Murabbi’ yang akan :
- Membangunkan mereka dari keterlenaan.
- Memberikan pencerahan ke atas kegelapan.
- Melepaskan tali jajahan yang melilit di tengkok umat Islam.
- Membuatkan mereka bergerak bebas menjadi pahlawan baru yang akan dicatat oleh sejarah.
Benarlah ia sebagaimana kata-kata Imam Hasan Al Banna :
“Umat manusia memerlukan aktivis yang luapan hatinya memenuhi hati orang-orang di sekitarnya. Dan, dengan luapan rabbani itu, mereka dapat memenuhi hati orang-orang di sekitar mereka. Maka dengan cara itulah, manusia berubah dari satu keadaan menuju keadaan yang lain dan keluarlah ia dari berbagai kegelapan menuju cahaya.”
Bangunlah wahai aktivis dakwah!! Kitalah orang yang diharapkan untuk membawa misi perubahan itu. Oleh yang demikian, jangan sia-siakan kesempatan ini kerana ianya tidak akan datang dua kali.
Ya Allah, kurniakanlah kekuatan untuk kami ubah apa yang ada di dalam hati kami sehingga kekuatan itu melimpah dan memenuhi hati-hati mereka-mereka yang berada di sekitar kami lalu menumpahkan cahayaMu yang akan memadamkan kegelapan yang bersarang di lubuk hati mereka. Jadikanlah diri-diri kami sebagai murabbi yang akan melahirkan laki-laki yang akan merubah sejarah peradabaan masa depan.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS