Salah satu dari
ciri-ciri bulan Ramadhan adalah ia dikenali juga dengan “Syahrud Du’a” iaitu
bulan dimakbulkan doa.
Ini sebagaimana yang ditegaskan
oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadits :
“Telah
datang kepada kamu Ramadhan, bulan penuh dengan keberkatan yang dicurahkan
Allah kepada kamu, maka Ia menurunkan rahmatNya di dalamnya, menghapuskan
dosa-dosa dan mengabulkan di dalamnya doa. Allah swt melihat kepada
semangat perlumbaan kamu dalam (mengisi) Ramadhan, dan membangga-banggakan
kamu di hadapan para malaikatNya. Untuk itu perlihatkan kebajikan memancar
dari diri kamu, kerana sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang
diharamkan atau dijauhkan darinya rahmat Allah”.
(HR At Thabari)
Puasa dan doa adalah sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan dan kedekatan antara kedua ibadah ini dapat kita lihat dalam sabda
Rasulullah saw berikut :
“Tiga
kelompok manusia yang tidak ditolak permohonan mereka : Orang yang sedang
berpuasa, pemimpin yang adil dan orang yang dizalimi.” (HR Tirmizi)
Sesunguhnya inilah
kesempatan berharga untuk kita banyak memohon kebaikan dunia dan akhirat kepada
Allah swt.
Semua harapan dan
keinginan kita tumpahkan ke hadhrat Ilahi di bulan suci ini kerana orang yang
berpuasa memiliki senjata ampuh yang tidak dapat dikalahkan dan pasti dimustajabkan,
iaitu doa.
Rasulullah saw
bersabda :
“Sesugguhnya
orang yang berpuasa di saat berbuka puasa memiliki doa yang tidak akan
ditolak.” (HR Ibnu Majah)
Kenapa begitu?
Ini adalah kerana
orang yang berpuasa :
1.
Hatinya tunduk.
2.
Jiwanya pasrah.
3.
Sangat dekat dengan
Rabbnya serta patuh kepadaNya.
4.
Ia sengaja
meninggalkan makan dan minum dalam rangka taat kepada Allah swt.
5.
Ia berusaha keras untuk
mengekang keinginan syahwatnya sebagai bentuk ketundukan yang paling sempurna
terhadap Allah swt.
Maka, tidak hairanlah apabila Allah swt menutup ayat
tentang puasa dengan kalimah berikut :
“Dan
apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran”. (QS Al Baqarah : 186)
Dari
Ibnu Abbas ra dikatakan, bahwa orang Yahudi bertanya :
“Bagaimana Tuhan mendengar doa-doa
kita? Padahal engkau mengatakan bahwa antara kita dan langit berjarak lima
ratus tahun dan setiap lapisan langit terselimut dengan hal yang sama?’
Setelah
itu turunlah ayat ini.
Kita dapat lihat betapa kuatnya hubungkait
antara bulan Ramadhan dengan doa, maka di sela-sela penjelasan tentang
kewajiban puasa Ramadhan dan hukum-hukum yang berkait dengannya dalam surah Al
Baqarah 183-187, Allah swt justeru meletakkan di tengah-tengahnya dengan
penjelasan tentang doa dan ia bukannya solat, bukan zakat, juga bukan haji atau
syahadah yang disinggung, melainkan ianya adalah doa.
Ayat ini didahului dengan ayat-ayat
yang menjelaskan tentang puasa (QS Al Baqarah: 183-185) dan diakhiri dengan
ayat yang berkait dengan puasa pula (QS Al Baqarah: 187).
Tentunya kita yakin
seyakin-yakinnya, bahwa penyusunan urutan ayat-ayat tersebut bukanlah tanpa
apa-apa hikmah.
Salah satu hikmah yang boleh kita ambil
adalah keutamaan dan kedudukan doa bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah
puasa di bulan Ramadhan.
Mengikut
tafsir Ibnu Kathir, ayat tersebut turun berlatarbelakangkan sebuah pertanyaan
seorang badui (orang Arab dusun) yang bertanya kepada Nabi saw :
“Apakah Tuhan kita dekat sehingga
kita hanya cukup meminta kepadanya dengan ucapan yang perlahan, atau apakah Dia
jauh sehingga kita mesti memanggilnya dengan ungkapan yang kuat?
Nabi
saw diam, lalu Allah swt menurunkan ayat 186 dari surah Al Baqarah tersebut.
Doa
bagi kita bukan hanya ibadah tapi lebih dari itu ianya adalah sebuah keperluan.
Lantaran kita tidak mungkin bersendirian tanpa bantuan dari Allah swt.
Namun,
yang istimewanya, Rasulullah saw sentiasa bergantung dan memohon kepada Allah
swt dengan mengatakan :
“Barangsiapa yang tidak meminta
kepada Allah, maka Allah murka kepadanya.” (HR Ibnu Majah)
Begitulah
cara Islam menggesa umatnya untuk sentiasa bergantung dan memohon kepada Allah
swt serta membangkitkan sikap optimis dalam diri orang yang berdoa bahwa doanya
akan dikabulkan.
Umar
Al Khattab tidak pernah memikirkan apakah doanya akan dikabulkan oleh Allah
atau tidak kerana baginya yang penting, ia sudah melaksanakan syarat sebuah
permintaan untuk dikabulkan iaitu berdoa itu sendiri.
Beliau
berkata :
“Aku tidak berfikir tentang
pengabulan doa, aku hanya berfikir untuk
terus berdoa.”
Seorang
gabernor yang bersikap diktator iaitu Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqafi ketika
menjelang kematiannya, ia berdoa dengan mengatakan :
“Ya Allah ampunilah aku, sungguh mereka
mengatakan bahwa Engkau tidak akan mengampuniku.”
Agar doa kita dikabulkan oleh Allah swt,
maka kita mestilah mengetahui dan memperhatikan syarat, etika dan sebab-sebab
terkabulnya doa, yang tentu sahaja tidak mungkin dibahas secara terperinci di
sini, namun demikian, di dalam ayat di atas, sesungguhnya Allah swt secara jelas
telah menyinggung dua (2) syarat terkabulnya, iaitu:
PERTAMA
: “FAL YASTAJIIBUULI”
Berusaha secara maksimum memenuhi
segala perintah Allah swt kerana, bagaimana doa kita akan dikabulkan, jika ketika
kita berdoa kepada Allah swt, ternyata pada masa yang sama kita juga bermaksiat
kepadaNya.
KEDUA
: “WAL YU’MINUUBI”
Mengimani Allah swt dengan
sebenar-benarnya dan termasuk di sini adalah mengimani dan tsiqah (percaya)
dengan pemberian dan kurniaan Allah swt. Oleh sebab itulah Rasulullah saw
melarang seseorang berdoa kepada Allah dengan mengatakan:
“Ya
Allah, ampunilah (dosa-dosa)ku jika Engkau kehendaki” (HR
Muslim)
Dalam kehidupan seorang muslim, doa
sangat erat kaitannya dengan kualiti dan ubudiyah (pengabdian)nya kepada Allah swt.
Dengan doa, kesempurnaan ubudiyah seorang hamba kepada Allah swt benar-benar
dapat direalisasikan.
Suatu ketika pernah ditanyakan
kepada Ibrahim bin Adham :
“Mengapa kita berdoa tapi doa kita tidak dikabulkan oleh
Allah swt?”
Beliau menjawab :
“Ini adalah kerana :
a. Kamu
mengenal Allah tetapi kamu tidak mentaatinya.
b. Kamu
mengenal Rasululah saw tetapi kamu tidak mengikuti sunnahnya.
c. Kamu
mengenal Al Qur’an tetapi kamu tidak mempraktikkan isinya.
d. Kamu
menggunakan nikmat Allah tetapi kamu tidak menunaikan syukur ke atasnya.
e. Kamu
mengetahui syurga tetapi kamu tidak memburunya.
f. Kamu
mengetahui neraka tetapi kamu tidak mahu menjauhinya.
g. Kamu sibuk
dengan aib orang lain dan meninggalkan aib kamu sendiri.”
Di antara syarat doa yang lainnya
adalah ‘tadharru’’ yang ertinya tunduk khusyu’, khauf atau rasa takut
kepada Allah bila doa tidak diterima dan sikap berharap atau optimis bahwa doa
itu dikabulkan.
Doa juga mempunyai waktu-waktu yang
merupakan waktu mustajab untuk dikabulkan seperti :
1.
Lailatul Qadr.
2.
Hari Arafah.
3.
Hari Jumaat.
4.
Di sepertiga malam.
Doa mempunyai pengaruh yang sangat kuat
bagi kehidupan seorang muslim, apalagi ketika ia berdoa dalam keadaan berpuasa.
Doa akan menjanjikan faedah-faedah
duniawi dan ukhrawi, di antaranya:
a.
Ibadah kepada Allah swt iaitu tunduk
dan patuh kepadaNya dan inilah hakikat tujuan ibadah dan buahnya.
b.
Sebagai aset ukhrawi di mana tabungan
pahala akan disimpan di sisi Allah di akhirat nanti jika tidak dikabulkan
permohonannya di dunia. Tentu sahaja ini lebih bagus dan lebih bermanfaat.
c. Dengan berdoa kepada Allah, sesungguhnya kita telah
memurnikan dalam mentauhidkanNya kerana, saat itu kita telah memutuskan kebergantungan
kita kepada manusia dan tamak terhadap apa yang dimiliki oleh Allah swt.
Sekarang, bulan Ramadhan ada di
tengah-tengah kita. Inilah bulan doa dan permohonan dan kita hidup di dalam sebuah
bulan dengan berpuasa dan melakukan solat. Jangan lupa dan jangan lalai untuk
berdoa di setiap gerakan dalam kehidupan kita.
1.
Mintalah agar Allah swt memudahkan
kita untuk meraih ridha dan petunjukNya.
2.
Mintalah agar Allah memudahkan kita
di saat menjelang kematian kita.
3.
Mintalah kepada Allah agar
memasukkan kita ke dalam syurga dan menjauhkan kita dari neraka.
4.
Mintalah apa sahaja yang baik-baik
yang kita inginkan dari Allah swt.
Salah satu doa yang dianjurkan
dibaca pada bulan ini, khususnya pada malam ‘Al Qadr’ adalah
sebagaimana yang diriwayatkan dari Aisyah ra yang bertanya pada Rasulullah saw
:
“Ya Rasulullah, jika aku tahu ‘Lailatul Qadr’, apakah yang mesti aku katakan pada malam itu?”
Rasulullah saw menjawab :
“Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pemaaf dan mencintai keampunan.
Maka maafkanlah aku.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad)
Nah, adakah kita ingin mensia-siakan
lagi hari-hari Ramadhan ini dengan melaluinya tanpa satu permohonan apa pun
yang kita minta kepada Allah, padahal inilah saat dan ketikanya doa tidak akan ditolak!?
Ya Allah, kami mengadukan kerendahan
kami kepadaMu dengan keperkasaanMu, meminta kepadaMu kekuatanMu atas kelemahan
kami, menyampaikan faqir kami kepadaMu dengan kekayaanMu. Tidak ada Tuhan
selainMu yang menjadi tempat perlindungan dan tempat kembali. Kami memohon
kepadaMu permohonan hamba yang tidak berdaya. Kami meminta kepadaMu permintaan
orang yang sangat hina. Jadikan kami cinta kepada keimanan dan hiasilah hati
kami dengan iman serta jadikanlah kami orang-orang yang mendapat petunjuk.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
Thank you for a wonderful read and realization, may Allah bless you always. Ameen, zita