Tidak terasa kepada kita bahwa waktu terus berlalu dan hari-hari yang telah dilalui dan bulan Ramadhan itu hanya sebentar lagi akan menjelma kembali. Seperti baru kelmarin Ramadhan tahun lalu kita tinggalkan, kini bulan mulia yang penuh dengan keberkatan datang menggamit lagi di ambang pintu.
Kalau kita mengimbau suasana di bulan Ramadhan tahun lalu itu, kita mungkin merasa begitu dekat dengan Allah swt.
Kita lalui hari-harinya untuk sentiasa beribadah kepadaNya dengan solat berjamaah di masjid, solat Tarawikh, qiyamullail, tilawah Al Qur'an, sedekah dan macam-macam ibadah lainnya.
Lebih-lebih lagi di sepuluh hari terakhirnya di mana kita tidak ketinggalan untuk beri’tikaf di masjid bagi lebih mendekatkan lagi diri kita yang hina ini kepangkuan Ilahi. Memanjatkan doa memohon ampun atas semua dosa yang pernah kita lakukan.
Selepas Ramadhan itu pergi, memasuki bulan Syawal kita masih boleh menghadirkan semangat Ramadhan pada diri kita. Masih boleh kita melaksanakan ibadah puasa sunnah Syawal. Masih boleh kita pertahankan untuk menghiasi malam-malamnya dengan qiyamullail. Tilawah Al Qur’an masih boleh satu juz dalam sehari serta ibadah-ibadah yang lainnya. Subhanallah...
Namun secara perlahan, semangat Ramadhan itu hilang dari diri kita diiringi semakin jauhnya kita dengan Allah swt yang boleh dikesan apabila berkurangnya kualiti ibadah kita, dosa-dosa pun banyak yang kita perbuat sehingga hati kita penuh dengan titik-titik hitam yang akhirnya menyebabkan hati kita berjelaga dan rosak. Astaghfirullah...
Menurut Ibnul Qayyim, hati yang rosak boleh diubati dengan :
PERTAMA : MEMPERBANYAKKAN ZIKIR KEPADA ALLAH SWT
Zikir akan sentiasa mengingatkan hati kepada Pencipta dan kedekatan kita dengan Pencipta akan menjadikan hati merasa diawasi olehNya sehingga hati akan menjadi kukuh serta tidak akan goyah dipujuk rayu oleh hawa nafsunya di samping akan merasa gementar untuk memerintahkan anggota badannya untuk berbuat maksiat.
Namun, apabila hati jauh dari zikir, justeru sebaliknya, hawa nafsu akan mudah mempermainkan hati manusia di mana pada waktu itu hati tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai bendungan yang mengatur derasnya aliran nafsu kerana hati tidak lagi dirawat serta dipelihara dengan memperbanyakkan zikir.
Akhirnya, bendungan yang tidak lagi terpelihara, dibiarkan menua, apalagi jika terus digigit oleh lumut-lumut kemaksiatan, maka ia akan mudah sahaja dihancurkan oleh lajunya dorongan nafsu.
KEDUA : MEMOHON AMPUNAN KEPADA ALLAH SWT
Doa ialah satu cara untuk kita memohon keampunan kepada Allah dan ia merupakan benteng yang menjadikan hati semakin kukuh kerana sifat hati tidaklah luput dari kesalahan mahupun dosa.
Setiap saat, iblis beserta pasukannya sentiasa mengintai dan mencari titik kelemahan hati manusia. Iblis beserta pasukannya sentiasa bersiap sedia dengan tombak dan panahnya bagi menghancurkan benteng pertahanan hati manusia di mana, tidak jarang pula, tombak atau panah-panah iblis tersebut berhasil menembusinya.
Jika pertahanannya telah ditembusi, maka hati akan terluka dan ia perlu melakukan perbaikan kembali agar ia dapat meneruskan pertempuran kembali melawan iblis beserta pasukannya.
Berdoa memohon keampunanNya adalah ubat penawar luka tersebut. Jika ubat tersebut tidak segera digunakan, maka iblis beserta pasukannya akan semakin mudah menembak pertahanan hati di mana akhirnya hati akan mudah ditaklukkan serta dikuasai oleh iblis beserta pasukannya.
Iblis beserta pasukannya akhirnya akan tertawa terbahak-bahak, angkuh kerana berhasil menaklukkan hati. Jika iblis beserta pasukannya berhasil menguasai hati, maka mereka akan jadikan hati sebagai hambanya.
Mereka akan semena-mena memerintahkan hati untuk berbuat sesuai dendan kehendak mereka. Tentulah yang pertama sekali adalah mereka perintahkan hati untuk membangkang kepada Allah. Kemudian, iblis jadikan hati yang kalah tersebut sebagai pengikutnya, untuk bersama-sama dengan pasukannya yang lain, menghancurkan hati-hati yang masih bersih.
Membangun hati yang kukuh memanglah memerlukan perjuangan. Ia tidak boleh dibangun hanya dalam sekelip mata. Benteng hati yang kukuh perlu dibangunkan secara bertahap, namun berterusan.
Sebagaimana benteng bangunan yang kukuh dalam pengertian sebenar, maka ia perlu dibangunkan dari konsep struktur bangunan dan bahan-bahan material yang terbaik.
Demikian juga hati yang kukuh, maka ia perlu dibangunkan dari konsep ikhlas disertai dengan rangkaian-rangkaian amalan yang baik sesuai dengan anjuran Al-Qur’an dan As Sunnah. Ia tidak hanya dibangunkan lalu diabaikan, namun ia mesti terus dipelihara keberadaannya kerana hati bukanlah nilai yang sekata tetapi ia bersifat turun naik mengalami pasang dan surutnya.
Kualiti ibadah kita mencerminkan nilai keimanan yang ada pada diri kita. Ketika kualiti ibadah kita itu menurun bererti menurun pula nilai keimanan kita kerana memang keimanan kita kadang-kadang menaik dan kadang-kadang menurun.
Imam Ghazali menjelaskan, keimanan kita naik dengan melakukan ketaatan kepadaNya dan sebaliknya keimanan kita menurun dengan melakukan kemaksiatan kepadaNya.
Maka, bulan Ramadhan merupakan saat yang penting untuk membangun kembali benteng hati kita yang mungkin telah retak serta menganga lebar setelah sebelas bulan ia diserang bertubi-tubi oleh iblis beserta pasukannya dan mungkin juga, telah ada dari sebahagian kita, justeru benteng hatinya telah hancur, roboh kerana tidak sanggup menahan godaan dan tipu daya iblis.
Pada saat inilah, iaitu pada Ramadhan yang penuh barakah ini, kita mesti memperbaiki dan membangunkan kembali serpihan-serpihan benteng hati kita. Di saat iblis beserta pasukannya dibelenggu, maka tiada saat terbaik kecuali pada Ramadhan ini untuk membangun kembali serpihan-serpihan yang telah runtuh.
Perlu bagi kita untuk merangkai kembali amalan-amalan yang terbaik bagi menjadikan benteng hati kita lebih kukuh tatkala iblis beserta pasukannya telah bebas dari belenggunya dan kembali memekikkan semangat pertempurannya melawan hati kita.
Jika kita berhasil membangun kembali benteng hati kita pada saat Ramadhan ini dan menjadikannya lebih kuat, kukuh dan teguh, maka pada bulan syawal, kita pekikkan pula takbir, bersiap menghadapi babak baru pertempuran melawan iblis, tentunya dengan hati yang lebih bersifat kesatria serta gagah perkasa.
Namun, tanpa kita sedari, begitu banyak dosa itu datang dari :
- Pandangan mata kita.
- Ucapan lisan kita.
- Pendengaran telinga kita.
- Segenap panca indera kita.
Sungguh semua itu tidak terasa kita lakukan kerana memang begitu halus cara syaitan menggelincirkan kita dari jalan yang di ridhai oleh Allah swt.
Sekalipun kita adalah orang yang sentiasa rajin beribadah, apatah lagi mereka yang memang jauh dari ajaran agama ini.
Dari berbagai arah syaitan mencuba dengan memujuk rayu supaya kita menjadi manusia-manusia pembuat dosa.
- Dari arah depan kita, ia datang menggoda.
- Dari arah belakang kita, ia datang menggoda.
- Dari arah kanan dan kiri kita, ia datang menggoda.
supaya kita jauh dari ketaatan. Ini merupakan janji syaitan / iblis kepada Allah swt yang diabadikan di dalam Al Qur’an:
“Iblis menjawab: Kerana Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari depan dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”(QS Al A’raaf : 16-17)
Menyedari diri yang penuh dengan dosa, kedatangan bulan Ramadhan kali ini sangat kita rindukan.
Bulan yang mulia dan bulan yang penuh dengan keberkatan di mana Allah swt dalam bulan Ramadhan ini menjanjikan untuk menghapuskan dosa-dosa dan mengabulkan segala doa yang kita panjatkan dan semoga Allah swt masih memberikan nikmatNya kepada kita sebuah anugerah terindah iaitu boleh merasakan kembali bulan Ramadhan tahun ini.
Walaubagaimanapun, banyak cerita di tahun-tahun yang lalu menjelang memasuki bulan Ramadhan bahkan mungkin juga di tahun ini, orang-orang yang terdekat dengan kita, teman, sahabat, saudara bahkan juga ibubapa kita telah mendahului kita mengadap Ilahi.
Pergi dan tidak akan pernah kembali lagi, selama-lamanya. Mereka tidak sempat merasakan lagi Bulan Ramadhan dan semua itu adalah takdir yang kita tidak boleh lagi untuk menawarnya. Semoga mereka yang telah mendahului kita di ampuni oleh Allah swt akan dosa-dosanya... Ameen...
Kita juga belum tahu, apakah Allah swt akan mentakdirkan kita bersua kembali dengan bulan Ramadhan tahun ini atau kita ditakdirkan menyusul orang-orang yang terdekat dengan kita yang telah lebih dahulu mengadap Ilahi sebelum Ramadhan dapat kita rasakan kembali, merasakan hari-harinya yang penuh dengan keberkatan.
Oleh kerana itu, jangan tunggu bulan Ramadhan datang untuk kita bertaubat kepadanya. Mulailah dari sekarang, dari saat ini untuk kita dekatkan diri kepada Allah swt. Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang zalim kerana kita enggan bertaubat.
Firman Allah swt :
"...Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS Al Hujuraat : 11)
Hadirkan semangat Ramadhan itu kembali, qiyamullail, tilawah Al Qur’an dan ibadah-ibadah lainnya supaya ketika kita ditakdirkan oleh Allah swt dapat kembali merasakan bulan Ramadhan yang akan menyapa tidak lama lagi, kita akan lebih bersedia untuk mengisi hari-harinya dengan sentiasa beribadah kepadaNya. Sungguh jangan lalui hari-harinya dengan sia-sia.
Berusahalah ketika kita berada dalam bulan Ramadhan nanti untuk menjemput rahmatNya dengan :
- Berlumba-lumba membuat kebajikan.
- Mempersembahkan kepada Allah swt ibadah-ibadah terbaik kita di mana dengan itu semua Allah swt akan membanggakan kita kepada para malaikatNya.
Rasulullah saw bersabda :
”Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkatan. Allah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan doa. Allah melihat kamu berlumba-lumba pada bulan ini dan membanggakan kamu kepada para malaikatNya. Maka tunjukkanlah kepada Allah perkara-perkara yang baik dari kamu kerana orang yang sengsara (celaka) adalah orang yang tidak mendapat rahmat Allah di bulan ini.” (HR At Thabrani)
Hadirkan semangat Ramadhan itu kembali. Jika memang Allah akan memanggil kita sebelum Ramadhan itu menyapa, kita sudah berada dalam kedekatan kepadaNya. Berada dalam keadaan iman yang terbaik. Itu yang kita harapkan jika memang Allah swt telah tentukan akhir waktu umur kita hidup di dunia ini.
Tetaplah berdoa memohon kepada Allah swt untuk kita dapat bersua dan merasakan kembali bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkatan pada tahun ini.
Setiap orang pasti menginginkan kejayaan dari apa yang dilakukannya di Bulan Ramadhan.
Ada dua pilihan yang tersedia :
- Mengusahakan secara terbaik bagi manfaat untuk diri sendiri
- Mengusahakan secara terbaik bagi manfaat untuk orang lain.
Kecenderungan pertama nampak jelas pada orang yang berlumba atau memberi fokus dalam mengumpulkan makanan untuk berbuka puasa bagi dirinya tanpa rasa peduli terhadap keadaan orang lain.
Kecenderungan kedua pula nampak pada mereka yang lebih menunjukkan sifat peduli dan berkongsi rasa dengan sesama muslim.
- Mengambil peduli akan keperluan orang ramai sehingga mendorongnya untuk berkongsi ilmu dan pemikiran.
- Mengambil peduli dengan kesedihan orang lain sehingga mendorongnya untuk berkongsi perasaan dalam hati.
- Mengambil peduli dengan kemiskinan / kesusahan orang lain sehingga mendorongnya untuk berkongsi harta benda.
Manusia yang paling baik adalah manusia yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lainnya. Nampaknya asas manfaatnya ini boleh dijadikan kriteria untuk mengukur kejayaan seseorang dalam menjalani tarbiyah Ramadhan.
Barang siapa yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain tanpa melupakan manfaat bagi dirinya sendiri maka dialah yang paling berjaya menjalani tarbiyah Ramadhan.
a. Manfaat ilmu adalah dengan memberikan nasihat dan pengarahan.
b. Manfaat hati adalah dengan perhatian, cinta, kasih sayang dan doa bagi keluarga atau saudara-saudaranya.
c. Manfaat harta adalah dengan menginfakkan kepada mereka yang berhak dan memerlukan.
Boleh jadi, itulah rahsianya kenapa Rasulullah saw begitu peduli dengan nasib kaum Muslimin di bulan Ramadhan.
Baginda begitu cepat dan ringan dalam menginfakkan harta melebihi cepat atau lajunya angin berhembus. Sikap seperti itu merupakan tauladan yang memberi hikmah bahwa Rasulullah saw menginginkan umatnya untuk lebih bernilai dan bermanfaat bagi saudara lainnya kerana ketulusan iman tercermin dari manfaat yang diberikannya kepada orang lain.
Semoga Allah swt membimbing kita untuk sentiasa mampu bermanfaat kepada orang lain terutamanya di bulan Ramadhan di mana Rasulullah saw telah mencontohkannya kepada kita dengan memaksimumkan manfaat hidupnya untuk kepentingan umat.
Ya Allah, sampaikanlah kami kepada Ramadhan dan berilah kekuatan untuk kami mampu menghadirkan kembali semangat Ramadhan di dalam hati kami sehingga kami dapat mengisi hari-harinya dengan amal-amal yang akan memberi manfaat bukan sahaja kepada diri kami bahkan kepada kaum Muslimin yang lain.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS