Sesungguhnya dakwah ini tidak akan mengalami kerugian sama sekali dengan adanya para aktivis yang gugur di atas jalannya.
Ini adalah kerana Allah Azza wa Jalla Maha Berkuasa di atas segalanya di mana Ia akan menggantikan mereka dengan kaum yang lebih baik iaitu kaum yang siap siaga untuk berjihad ‘fisabilillah’ dengan harta dan jiwa mereka.
Janganlah mereka mengira bahwa dengan ketidakhadiran mereka dari pentas dakwah membuatkan dakwah ini akan goncang dan kehilangan kekuatannya.
Masih ramai pemuda-pemuda Muslim yang ingin masuk untuk memperjuangkan agama ini dan meninggikan panji-panjinya.
Untuk itu, adalah suatu perkara yang mudah bagi Allah Azza wa Jalla.
Allah swt berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepadamu: ‘Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah’ kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal kenikmatan hidup di dunia Ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksaan yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepadaNya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS At Taubah : 38 - 39)
Imam Asy Syaukani dalam kitab tafsirnya ‘Fathul Qadir’ menjelaskan bahwa ayat di atas tidak ada perbezaan pendapat, turun ketika perang Tabuk tahun ke 9 selepas hijrah, ketika ramai manusia yang menyanggah perintah Rasulullah saw untuk berangkat ke Tabuk.
Pada ayat 38, Allah menggunakan kalimah pertanyaan :
‘Apakah sebabnya jika dikatakan kepadamu’ yang merupakan pengingkaran dan celaan ke atas perilaku mereka iaitu :
Apa yang menghalangi kamu untuk berangkat (an nafr)?
‘An Nafr’ adalah bertolak secara cepat dari satu tempat ke tempat lain kerana adanya perintah.
Apakah halangan itu adalah kenikmatan dunia? (dalam kitab lain disebut bahwa ketika itu sedang musim menuai pohon kurma). Padahal ia tidak seberapa dibandingkan kenikmatan akhirat yang abadi.
Ayat 39, kalimah ‘Illa tanfiruu’ (jika kamu tidak berangkat untuk berperang) merupakan satu peringatan yang keras dan ancaman yang amat serius ke atas orang-orang yang tidak mahu berangkat untuk berjihad ke Tabuk bersama Rasulullah saw.
Ayat 39, kalimah ‘Illa tanfiruu’ (jika kamu tidak berangkat untuk berperang) merupakan satu peringatan yang keras dan ancaman yang amat serius ke atas orang-orang yang tidak mahu berangkat untuk berjihad ke Tabuk bersama Rasulullah saw.
“Yu’adzdzibkum ‘adzaaban aliima” ertinya kamu akan dibinasakan dengan azab yang keras dan menyakitkan. Ada yang mengatakan di dunia sahaja dan ada pula yang mengatakan lebih dari itu.
‘Wa yastabdil qauman ghairakum’ ertinya Allah Azza wa Jalla akan jadikan untuk RasulNya pengganti kamu dari kalangan orang-orang yang tidak santai dan menunda-nunda untuk memenuhi panggilannya.
‘Wa yastabdil qauman ghairakum’ ertinya Allah Azza wa Jalla akan jadikan untuk RasulNya pengganti kamu dari kalangan orang-orang yang tidak santai dan menunda-nunda untuk memenuhi panggilannya.
Siapakah kaum itu?
Ada yang mengatakan penduduk Yaman dan ada pula yang menyebut Parsi, namun tidak ada keterangan yang spesifik tentang ini.
FirmanNya lagi :
“Wa laa tadhurruu hu syai’a” (dan kamu tidaklah memberi kemudharatan kepadaNya sedikit pun).
Ayat di atas masih berkait dengan ‘yastabdil’ (diganti), adapun ‘dhamir’ (kata ganti nama) ‘hu’ disebutkan untuk Allah dan ada juga pendapat mengatakan ‘hu’ tersebut untuk Nabi saw.
Jadi maknanya :
Ia sama sekali tidak memudharatkan Allah jika kamu meninggalkan perintah untuk berangkat berjihad dan sama sekali tidak merugikan RasulNya jika kamu tidak menolongnya dengan berangkat bersamanya.
FirmanNya lagi : ‘Wallahu ‘ala kulli syai’in qadiir’ (Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu)
Maksudnya di antara kekuasaanNya adalah Dia mengazabkan kamu dan mengganti kamu dengan kaum yang lain.
Begitulah keterangan tafsir ayat dari Imam Asy Syaukani.
Demikianlah, Allah Azza Wajalla sangat mampu untuk mendapatkan rijal-rijal baru bagi menggantikan yang lama yang telah menjadi buih.
Demikianlah, Allah Azza Wajalla sangat mampu untuk mendapatkan rijal-rijal baru bagi menggantikan yang lama yang telah menjadi buih.
Buih adalah benda yang amat ringan dan mudah terumbang ambing dan tentunya sudah tidak berharga lagi.
Apakah Rijal yang dimaksudkan itu?
Siapa dan bagaimana rijal yang kita inginkan?
Apakah Rijal yang dimaksudkan itu?
Siapa dan bagaimana rijal yang kita inginkan?
Apakah sekadar laki-laki sesuai dengan makna bahasanya?
Tidak!
Rijal di sini adalah rijal yang digambarkan oleh Al Qur’an bahkan ia bukan monopoli kaum laki-laki sahaja kerana secara nilai dan intipati sifatnya , ia boleh sahaja terdiri dari kaum wanita yang mungkin lebih ‘rijal’ dari laki-laki.
Inilah sifat-sifat Rijal tersebut :
PERTAMA : MENEPATI JANJINYA KEPADA ALLAH AZZAWAJALLA UNTUK MATI SYAHID
Allah swt berfirman :
Inilah sifat-sifat Rijal tersebut :
PERTAMA : MENEPATI JANJINYA KEPADA ALLAH AZZAWAJALLA UNTUK MATI SYAHID
Allah swt berfirman :
dalam surat Al Ahzab (33):
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).” (QS Al Ahzab : 33)
Ayat ini turun lantaran tekad seorang sahabat iaitu Anas bin An Nadhar ra yang luput dari perang Badar sehingga ia tidak dapat berjihad bersama Rasulullah saw ketika itu, lalu ia berjanji akan ikut menemani jihad Rasulullah di Uhud. Ketika berlaku peperangan, ia terbunuh dengan tujuh puluh luka akibat lemparan tombak, lalu turunlah ayat di atas. (HR Muslim)
Kekuatan untuk menepati janji inilah yang menyebabkan Anas bin An-Nadhar ra (bapa saudara Anas bin Malik ra) membuktikan tindakbalas spontan kepada Sa’ad bin Mu’az ra tatkala pasukan mukmin dalam keadaan terdesak oleh kepungan musyrikin di perang Uhud dengan ucapannya :
Ya Sa’ad ! Syurga… aku mencium baunya di bawah bukit Uhud..
Kemudian beliau maju menyambut syahid sehingga jenazahnya tidak dapat dikenali kecuali oleh saudara perempuannya melalui jari tangannya (Muttafaq ‘alaih - Riyadhus shalihin)
Rijal seperti ini tidak boleh duduk diam walau sejenak, ia :
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).” (QS Al Ahzab : 33)
Ayat ini turun lantaran tekad seorang sahabat iaitu Anas bin An Nadhar ra yang luput dari perang Badar sehingga ia tidak dapat berjihad bersama Rasulullah saw ketika itu, lalu ia berjanji akan ikut menemani jihad Rasulullah di Uhud. Ketika berlaku peperangan, ia terbunuh dengan tujuh puluh luka akibat lemparan tombak, lalu turunlah ayat di atas. (HR Muslim)
Kekuatan untuk menepati janji inilah yang menyebabkan Anas bin An-Nadhar ra (bapa saudara Anas bin Malik ra) membuktikan tindakbalas spontan kepada Sa’ad bin Mu’az ra tatkala pasukan mukmin dalam keadaan terdesak oleh kepungan musyrikin di perang Uhud dengan ucapannya :
Ya Sa’ad ! Syurga… aku mencium baunya di bawah bukit Uhud..
Kemudian beliau maju menyambut syahid sehingga jenazahnya tidak dapat dikenali kecuali oleh saudara perempuannya melalui jari tangannya (Muttafaq ‘alaih - Riyadhus shalihin)
Rijal seperti ini tidak boleh duduk diam walau sejenak, ia :
- Sentiasa bergerak bersama dakwah atau para kafilahnya.
- Sedih jika tidak bersama mereka.
- Menangis jika ketinggalan dari kafilah dakwah.
KEDUA : BERJIWA PEMIMPIN
Inilah ciri-ciri Rijal Dakwah seterusnya iaitu :
- Cerdas.
- Kuat.
- Terjaga.
- Amanah.
- Bertanggung jawab.
- Bersedia menerima kritikan.
- Adil.
- Melindungi.
- Menjaga.
Walaupun kadang-kadang ia mesti bersedia menerima arahan untuk menjadi perajurit biasa tanpa merasa direndahkan sebagaimana ‘Saifullah Al Maslul’ (pedang Allah yang terhunus) iaitu Khalid bin Al Walid ra.
Allah Azza wa Jalla berfirman :
Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh kerana Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) ke atas sebahagian yang lain (wanita), dan kerana mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka...(QS An Nisa’ : 34)
Ayat ini merupakan ayat yang jelas bahwa lelaki adalah pemimpin bagi wanita, bukan hanya dalam rumahtangga tetapi juga dalam jamaah dakwah dan negara.
Ayat ini merupakan ayat yang jelas bahwa lelaki adalah pemimpin bagi wanita, bukan hanya dalam rumahtangga tetapi juga dalam jamaah dakwah dan negara.
Sebahagian golongan liberal mengatakan bahwa ayat ini hanya menunjukkan bahwa kepemimpinan laki-laki hanya dalam rumahtangga. Ini suatu kefahaman yang perlu diperbetulkan.
Dalam ‘ushul fiqh’, ada istilah ‘qiyas aula’, contohnya, Allah Azza wa Jalla melarang keras seorang anak berkata ‘uh’ terhadap kedua ibu bapanya. Nah! jika ‘uh’ dilarang keras, apalagi jika lebih dari itu seperti menganiaya secara fizikal.
Begitu pula dalam masalah ini, jika wanita bukanlah pemimpin dalam rumahtangga, apalagi kalau jawatan yang lebih tinggi dan kompleks dari itu seperti pemimpin sebuah negara.
Namun, tidak dapat dimungkiri lagi bahwa tidak sedikit lelaki yang bukan rijal!
Namun, tidak dapat dimungkiri lagi bahwa tidak sedikit lelaki yang bukan rijal!
Begitu juga, tidak dapat dimungkiri lagi bahwa tidak sedikit pula wanita kuat yang bermental waja dan berhati singa.
Merekalah mujahidah yang di tangannyalah lahir singa-singa dakwah dan jihad seperti Kamaluddin as Sananiri, Marwan Hadid, Said Hawwa, ‘Imad ‘Aqil, Muhammad Fathi Farhat, Abdullah Azzam dan lain-lain.
Rugilah para ibu yang tidak mampu membentuk peribadi-peribadi seperti mereka.
Walaupun anda bukan pemimpin, tetapi di tangan andalah lahirnya para pemimpin dan pahlawan.
KETIGA : SENTIASA BERZIKIR KEPADA ALLAH SWT
Rijal Dakwah, walau dalam keadaan bagaimana sekalipun, tidak akan terlepas darinya zikir kepada Allah, samada:
KETIGA : SENTIASA BERZIKIR KEPADA ALLAH SWT
Rijal Dakwah, walau dalam keadaan bagaimana sekalipun, tidak akan terlepas darinya zikir kepada Allah, samada:
- Melalui lisan atau hati.
- Bersendirian atau keramaian.
- Lapang atau sibuk.
Berzikir kepada Allah Azza wa Jalla merupakan manifestasi dari kecintaan kepada Allah kerana banyak mengingati Allah merupakan salah satu alamat (tanda) jatuh cinta kepada Allah Ta’ala.
Lebih dari itu, kerana Rijal Dakwah mengerti betapa dahsyatnya hari pembalasan itu.
Allah swt berfirman :
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (QS An Nur : 37)
Imam Asy Syaukani dalam tafsir ‘Fathul Qadir’ nya mengatakan :
Allah swt berfirman :
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (QS An Nur : 37)
Imam Asy Syaukani dalam tafsir ‘Fathul Qadir’ nya mengatakan :
Inilah sifat rijal di mana kesibukan mereka dalam perniagaan dan jual beli tidaklah melalaikan mereka dari mengingati Allah. Dikhususkannya perniagaan kerana itu adalah kesibukan yang paling besar bagi manusia.
Ada pun perbezaan antara ‘at tijaarah’ (perniagaan) dan ‘al bai’’ (jual beli) adalah jika ‘at tijaarah’ adalah aktiviti perdagangan bagi musafir, sedangkan ‘al bai’’ aktiviti perdagangan bagi yang bermukim, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Al Waqidy.
Imam Hasan Al Banna pernah berkata dalam sepuluh wasiatnya :
Imam Hasan Al Banna pernah berkata dalam sepuluh wasiatnya :
“Dirikanlah solat ketika engkau mendengar panggilannya, walaubagaimana sekalipun keadaanmu”.
Tindakbalasnya cepat terhadap hak ibadah seperti :
Tindakbalasnya cepat terhadap hak ibadah seperti :
- Tepat waktu.
- Menjaga adab-adab dan rutinnya.
sehingga ia menjadi contoh bagi orang yang berinteraksi dengannya.
Tanpa ia berdakwah secara lisan (lisanul maqal) pun, manusia sudah dapat merasakan ajakan kebaikan melalui perilakunya (lisanul haal).
KEEMPAT : MEMAKMURKAN MASJID
Aktiviti Rijal Dakwah sentiasa terpaut dengan masjid, bukan semata-mata badannya, tetapi hati dan akhlaknya.
KEEMPAT : MEMAKMURKAN MASJID
Aktiviti Rijal Dakwah sentiasa terpaut dengan masjid, bukan semata-mata badannya, tetapi hati dan akhlaknya.
Di mana sahaja ia berada, ia tidak pernah menanggalkan akhlak masjid, iaitu taqwa.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda (tentang tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan pada hari akhir nanti, diantaranya) :
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda (tentang tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan pada hari akhir nanti, diantaranya) :
“……… Rajulun qalbuhu mua’llaqatun fil masjid (seseorang yang hatinya terpaut dengan masjid)”. (HR Muttafaq ‘Alaih. Riyadhus Solehin)
Dari Abu Zar dan Mu’az bin Jabal Radhiallahu ‘Anhuma, Rasulullah saw juga bersabda :
Dari Abu Zar dan Mu’az bin Jabal Radhiallahu ‘Anhuma, Rasulullah saw juga bersabda :
“Bertaqwalah kamu di mana sahaja berada, dan ikutilah perbuatan buruk kamu dengan perbuatan baik, nicaya(kebaikan) itu akan menghapuskan keburukan, dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik” (HR At Tirmizi)
Allah Ta’ala berfirman :
“Janganlah kamu bersolat dalam masjid itu (masjid dhirar) selama-lamanya. sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba’), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu solat di dalamnya. di dalamnya mesjid itu ada orang-orang (rijal) yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS At Taubah : 9)
“Janganlah kamu bersolat dalam masjid itu (masjid dhirar) selama-lamanya. sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba’), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu solat di dalamnya. di dalamnya mesjid itu ada orang-orang (rijal) yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS At Taubah : 9)
Itulah ciri-ciri Rijal Dakwah!
Namun, tidak sedikit orang-orang yang dahulunya rijal, sekarang telah hilang dari peredaran masa, jangankan dakwah, solat berjamaah di masjid pun tidak kelihatan.
Ia sibuk dengan urusan dunia, mengumpulkan harta, mengejar sasaran hidup yang tidak pernah habis, bahkan justeru berbalik menyerang dakwah.
Kebersamaan dengan mereka kini hanya tinggal kenangan sahaja.
Kebersamaan dengan mereka kini hanya tinggal kenangan sahaja.
Dulu ;
- Menangis bersama.
- Usrah bersama.
- Daurah bersama.
- Mukhayyam bersama.
- Syura bersama.
Tapi kini?
Di mana dikau wahai saudaraku?
Boleh jadi, di antara mereka merupakan ‘mu’assis’ (perintis) dakwah ini.
Boleh jadi, di antara mereka merupakan ‘mu’assis’ (perintis) dakwah ini.
- Dialah yang membuka ladang dakwah pertama kali di tempatnya.
- Dialah yang membangunkan manusia dari tidurnya.
- Dialah yang merekrut ramai mujahid muda.
Namun kini, di mana engkau wahai saudaraku?
Semoga Allah tidak menyia-nyiakan amalmu yang bermanfaat kerana yang bermanfaat akan tetap tinggal di bumi, adapun buih pasti akan lenyap.
Semoga Allah tidak menyia-nyiakan amalmu yang bermanfaat kerana yang bermanfaat akan tetap tinggal di bumi, adapun buih pasti akan lenyap.
Renungkanlah ayat ini :
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, Maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (QS Ar Ra’du : 17)
Ya Allah, tetapkanlah kakiku di atas jalan dakwah ini kerana hanya melalui jalan inilah telah lahir ramai Rijal-Rijal Dakwah yang telah menepati janji mereka denganMu di mana mereka berjiwa pemimpin dan hati mereka sentiasa berzikir mengingatiMu serta terpaut erat dengan rumahMu dan ditangan merekalah kejayaan dariMu sentiasa mengiringi samada Islam tertegak di mukabumi atau mereka syahid mendapatkan kenikmatan kehidupan abadi di sisiMu.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS