“Mengapa kamu kafir kepada
Allah, padahal kamu sebelumnya mati (tidak ada), lalu Allah menghidupkan kamu,
kemudian Dia mematikan kamu, kemudian Dia menghidupkan kamu kembali, kemudian
kepadaNyalah kamu dikembalikan”. (QS Al-Baqarah : 28)
Setelah rentang waktu penginapan kita di dunia dan
di atas bumi ini habis, kita perlu segera “check out”.
Sebelum “check out” dari penginapan besar
ini, pernahkah kita saling bertanya di antara kita akan keadaan ketika kita
menginap di sebuah hotel di sesuatu kawasan pelancongan yang kita kunjungi?
Pertanyaan yang paling mudah yang biasa kita
tanyakan pada rakan-rakan sepenginapan adalah sekitar berapa lama masa
masing-masing menginap di tempat penginapan itu?
Jika kita saling bertanya, pasti jawabannya akan
berbeza-beza.
Ada yang menjawab satu hari satu malam sahaja, ada
yang menjawab dua hari satu malam, tiga hari dua malam dan paling lama satu
bulan seperti pelancong Timur Tengah yang bercuti panjang ketika musim panas
meninggalkan negara mereka.
Demikian juga rentang masa hidup kita di dunia dan
di atas muka bumi ini berbeza-beza :
1. Ada yang
baru lahir terus “check out” dari dunia ini.
2. Ada yang
hanya sampai bayi kemudian “check out”.
3. Ada yang
sampai kanak- kanak kemudian “check out”.
4. Ada yang
sampai remaja kemudian “check out”.
5. Ada yang
sampai dewasa kemudian “check out”.
6. Ada yang
sampai tua sehingga menjadi pelupa kemudian “check out”.
Fakta tersebut menunjukkan betapa singkatnya kita
tinggal di bumi ini.
Setiap manusia mendapatkan rentang waktu yang
berbeza-beza. Walaupun seseorang mendapatkan rentang waktu tinggal di bumi ini
60 tahun atau 70 tahun, itupun masih dikira sebentar dibandingkan dengan jumlah
waktu yang kita ambil dalam perjalanan kehidupan abadi ini seperti berikut :
1. Di mulai sejak perancangan awal
pemilihan bahan asas (saripati tanah).
2. Kemudian menjadi sperma.
3. Setelah itu terjadinya pembuahan.
4. Kemudian proses pembentukan di dalam
rahim.
5. Akhirnya lahir ke dunia dengan rentang
waktu yang tertentu.
6. Setelah itu diteruskan dengan “check
out” dari dunia sambil menuju Alam Barzakh untuk tinggal di sana dengan rentang
waktu yang tidak mampu kita ketahui, boleh jadi 100 tahun, 1,000 tahun, satu
juta tahun dan seterusnya.
7. Setelah waktunya habis, kita akan
dibangkitkan dari Alam Barzakh untuk dikumpulkan di Mahsyar.
8. Setelah beberapa lama baru kita
mengakhiri perjalanan kehidupan abadi ini ketika kembali kepada Tuhan Pencipta.
Cuba kita
bayangkan, berapa abad waktu yang kita perlukan untuk melewati dan menjelajahi
perjalanan kehidupan abadi kita sejak dari titik kosong sampai kembali kepada
Allah, Tuhan Pencipta?
Kemudian cuba bandingkan dengan waktu dan rentang
masa hidup kita di dunia ini?
Amat pendek bukan?
Masalahnya ialah kita seringkali mengingkari atau
melupakan kenyataan itu kerana mata hati kita sudah tertutup oleh kecintaan
pada kehidupan dunia yang sedikit ini dan kebodohan kita terhadap Tuhan
Pencipta.
Akibatnya, kita pun merasakan bahwa hidup di dunia
ini seakan selama-lamanya. Padahal Tuhan Pencipta telah mengingatkan kita
dengan firmanNya :
“Allah berfirman: "Kamu
tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar sahaja, kalau kamu sesungguhnya
mengetahui”. Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu
secara main-main (sahaja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
(QS Al-Mu’minun : 114 –
115)
Kenyataan itu pulalah yang menyebabkan Rasulullah
saw mengingatkan umatnya agar menyedari betapa singkatnya waktu kehidupan kita
di dunia.
Ibnu Umar berkata : Pada suatu hari Rasulullah saw
memegang bahuku sambil berkata :
“Jadilah kamu di dunia ini
seperti orang asing atau seperti seorang pengembara “
Dalam Hadits lain yang diriwayatkan Ibnu Mas’ud,
Rasulullah saw melukiskan realiti kehidupan manusia di dunia ini seperti
lukisan yang dilampirkan :
Setelah itu Rasulullah
menjelaskan lukisan tersebut sebagai berikut : “Ini adalah (realiti) manusia.
Yang ini (segi empat tepat berwarna merah) adalah ajal yang sedang mengepungnya
(atau telah mengepungnya). Garis panjang yang keluar itu adalah
angan-angan-nya. Garis-garis pendek yang bercabang ini adalah ibarat
binatang-binatang buas (yang menjadi sebab-sebab kematiannya). Bila yang ini
salah, maka ia akan diterkam yang ini, dan jika yang ini salah, maka yang ini
menerkamnya”. (HR Bukhari)
Itulah realiti kehidupan di dunia yang telah Allah
tetapkan pada semua manusia tanpa terkecuali, dahulu, sekarang dan yang akan
datang samada ia presiden, raja, rakyat jelata, kaya, miskin, berilmu, jahil,
jeneral, koperal, bangsa Asia, Eropah, Amerika, Timur, Barat, Kutub Utara dan
Selatan, wanita mahupun lelaki.
Ajal masing-masing sudah dibatasi meskipun
angan-angannya jauh melebihi ajalnya. Sebab-sebab kematiannyapun
bermacam-macam, setiap saat mengintai dan siap untuk menerkamnya sehingga
Rasulullah saw mengibaratkan sebab-sebab tersebut dengan binatang-binatang buas
yang setiap saat bersedia menerkamnya.
Walaupun demikian, manusia sering melupakan ajal
(batas masa hidup di dunia) yang pasti itu kerana tergiur dengan
kepentingan-kepentingan duniawi yang serba tidak pasti dan menipu seumpama
tergiurnya para penjudi yang setiap ketika mengharapkan keuntungan dari
aktiviti judinya.
Hawa nafsu yang tidak terkawal dalam mencapai
berbagai kepentingan duniawi seperti harta yang melimpah, kedudukan dan jawatan
yang tinggi, prestij dan status sosial yang dibanggakan menjadi penyebab
manusia lupa kepada ajal yang pasti akan menerkamnya apabila saatnya tiba.
Dorongan hawa nafsu juga boleh menyebabkan manusia
terjebak untuk menghalalkan segala cara untuk memperolehi
kepentingan-kepentingan duniawi walaupun berlawanan dengan fitrah dan akidah
(Keyakinan)nya.
Di antaranya, melakukan tindakan-tindakan yang
tidak rasional seperti pergi kepada tukang-tukang ramal nasib, ke tempat-tempat
keramat sambil meminta perubahan nasib kepada makhluk yang lemah yang tidak
mampu berbuat sesuatu meskipun untuk diri mereka sendiri.
Perbuatan itu dilakukan berdasarkan khayalan dan
angan-angan kosong belaka. Akhirnya, mereka tidak mahu datang dan meminta pada
Tuhan Pencipta mereka dan Pencipta alam semesta yang sudah pasti Maha Kuasa
atas segala sesuatu.
Padahal singgahsanaNya meliputi langit dan bumi.
Maha Kasih SayangNya terhadap hambaNya yang tanpa batas dan setiap saat membuka
pintu rahmat, pertolongan dan ampunanNya bagi hamba-hambaNya yang datang
mengadu kepadaNya dengan ikhlas dan khusyu’, sebagaimana firman-Nya :
Katakanlah: "Segala
puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah
Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia?"
Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air
untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang
berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan
pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan
(sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). Atau
siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat tinggal (yang nyaman), dan
yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan
gunung-gunung untuk (mengukuhkan) nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua
laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya)
kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. Atau siapakah yang memperkenankan
(doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang
menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di
bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu
mengingati (Nya). Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di daratan
dan lautan dan siapa (pula) kah yang mendatangkan angin sebagai khabar gembira
sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?
Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya). (QS An-Naml : 59 – 63)
Sesungguhnya hakikat dan kenyataan kehidupan dunia
ini :
a. Tidak lebih dari kehidupan sementara.
b. Sangat pendek.
c. Fana (akan mengalami kehancuran).
d. Kenikmatan yang menipu.
e. Permainan dan senda gurau.
f. Panggung sandiwara.
g. Perlumbaan memperbanyakkan harta dan anak
keturunan.
h. Tempat berbangga-bangga dengan pangkat dan
status sosial.
Celakalah manusia yang tertipu oleh gemerlapan
kehidupan dunia ini dan berbahagialah mereka yang selamat dari tipuannya.
Kenyataan lain yang seharusnya perlu kita sedari
bahwa perbandingan kenikmatan dunia yang mampu kita rasai jika dibandingkan
dengan semua nikmat Allah yang tersebar di bumi ini, tidak lebih dari setitis
air yang jatuh dari jari yang diangkat setelah dicelupkan ke lautan.
Ternyata, kita hanya mendapatkan kenikmatan dunia
seperti setitis air yang jatuh itu, meskipun kita bekerja keras 24 jam dalam
sehari semalam, tujuh hari dalam seminggu, 30 hari dalam sebulan, 12 bulan
dalam setahun dan dilaksanakan selama usia produktif atau 40 tahun
berturut-turut tanpa henti.
Pendapatan tersebut tidak begitu bererti sama
sekali jika dibandingkan dengan apa yang akan diperolehi oleh orang-orang yang
benar-benar beriman dengan negeri Akhirat nanti.
Ini kerana perbandingan dunia dan seisinya dengan
Akhirat hanyalah bagaikan setitis air yang jatuh dari jari kita yang kita
angkat setelah dicelupkan ke lautan.
Sungguh ini suatu
perbandingan yang sangat menakjubkan!!!
Sebagai bukti pentingnya kesedaran diri dalam
memahami perbandingan yang menakjubkan ini, Rasulullah saw mengajarkan kepada
kita cara untuk menghindari tipu muslihat kenikmatan dunia yang tidak seberapa
yang telah menyita seluruh umur dan waktu yang kita miliki ketika melalui fasa
Kehidupan Pertama di dunia ini.
Cara tersebut telah dijelaskan oleh salah seorang
sahabat bernama Abu Hurairah ra. Ia berkata:
Bersabda Rasulullah saw :
“Perbanyaklah mengingati
faktor yang menghancurkan atau memutuskan kelazatan (dunia ini), yakni
“kematian”. (HR At Tirmizi)
Perbanyaklah
mengingati kematian……
Ya, itulah cara
yang paling efektif untuk membantu kita agar terhindar dari tipuan kenikmatan
kehidupan dunia yang tidak seberapa.
Dengan cara
demikian, kita akan menyatakan sikap kita terhadap kehidupan dunia ini secara
tepat, seimbang dan benar, yakni dengan memfokuskan diri kita kepada misi dan
visi yang telah ditetapkan Tuhan Pencipta, iaitu beribadah kepadaNya dengan
menjalankan amanah Khilafah (perwakilan kepimpinan) yang telah diserahkanNya
kepada kita dalam menegakkan kebenaran dan keadilan serta memakmurkan bumi dan
semua penghuninya.
Keberhasilan kita
dalam melaksanakan misi dan visi itu akan menjamin kejayaan kita pada fasa-fasa
berikutnya dari perjalanan kehidupan abadi kita menuju Allah.
Garisan
permulaannya dimulai dari fasa Kematian Kedua yang mana ianya diawali dengan
Sakratulmaut, kemudian Kematian itu sendiri dan kemudiannya diteruskan dengan “Check
In” di tempat persinggahan atau penginapan ketiga, iaitu Alam Barzakh,
yang jauh lebih besar dari dua tempat persinggahan sebelumnya, iaitu perut ibu
kita dan bumi kita.
Ya Allah,
kurniakanlah kesedaran hakiki di dalam jiwa kami tentang hakikat kehidupan
dunia yang sebenarnya sehingga kami terhindar dari perangkap dan tipu dayanya
yang akhirnya akan menyelewengkan kami dari jalanMu yang lurus serta
tetapkanlah kaki kami di atas kebenaran dari awal bermulanya kehidupan kami di
dunia sehingga kami dipanggil pulang ke hadhratMu di akhirat nanti.
Ameen Ya Rabbal
Alameen
WAS