Perjalanan Ramadhan pada tahun ini
kini telah sampai ke penghujungnya di mana apabila matahari tenggelam pada 29 Ramadhan, langit
senja pun beransur-ansur menjadi gelap lalu takbir mulai menggema, tanda azan Maghrib
telah berkumandang dan Syawal bakal menyambut kita.
Entah, mungkinkah tahun hadapan kita
masih menjumpainya. Namun, yang patut kita renungi, apakah yang telah kita
perbuat pada Ramadhan kali ini?
Di saat masjid-masjid saling
bersahutan laungan takbir, sepatutnya kita duduk merenung, menyesali atau
bahkan menangisi kelalaian kita.
Ramadhan seolah-olah berlalu tanpa
kita dapat berbuat lebih banyak untuk mengisinya dengan amal kebaikan.
Adakah kita akan merayakan
kemenangan sejati pada hari yang fitrah, ataukah kita kecundang kerana kita
meraih kemenangan tanpa ikut penat lelah berperang melawan hawa nafsu kita.
Penyesalan, adalah perkataan
terakhir yang biasa terucap dari lisan kita tatkala kita mengalami kegagalan.
Ternyata, semangat kita hanya mampu
berkobar pada permulaannya. Kobarannya kian padam, seiring berlalunya hari demi
hari di bulan Ramadhan. Masjid yang pada awal Ramadhan teramat sesak, namun
kembali menerima nasibnya sebagaimana pada bulan-bulan biasa iaitu ditinggalkan
dan mungkin akan kembali sepi.
Saat kekasih kita akan pergi,
bagaimanakah perasaan kita?
Kita tahu bahwa hari ini adalah saat
terakhir kita bersamanya di mana dalam sekejap
masa sahaja ia akan meninggalkan kita.
Bagaimana perasaan kita?
Apalagi jika kita sedar, saat-saat
bersamanya, kita bahkan menyia-nyiakannya dan kini, kita sedar, tidak ada waktu
terbaik yang melebihi bersamanya. Ia begitu bermakna dan tidak mampu digantikan
lagi kerana ia akan pergi.
Memang ada janji yang ia akan
kembali; satu tahun lagi, namun, bukankah itu terlalu lama?
Kita juga belum tentu dapat bertemu
dengannya ketika itu. Siapakah yang menjamin kita berumur panjang sampai ke saat
itu?
Bagaimana perasaan kita?
Ramadhan bagi orang yang beriman, hari ini, akan terasa sama seperti kekasih, bahkan lebih hebat dari itu.
- Inilah yang membuatkan para sahabat menangis di akhir
Ramadhan.
- Inilah yang membuatkan para ulama’ menitiskan air mata
lebih banyak dari tinta yang mereka gunakan untuk menulis kitab-kitab.
- Inilah yang membuatkan para mujahidin juga semakin kuat
tangisan mereka, sebagaimana pernah meluncur deras darah mereka, mengalir
kerana tebasan pedang atau tusukan panah di jalan Allah swt.
Kita
mungkin telah menyia-nyiakan Ramadhan sementara kita telah berikrar untuk mencintainya.
Bahagiakah
kita setelah perjalanannya telah berakhir?
Merasa
bebaskah kita ketika ia akan pergi?
Jika begitu
perasaannya, maka cinta kita bukanlah cinta sejati. Kita bahkan mengalami penurunan
jejak
keimanan dari hari ke hari
bersamanya. Memang ketika ia datang, iman kita memuncak serta menyambutnya
seperti orang jatuh cinta, maka, masjid pun penuh!
Namun
hari-hari berikutnya saf solat jamaah kian mengalami kemerosotan. Semakin banyaknya
tumbuh gerai-gerai dan pusat perniagaan bersamaan dengan semakin sepinya
masjid adalah bukti lain.
Masjid mulai menjadi sepi dan tiada
lagi riuh lantunan Al-Qur’an dari para jamaah sehinggakan kita perlu
menggantikannya dengan alunan pita rakaman.
Demikian tragisnya suasana Ramadhan
kita dan ianya tidak pernah berubah dari masa ke semasa di mana Ramadhan kita
sentiasa kekeringan makna, mendatar dan tidak ada perubahan yang signifikan. Kesesakan
justeru berlaku di tempat yang lain, di pasaraya dan di kompleks perniagaan.
- Fikiran
kita tidak lagi sibuk dengan lantunan zikir, namun disibukkan oleh
pengeluaran-pengeluaran yang mesti disiapkan pada hari perayaan.
- Kita
tidak lagi fokus pada lembaran-lembaran Al-Qur’an, namun justeru
disibukkan dengan lembaran-lembaran ringgit.
- Kita
tidak lagi sibuk untuk memperbaharui hati kita, akan tetapi kita justeru
sibuk mempersiapkan pakaian baru untuk Hari Raya.
Inilah Ramadhan kita, sepi dari makna
rohani. Hari raya pun tidak ubah seperti pesta kemeriahan sambil
menghambur-hamburkan wang.
Kita sebenarnya telah terseret pada
arus kebendaan, berputar hanya pada wang, pakaian dan makanan dalam memberi
makna kepada hari raya. Hari raya tidak lagi menyentuh hakikat yang
sesungguhnya, iaitu perayaan bagi para pemenang sejati yang telah berlumba-lumba
menuai kebaikan selama sebulan Ramadhan.
Mungkin kita
tidak separah itu, namun yang pasti, ia akan pergi.
- Pergi bersama segala keutamaannya.
- Pergi bersama segala keistimewaannya.
- Pergi bersama segala keberkatannya.
Kecintaan
kita padanya akan terbukti saat kita menjadi lebih baik setelah kepergiannya.
Ia akan senang dan merindukan kita kerana kualiti keperibadian kita meningkat
di mana kita lebih dekat dengan Pencipta kita.
Ramadhan sebentar lagi akan meninggalkan kita. Masih adakah waktu untuk kita berbuat yang terbaik untuk Ramadhan kita kali ini?
Ramadhan sebentar lagi akan meninggalkan kita. Masih adakah waktu untuk kita berbuat yang terbaik untuk Ramadhan kita kali ini?
Bahkan,
di akhir Ramadhan inilah saat yang terbaik bagi kita untuk meraih banyak
kebaikan dan tidak perlu lagi kita berandai-andai untuk bertemu Ramadhan di
tahun yang akan datang.
Janganlah
biarkan fikiran kita dihinggapi oleh kemungkinan-kemungkinan akan masa depan yang
tidak pasti.
Kita perlu berfikiran realistik bahwa pada hari ini kita masih hidup dan kita masih mampu berbuat sesuatu sehingga kita dapat memanfaatkan waktu yang masih kita miliki dengan sebaik-baiknya.
Kita perlu berfikiran realistik bahwa pada hari ini kita masih hidup dan kita masih mampu berbuat sesuatu sehingga kita dapat memanfaatkan waktu yang masih kita miliki dengan sebaik-baiknya.
Berangan-angan
serta mengharapkan masa depan hadir pada kita, justeru menjadikan kita sentiasa
menunda-nunda amal kebaikan.
Di waktu yang tersisa ini, jangan
biarkan kita larut dalam gegap gempita persiapan hari raya.
- Patutkah
kita menyesal dan tidak memanfaatkan Ramadhan kali ini dengan perjuangan
ibadah yang terbaik?
- Patutkah
kita mencela diri sendiri kerana lalai dan terbuai oleh harapan-harapan
kosong akan bertemu Ramadhan tahun depan?
- Patutkah
kelak kita menangis kerana kehilangan masa-masa yang penuh berkah dan rahmat
seperti Ramadhan kali ini?
Kesempatan memang kadang-kadang boleh
muncul beberapa kali, namun tidak semua dari kita memiliki keberuntungan
seperti itu.
Kita seharusnya merenung, sudah
berapa kalikah kita bertemu Ramadhan dan telah kesekian kalinya kita kembali
menyia-nyiakannya.
Jika telah berlaku kesekian kalinya
penyiaan waktu ini, lalu mengapa kita perlu ulangi lagi pada saat ini.
Maka, tidak terlalu lambat untuk kita :
- Hirup
dalam-dalam udara malam-malamnya.
- Hirup
dalam-dalam udara sahurnya.
Kita kini sedang berada pada hari-hari perpisahan yang
sangat memilukan.
- Perpisahan
dengan bulan mulia yang telah hadir bersama seluruh keindahan dan
keistimewaannya bersama kita.
- Perpisahan
dengan bulan yang paling dirindui yang keutamaannya tidak dapat dikalahkan
oleh apapun yang terindah dalam hidup ini.
Jika Rasulullah saw bersabda :
"Barang siapa
melakukan satu ibadah sunnah dalam bulan Ramadhan, maka ia seperti orang yang
melakukan ibadah wajib di bulan selain Ramadhan. Dan barang siapa yang
melakukan ibadah wajib di bulan Ramadhan maka ia seperti orang yang
melaksanakan 70 ibadah wajib di selain bulan Ramadhan". (HR Ibnu
Khuzaimah)
Maka, berpisah dengan bulan ini bererti kita
meninggalkan kesempatan meraih pahala kebaikan yang berlipat kali ganda.
Jika Rasulullah saw bersabda :
"Ada dua
kegembiraan bagi orang yang berpuasa, kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan
tatkala bertemu dengan Allah." (HR Bukhari dan Muslim)
Maka, perpisahan dengan bulan ini, bererti terhapusnya
dua momentum kegembiraan di kala berbuka puasa itu.
Jika Rasulullah saw bersabda :
"Barangsiapa
yang berpuasa kerana keimanan dan semata-mata mengharap pahala, niscaya
diampuni dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari dan Muslim)
Maka, perpisahan dengan bulan ini bererti hilangnya
kesempatan kita untuk memperolehi keampunan Allah swt terhadap dosa-dosa kita
yang menggunung.
Jika Rasululah saw bersabda :
"Barangsiapa
yang menunaikan Qiyamullail pada bulan Ramadhan kerana keimanan dan
mengharapkan pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosa-nya yang telah lalu."
(HR Bukhari dan Muslim)
Maka selesainya kebersamaan kita dengan bulan Ramadhan
adalah petanda lenyapnya kesempatan kita untuk menunaikan solat malam dengan
jaminan pahala ampunan di atas dosa dan kekhilafan yang kita sudah tenggelam di
dalamnya.
Jika Rasulullah saw bersabda :
“Siapa sahaja yang
solat tarawih bersama imam hingga selesai, akan ditulis baginya pahala solat
semalam suntuk.” (HR Abu Dawud, At-Tirmizi, An-Nasai’e dan Ibnu Majah)
Lalu bagaimana dengan kualiti ibadah solat tarawih
yang sudah kita lakukan?
Perpisahan dengan bulan suci ini bererti juga kita
akan kehilangan pahala solat tarawih iaitu kehilangan pahala semalam
suntuk.
Apabila Ramadhan berlalu, ia bererti kita pun
kehilangan kesempatan agung untuk memperolehi barakah istimewa dari membaca Al
Qur’an di bulan ini.
Jika Allah swt berfirman :
“Sesungguhnya Kami
telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah
malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS
Al-Qadr : 1-3).
Rasulullah saw sentiasa mencari malam Al Qadr dan
memerintahkan sahabat untuk mencarinya.
Baginda membangunkan keluarganya pada malam sepuluh
terakhir dengan harapan mendapatkan Lailatul Qadr.
Dalam Musnad Imam Ahmad, dari Ubadah, Rasulullah saw
bersabda:
"Barangsiapa
yang bangun sebagai usaha untuk mendapat Lailatul Qadr, lalu ia benar-benar
mendapatkannya, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan
datang."
Jika kaum salaf dari kalangan sahabat dan tabiin mandi
dan memakai minyak wangi pada sepuluh malam terakhir untuk mencari Lailatul
Qadr, malam yang telah dimuliakan dan diangkat darjatnya oleh Allah, maka
perginya bulan ini dari sisi kita, bererti terlepasnya kesempatan yang tidak
pernah terbayar dalam seluruh hidup kita sekalipun.
Ia bererti, lenyapnya kesempatan kita untuk
memperolehi keuntungan 1000 bulan yang sangat jauh lebih lama berbanding dengan
usia kita sendiri.
Allah telah memberi keistimewaan
pada bulan Ramadhan agar kita bersemangat dalam meningkatkan darjat ketaqwaan
kita. Anugerah yang besar ini, tentunya tidak patut untuk disia-siakan.
Kita sepatutnya merasa seperti orang
yang kelaparan, bersemangat dalam menyantap hidangan pahala yang Allah sajikan
di bulan yang penuh berkah ini.
Kita juga sepatutnya beraksi
sebagaimana para pendaki gunung kerana bersemangat untuk menawan puncaknya.
Ini adalah kerana puncak gunung
menyajikan panorama alam yang teramat mempesonakan di mana keletihan, titisan
keringat dan cuaca dingin tidak lagi dipedulikan. Bahkan godaan untuk menyerah kalah
pun diabaikan serta semangat terus berkobar demi meraih puncak gunung.
Namun, akan sentiasa ada orang-orang
yang lemah dan putus asa dalam setiap pendakian. Hanya mereka yang memiliki
tekad yang kuat yang mampu menggapai puncaknya. Ketika ia telah mencapai puncaknya,
maka keletihan yang menggigit dirinyapun hilang seketika.
Puncak Ramadhan, tentulah hari raya.
Setelah keletihan selama kita beribadah pada bulan Ramadhan, kita pun akhirnya akan
merasakan kebahagiaan pada perayaan hari raya, perayaan bagi pendaki-pendaki
sejati.
Kita pun ingin kembali merasakan
semangat ibadah yang berkobar serta ingin mengulangi saat-saat itu lagi kerana
ibadah yang kita lakukan bukan lagi berbentuk suatu paksaan, akan tetapi telah bertukar
menjadi suatu kenikmatan.
Oleh yang demikian :
- Jangan
sia-siakan detik detik perpisahan ini.
- Rasakan
benar-benar kehadiran kita di sini, di bulan ini.
- Lantunkan
zikir, tilawah Al Qur’an, munajat, permohonan ampun di sini.
- Buanglah
kepenatan, hilangkan rasa letih, dan paksalah diri ini hanya untuk hari-hari
terakhir menjelang perpisahan dengan bulan yang penuh kemuliaan.
Kejarlah segala yang terluput dari diri kita sebelum
ini dan jangan ditunda-tunda lagi dalam kita memberikan yang terbaik untuk
Ramadhan kita kali ini.
Menangislah!!! kerana kita
pun semestinya akan berpisah dengan bulan ini.
Ya Allah, kurniankanlah kepada kami malam Al Qadr yang
akan menjadi wasilah untuk kami mendapat keampunan dariMu dari segala dosa-dosa
samada yang besar atau kecil, yang awal dan akhir, yang terang dan tersembunyi
dan panjangkanlah umur kami sehingga kami dapat bertemu lagi di bulan Ramadhan
yang akan datang.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
izin copy paste ya,...
Silakan...semoga bermanfaat, insyaallah.
Sajian yg bagus. Dari tanah suci sy mendo'akan agar anda tetap d beri kesehatan supaya bisa menulis yang lebih banyak lg, Salam Hussaini - Makkah al Mukarromah al Haram KSA 4july2016
Assalamualaikum..mohon izin share..untuk disampaikan kepada jemaah..semoga bermanfaat dan menjadi amalan