Rasulullah saw pernah bersabda :
“Berfikirlah kamu tentang ciptaan Allah, dan janganlah kamu berfikir tentang Zat Allah.” (HR Abu Nu’aim)
Menurut Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya ‘Shahihul Jami’ush Shaghir’ dan ‘Silsilatu Ahadits Ash-Shahihah’, hadis di atas adalah berdarjat hasan.
Hadits ini berbicara tentang salah satu ciri khas manusia yang membezakanya dari makhluk yang lain, bahwa manusia adalah makhluk yang berfikir.
Dengan kemampuan berfikir itulah manusia boleh meraih berbagai :
- Kemajuan.
- Kemanfaatan.
- Kebaikan.
Namun, sejarah juga mencatat bahwa tidak sedikit manusia yang mengalami kesesatan dan kebinasaan akibat berfikir.
Oleh kerana itu, Rasulullah saw menghendaki kita, kaum muslimin, untuk mempunyai budaya berfikir yang akan dapat menghantarkan kita kepada kemajuan, kemanfaatan, kebaikan, ketaatan, keimanan, dan ketundukan kepada Allah swt.
Agar tujuan itu tercapai, Rasulullah saw memberi petunjuk-petunjuk agar kita tidak salah dalam berfikir.
Rasulullah saw memerintahkan kita untuk berfikir mengenai makhluk ciptaan Allah swt. Baginda melarang kita berfikir tentang Zat Allah kerana kita tidak akan mampu menjangkaunya, dan berfikir tentang Zat Allah boleh menghantarkan kita kepada kesesatan dan kebinasaan.
KEUTAMAAN BERFIKIR
Setidak-tidaknya ada empat keutamaan berfikir, iaitu:
PERTAMA : Allah memuji orang-orang yang sentiasa berfikir dan berzikir dalam setiap situasi dan keadaan.
Ini dinyatakan secara khusus oleh Allah swt dalam Al-Qur’an dengan firmannya :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (iaitu) orang-orang yang mengingati Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imran : 190 – 191)
Ustaz Sa’id Hawa dalam kitabnya, ‘Al-Mustakhlash Fi Tazkiyatil Anfus’ berkata :
“Dari ayat ini kita memahami bahwa kemampuan akal tidak akan terwujud kecuali dengan perpaduan antara zikir dan fikir pada diri manusia. Apabila kita mengetahui bahwa kesempurnaan akal bererti kesempurnaan seorang manusia, maka kita boleh memahami peranan penting zikir dan fikir dalam menyucikan jiwa manusia. Oleh kerana itu, para ahli suluk yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah sentiasa memadukan antara zikir dan fikir di awal perjalanannya menuju Allah. Sebagai contoh, di saat berfikir tentang berbagai perkara, mereka mengiringinya dengan tasbih, tahmid, takbir dan tahlil.”
KEDUA : Berfikir termasuk amal yang terbaik dan boleh mengungguli ibadah.
Ada atsar yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban berbunyi :
“Berfikir sesaat lebih utama daripada ibadah setahun.”
Kenapa begitu?
Ini adalah kerana, berfikir boleh memberi manfaat-manfaat yang tidak mampu dihasilkan oleh suatu ibadah yang dilakukan selama setahun.
Abu Darda’, seorang sahabat yang terkenal sebagai ahli ‘abid pernah ditanya tentang amalan yang paling utama, ia menjawab : “Tafakur”(berfikir).
Dengan tafakur, seseorang boleh :
- Memahami sesuatu hingga kepada hakikatnya.
- Mengerti manfaat dari yang membahayakan.
Dengan tafakur, kita boleh :
- Melihat potensi bahaya hawa nafsu yang tersembunyi di dalam diri kita.
- Mengetahui tipu daya syaitan.
- Menyedari pujuk rayu duniawi.
KETIGA : Berfikir boleh menghantarkan kita kepada kemuliaan dunia dan akhirat.
Ka’ab bin Malik berkata :
“Barangsiapa menghendaki kemuliaan akhirat, maka hendaklah ia memperbanyakkan ‘tafakur’ (berfikir).”
Hatim menambah :
“Dengan merenungi perumpamaan, bertambahlah ilmu pengetahuan; dengan mengingati nikmat Allah, bertambahlah kecintaan kepadaNya; dan dengan bertafakur, bertambahlah ketakwaan kepadaNya.”
Imam Syafi’i menegaskan sebagaimana yang dinyatakan di dalam kitab ‘Mau’izhatul Mu’minin’:
“Milikilah kepandaian berbicara dengan banyak berdiam, dan milikilah kepandaian dalam mengambil keputusan dengan berfikir.”
KEEMPAT : Berfikir adalah pangkal segala kebaikan.
Ibnul Qayyim berkata di dalam kitabnya ‘Miftah Darus Sa’adah’ :
“Berfikir akan membuahkan pengetahuan, pengetahuan akan melahirkan perubahan keadaan yang terjadi pada hati, perubahan keadaan hati akan melahirkan kehendak, kehendak akan melahirkan amal perbuatan.
Jadi, berfikir adalah asas dan kunci semua kebaikan. Hal ini boleh menunjukkan kepadamu keutamaan dan kemuliaan tafakur, dan bahwasanya tafakur termasuk amalan hati yang paling utama dan bermanfaat sampai-sampai dikatakan, ‘Tafakur sesaat lebih baik daripada ibadah setahun’.”
Berfikir boleh mengubah dari :
- Kelalaian menuju kesedaran.
- Perkara-perkara yang dibenci Allah menuju perkara-perkara yang dicintaiNya.
- Cita-cita dan keserakahan menuju zuhud dan qana’ah.
- Penjara dunia menuju keluasan akhirat.
- Kesempitan kejahilan menuju keluasan ilmu pengetahuan.
- Penyakit syahwat dan cinta kepada dunia menuju kesembuhan ruhani dan pendekatan diri kepada Allah.
- Bencana buta, tuli dan bisu menuju nikmat penglihatan, pendengaran dan pemahaman tentang Allah.
- Berbagai penyakit syubhat menuju keyakinan yang menyejukkan hati dan keimanan yang mententeramkan.
BUAH DARI BERFIKIR
PERTAMA : Kita akan mengetahui hikmah dan tujuan penciptaan semua makhluk di langit dan bumi sehingga menambah keimanan dan rasa syukur.
“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya, kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.” (QS Ar-Rum : 8)
KEDUA : Kita boleh membezakan mana yang bermanfaat sehingga bersemangat untuk meraihnya, mana yang berbahaya hingga berusaha menghindarinya.
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ” yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya kamu berfikir.” (QS Al-Baqarah : 219)
KETIGA : Kita boleh memiliki keyakinan yang kuat mengenai sesuatu, dan menghindari diri dari sikap ikut-ikutan terhadappendapat yang berkembang.
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal sahaja, iaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras. (QS Saba’ : 46)
KEEMPAT : Kita boleh memperhatikan hak-hak diri kita untuk mendapatkan kebaikan, sehingga tidak hanya berusaha memperbaiki orang lain dan lupa pada diri sendiri.
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berfikir? (QS Al-Baqarah : 44)
KELIMA : Kita boleh memahami bahwa akhirat itu lebih utama dan dunia hanya wasilah untuk membangun kebahagiaan akhirat.
“Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan Rasul), dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya? (QS Yusuf :109)
“Dan apa sahaja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka Apakah kamu tidak memahaminya?” (QS Al-Qashash : 60).
KEENAM : Kita boleh menghindari diri dari kebinasaan yang pernah menimpa orang-orang sebelum kita.
“Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.“ (QS Muhammad : 10)
KETUJUH : Boleh menghindari diri dari siksa neraka kerana ia memahami dan mengamalkan ajaran agama dan meninggalkan kemaksiatan dan dosa-dosa, terutama syirik.
“Dan mereka berkata, “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. (QS Al-Mulk : 10)
“Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka Apakah kamu tidak memahami? (QS Al-Anbiyaa’ : 67)
BATASAN BERFIKIR
Imam Al-Ghazali berkata :
“Ketahuilah bahwa semua yang ada di alam semesta, selain Allah, adalah ciptaan dan karya Allah Ta’ala. Setiap atom danzarah apapun memiliki keajaiban dan keunikan yang menunjukkan kebijaksanaan, kekuasaan dan keagungan Allah Ta’ala. Mengira semuanya adalah sesuatu yang mustahil, kerana seandainya lautan adalah tinta untuk menuliskan semua itu niscaya akan habis sebelum menuliskan sepersepuluhnya sahaja dari semua ciptaan dan karyaNya.”
Jadi, tafakur adalah ibadah yang bebas dan terlepas dari ikatan segala sesuatu kecuali satu ikatan sahaja, iaitu tafakur mengenai Zat Allah.
Saat berfikir bagi seorang muslim sebenarnya adalah keadaan di mana ia sedang berusaha untuk :
- Meningkatkan ketaatan.
- Menghentikan kemaksiatan.
- Menghancurkan sifat-sifat yang boleh merosakkan.
- Menumbuhkan sifat-sifat yang membina yang ada dalam dirinya.
Berhasil atau tidaknya perkara ini untuk dicapai sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya :
1. Kedalaman ilmu.
2. Konsentrasi fikiran.
3. Keadaan emosi dan rasional.
4. Faktor lingkungan.
5. Tingkatan pengetahuan tentang objek tafakur.
6. Teladan dan pergaulan.
7. Hakikat terhadap sesuatu.
8. Faktor kebiasaan.
KENAPA KITA DILARANG BERFIKIR MENGENAI ZAT ALLAH SWT?
Setidak-tidaknya ada dua sebab, iaitu:
PERTAMA : Kita tidak akan sanggup menjangkau kadar keagunganNya.
Allah swt tidak terikat dengan ruang dan waktu.
Abdullah bin Mas’ud berkata :
“Bagi Tuhanmu tidak ada malam, tidak pula siang. Cahaya seluruh langit dan bumi berasal dari cahaya wajahNya dan Dialah cahaya langit dan bumi. Pada hari kiamat, ketika Allah datang untuk memberikan keputusan, bumi akan tenang oleh cahayaNya.”
Firman Allah swt :
“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikanNya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. (QS Asy-syuuraa : 11)
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui.” (QS Al-An’am : 103)
Ibnu Abbas berkata :
“Zat Allah terhalang oleh tirai sifat-sifatNya dan sifat-sifatNya terhalang oleh tirai karya-karyaNya. Bagaimana kamu bolehmembayangkan keindahan Zat yang ditutupi dengan sifat-sifat kesempurnaan dan diselimuti oleh sifat-sifat keagungan dan kebesaran.”
KEDUA : Kita akan terjerumus dalam kesesatan dan kebinasaan.
Memperlakukan hukum ‘Al Khalik’ terhadap makhluk ini adalah sikap berlebihan. Itulah yang terjadi di kalangan kaum Rafidhah terhadap Ali ra.
Sebaliknya, memperlakukan hukum makhluk terhadap ‘Al Khalik’ ini adalah suatu sikap ‘taqshir’. Perbuatan ini dilakukan oleh aliran sesat ‘musyabbihah’ yang mengatakan Allah memiliki wajah yang sama dengan makhluk, kaki yang sama dengan kaki makhluk dan seterusnya. Semoga kita terselamat dari kesesatan yang seperti ini.
Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sentiasa berfikir dan berzikir kepadaMu kerana kami memahami bahwa berfikir dapat membuka minda kami ke suatu ufuk yang lebih luas manakala berzikir dapat mengangkat jiwa kami naik ke tempat yang tinggi yang berdekatan denganMu. Tetapkanlah kami dalam keadaan berfikir dan berzikir dalam apa keadaan sekalipun sehingga ketenangan sentiasa hadir di dalam jiwa kami.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS