Ketika Islam menghadapi tentangan dalam berbagai bidang dan pada semua tahap serta dunia berada dalam keadaan yang mengecewakan sehingga memberikan kesan terhadap perjalanan dakwah dan para pendakwah, muncul satu pertanyaan iaitu :
Apakah ada penyelesaian dan tempat kembali untuk mempertahankan dan menjaga ‘tsawabit’ (prinsip-prinsip tetap) kita tanpa menyebabkan kesan negatif terhadap dakwah dan para pendakwah?
Pada hakikatnya, ketika suatu bencana berlaku di berbagai tempat, maka akan muncul tenaga dari cahaya Islam yang menyeru dan mengingatkan umat bahwa :
“Tidak ada tempat untuk lari dari (siksa) Allah, melainkan kepadaNya sahaja”. (At-Taubah : 118)
dan tidak ada jalan keselamatan kecuali dengan mengikuti petunjukNya.
“Barangsiapa yang mengikut petunjukKu, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka”. (QS Thaha : 123)
Oleh yang demikian, melalui peristiwa dan halangan-halangan yang dihadapi ini, ia juga merupakan kesempatan yang besar untuk kita menghiasi diri dengan hiasan rabbaniyah melalui berbagai nilai, etika, perilaku dan wasilah yang diserlahkan dalam realiti sebenar secara langsung.
Imam Hassan Al-Banna dengan secara terang telah menjelaskan akan hakikat dakwah Al-Ikhwanul Al-Muslimun, kemuliaan misinya, tujuan dan wasilah-wasilahnya dalam Risalah ‘Dakwatuna Fi Thaurin Jadid’ (Dakwah Kita Di Era Baru).
“Bahwa misi kita adalah dakwah rabbaniyah, dan perkara ini merupakan bahagian yang ingin dipertegaskan dan ditegakkan ke dalam jiwa; sehingga dunia dan perhiasannya tidak mampu mengaburkan (samada dengan tipu daya dan rayuan-rayuannya) akan hakikat kita dan tabiat risalah kita.
Ciri khusus dari karakter dakwah kita adalah rabbaniyah alamiyah: adapun yang dimaksudkan dengan rabbaniyah adalah kerana asas utama yang menjadi tujuan utama adalah :
1. Uutuk memberikan kefahaman kepada manusia akan hakikat Tuhan mereka.
2. Untuk menyandarkan kekuatan hubungan ruhaniyah yang mulia.
sehingga dengan itu ia dapat :
a. Mensucikan jiwa mereka dari kejumudan material yang terpendam.
b. Mengelakkan dari penyimpangan-penyimpangan yang ada di dalamnya menuju kebersihan dan keindahan jiwa insani.
Dan kita menyeru dari lubuk hati kita yang paling dalam akan syiar kita : “Allah adalah tujuan kita”.
Jadi tujuan pertama dakwah kita adalah mengingatkan umat untuk sedar akan hubungannya yang erat kepada Allah dari perkara-perkara yang telah dapat melupakan Allah oleh mereka sehingga Allah melupakan mereka.
Allah swt berfirman :
“Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang bertaqwa”. (QS Al-Baqarah : 21)
Dan ini, pada hakikatnya merupakan kunci pertama untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan yang tertutup oleh adanya kejumudan material di hadapan manusia sehingga mereka tidak mampu memberikan cara penyelesaiannya. Tanpa kunci ini, maka tidak akan berlaku perbaikan.”
Dari sini, kita sebagai pemimpin umat dan pemegang bendera dakwah hendaklah menghiasi diri dengan sifat rabbaniyah dan berakhlak dengannya serta melaksanakannya dalam jiwa kita sehingga terwujud peribadi hamba rabbani, yang :
1. Memahami akan perintah Allah dan larangan-laranganNya.
2. Memahami syariat Allah dan wahyuNya.
sehingga akhirnya mampu terjelma dalam jiwa dan mengajak umat menuju kepadanya; baik untuk dunia mahupun akhirat.
Demikianlah kewajiban kita sebagaimana firman Allah swt :
“Namun jadikanlah kamu orang-orang rabbani”. (QS Ali Imran :79)
Jika kita ingin mendapatkan nilai rabbani sebagaimana yang diimpikan, maka hendaknya yang pertama kita lakukan adalah merealisasikannya dalam :
PERTAMA : DALAM DIRI KITA TERLEBIH DAHULU
Ini sebagaimana firman Allah swt :
“Katakanlah, sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam”. (QS Al-An’am : 162)
Dan firman Allah lagi :
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang berbuat ihsan (kebaikan)” (QS An-Nahl : 128)
KEDUA : DALAM RUMAHTANGGA KITA
Ini sebagaimana firman Allah swt :
“Dan jadikanlah rumah-rumah kamu kiblat dan dirikanlah solat, dan berikanlah khabar gembira kepada orang-orang yang beriman”. (QS Yunus : 87)
KETIGA : DALAM MASYARAKAT KITA
Dengan mempraktikkan akhlak mulia di tengah-tengah masyarakat, ianya akan dapat membangkitkan umat menuju kebaikan yang telah digariskan oleh Allah swt :
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah”. (QS Ali Imran : 110)
MAKNA RABBANIYAH
Makna rabbaniyah adalah meng-intisabkan diri kepada Tuhan, dan ‘intisab’ ini tidak akan terwujud kecuali dengan menjadikan Allah, Tuhan semesta alam berada dan hadir dalam berbagai keadaan.
Rabbaniyah itu sendiri tidak akan terjelma kecuali dengan beribadah kepada Allah melalui kefahaman yang bersepadu terhadap ibadah tersebut iaitu :
a. Menjadikan hidup dan mati, gerak dan diam hanya untuk Allah.
b. Tidak berbicara kecuali dengan apa yang diridhai Allah.
c. Tidak bekerja dan berbuat sesuatu kecuali kerana Allah.
d. Tidak mengarahkan niat kita dalam ucapan dan perbuatan kecuali kerana Allah.
PERLAKSANAAN RABBANIYAH
Hendaklah kita :
1. Menjadikan rabbaniyah sebagai puncak amal dan keutamaan kita.
2. Bekerja dengan bersungguh-sungguh untuk mewujudkan rabbaniyah dalam berbagai kekuatan dan amal yang telah diusahakan oleh kita.
3. Merealisasikan sifat-sifat wali Allah dengan perilaku dan akhlak-akhlak mereka.
“Kerana Allah sebaik-baik pelindung dan Dialah Zat yang Maha Rahim dari yang rahim”. (QS Yusuf : 64)
Inilah yang kita inginkan dan usahakan untuk menuju kepadanya dan ini sebagai kewajiban atas setiap individu yang menjadi jati diri dalam kehidupannya dan dalam lingkup tanggungjawabnya secara individu untuk bekerja dengan giat dan bersungguh-sungguh mewujudkan kewajiban rabbaniyah dan ubudiyah.
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN RABBANIYAH
Hendaklah kita menyuburkan iman dalam jiwa kita kerana :
a. Iman merupakan pengarah terhadap berbagai keinginan pada setiap orang dalam hidupnya di dunia dan di akhirat.
b. Merupakan cara untuk melakukan pembaharuan diri dan mengukuhkanya dalam jiwa yang memiliki banyak bentuk dan modelnya.
Selain itu, yang paling utama adalah menjalin hubungan yang baik dengan Allah melalui penegakan kewajiban-kewajiban, memperbanyakkan ketaatan dan amal soleh serta bertindak dengan penuh kejujuran seperti yang diungkapkan dalam atsar:
“Jika hambaKu menghadap kepadaKu dengan hatinya dan jiwanya maka Aku akan menerima hati-hati hambaKu dengan penuh kasih sayang dan rahmat”.
Kita juga hendaklah menjadikan Allah sebagai tujuan akhir dan misi tertinggi hidup kita dan sentiasa merasakan kehadiranNya dalam hati kita dan di hadapan kita dan bahkan dalam berbagai aktiviti dan perbuatan kita, ikhlaskan niat dan amal kita keranaNya serta fahamilah akan hakikat yang Allah ciptakan kita untukNya:
“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu”. (QS Az –Zariyat : 56)
Berusahalah untuk mewujudkan dalam jiwa-jiwa kita dan di dunia nyata makna syiar kita :
“Allah adalah tujuan kita”
Hendaknya kita sentiasa berada pada posisi yang paling tinggi dan menjadikan tujuan kita dalam hidup ini adalah untuk menggapai ridha Allah, menjadikan semua pekerjaan kita untuk mendapatkan kemenangan syurga Firdaus yang paling tinggi dan bekerja dengan bersungguh-sungguh untuk mewujudkan misi yang mulia dan meraih keridhaan Allah dan gunakanlah waktu dari setiap minit, setiap saat dan setiap degupan jantung dengan baik dengan menjadikannya sebagai tambahan dalam peningkatan iman
“Bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (kerana) mencari kurnia dari Allah dan keridhaanNya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar”. (QS Al-Hashr : 8)
Realisasikanlah ukhuwah di antara kita dan terapkanlah secara konkrit, dimulai dari berlapang dada hingga ke tahap ‘itsar’ :
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin).dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung”. (QS Al-Hashr : 9)
Yang kita inginkan adalah ukhuwah yang nyata yang dapat membantu untuk melakukan ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah, memperkaya kerja dan mendorong untuk maju.
Bahwa rabbaniyah adalah projek kehidupan yang penuh dengan keimanan, maka oleh yang demikian, peliharalah diri kita untuk sentiasa menunaikan solat berjamaah dan pada saf pertama, khususnya solat fajar, baca Al Qur’an dan simaklah serta tadabburkan lalu tunaikan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya.
Ketahuilah bahwa dalam berjalan menuju Allah, Qiyamullail merupakan :
1. Intipati dari kemuliaan seorang mukmin.
2. Bekalan yang hakiki dalam memikul amanah dakwah dan menghadapi ujian-ujiannya yang berat.
3. Peluru dakwah menuju kejayaan.
4. Peluang yang terbaik untuk kita berdoa pada waktu sahur serta berserah diri kepada Allah.
5. Sebaik-sebaik penyokong bebanan dakwah yang ada di hadapan kita semua.
“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan”. (QS Al–Muzzammil : 6)
Marilah kita sibukkan hidup kita dengan berzikir, tafakkur, puasa, ibadah ‘nawafil’ (tambahan sunnah) dan silaturrahim dan jadikanlah diri kita orang yang terbaik di tengah keluarga dan kerabat serta masyarakat, taatlah kepada Allah ketika bersama mereka dan serlahkanlah dari jiwa kita ‘qudwah hasanah’ untuk dakwah dan agama kita dan begitu pula, jadilah kita peribadi yang sentiasa dinanti-nantikan oleh masyarakat.
MENJADI SEORANG RABBANI
Bahwa rabbaniyah merupakan wasilah perbaikan bagi diri dan masyarakat, maka oleh kerana itu, orang-orang yang rabbani :
a. Sentiasa memelihara kitab Allah.
b. Bertanggungjawab di hadapan Allah akan tugasnya dalam memelihara syari’ah.
c. Menyampaikan dan mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah.
“Disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya”. (QS Al-Maidah : 44)
Seorang Rabbani akan merasakan bahwa Allah akan bertanya kepadanya ;
1. Tentang syariah secara keseluruhannya.
2. Tentang amanah umat secara bersamaan.
Ini adalah kerana dirinya diminta untuk memelihara wahyu Allah di mana memelihara wahyu tidak hanya sekadar menghafalnya di dalam otak dan hati, namun memeliharanya secara konkrit sehingga dengan membawanya sebagai risalah, menghafalnya dan mengamalkannya sebagai amanah dan kerja yang perlu dipertanggungjawabkan.
Dari sinilah kita perlu mengisi jiwa ini dengan perasaan rabbaniyah sehingga dapat menyelamatkan jiwa dan memenangkan agama dan mengembalikan umat pada kemuliaannya dan pada jati dirinya yang mulia.
Kita juga perlu berhati-hati terhadap adanya kesalahan persepsi dan fikiran yang merosakkan yang sentiasa menyusup ke dalam hati kita dan pada sebahagian orang; bahwa terlalu banyak kesibukan dan bebanan dakwah akan mengakibatkan konflik dan bertentangan dengan rabbaniyah dan ruhiyah dan memberi pengaruh negatif.
Tapi yang benar adalah sebaliknya iaitu kita akan mampu untuk meraih kebaikan secara sempurna di mana pekerjaan-pekerjaan tersebut dapat membersihkan ruh dan meninggikan sudut keimanan dan membantu perbaikan ibadah kepada Allah dan memberikan prestasi dari apa yang diamanahkan kepada kita serta mampu menentukan tujuan dari berbagai rancangan dan program.
Kita perlu juga menyedari bahwa tidak akan terwujud atau kita tidak akan dapat meraih prestasi atau melakukan pekerjaan yang baik tanpa adanya keikhlasan kerana Allah dan menjadikan kerja seluruhnya untuk Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Oleh kerana itu, langkah utama dalam menyelamatkan dunia dari kerosakannya bergantung pada:
a. Kembalinya kita menuju nilai-nilai rabbani secara sungguh-sungguh dan konkrit.
b. Bekerja dengan giat untuk membela Islam dan menaikkan darjatnya.
Maka, dari sinilah kewajiban setiap jiwa yang memiliki kecemburuan dan keikhlasan untuk Islam dan untuk kembali kepada Allah di wujudkan.
“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu”. (QS Az-Zariyat : 50)
Akhir sekali, marilah kita jadikan syiar berikut sentiasa berkumandang dalam hidup ini :
“Dan aku bersegera kepadaMu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku)”. (QS Thaha : 84)
Ya Allah, berilah kemudahan kepada kami dalam meniti laluan Rabbaniyah sehingga kami mampu sampai kepada matlamat dan tujuan yang hakiki yang dikehendaki oleh Engkau. Tetapkanlah kami di atas laluan ini walaupun dipukul badai dan ombak sehingga kami berjaya melepasinya dan sampai ke negeri pembalasan yang abadi.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS