Sesungguhnya kemenangan dan kejayaan bagi orang-orang yang beriman memiliki banyak jenis dan bentuk, di antaranya ialah :
- Menyampaikan risalah.
- Dikalahkannya musuh.
- Tertegaknya daulah.
Berbicara tentang masalah kemenangan dan kejayaan Islam, maka perkara tersebut adalah sebuah kemestian di mana pada suatu ketika kelak, ianya akan menjelma pula kepada Islam.
Hal ini tentunya kita sedari sebagai sebuah urusan yang telah digariskan dalam Al-Qur’an, di mana setelah runtuhnya khilafah Utsmaniyah di Turki lebih 80 tahun yang lalu, kebangkitan Islam akan kembali menjelma tidak lama lagi.
Ianya hanya tinggal menunggu waktu dan persiapan para pendokongnya untuk mewujudkan kemenangan dan kejayaan Islam itu.
Namun, kita perlu menyedari bahwa kemenangan Islam itu tidak akan terwujud begitu sahaja bahkan ada tahap–tahap untuk menuju kepada kemenangan itu serta syarat–syarat yang mesti dipenuhi agar kejayaan Islam itu kembali hadir.
Bagi membicarakan kemenangan dan kejayaan Islam itu, kita perlu memahami tentang fiqh kemenangan dan kejayaan atau dikenali dengan nama “Fiqhu Nashr Wa Tamkin”.
MAFHUM FIQH NASHR
Fiqh berasal dari perkataan ‘faqiha’ atau ‘faquha’, yang memiliki makna kefahaman mutlak dan menyeluruh.
Jadi, ‘Fiqh Nashr’ bererti :
“Kefahaman mutlak dan menyeluruh tentang kemenangan atau pertolongan dari Allah termasuk semua wasilah yang mendukung ke arah itu.”
Pertolongan Allah itu pasti sebagaimana janjiNya di dalam Al Qur'an :
"Jika kamu menolong (agama) Allah, maka Allah pasti akan menolong kamu dan mengukuhkan kedudukan kamu." (QS Muhammad : 7)
Firman Allah tersebut menegaskan formula pertolongan Allah yang :
1. Bersifat prinsip.
2. Nyata.
3. Tidak boleh disangkal lagi.
2. Nyata.
3. Tidak boleh disangkal lagi.
Ianya adalah sebagai kesan dari kepatuhan yang tinggi orang-orang yang beriman. Bantuan dan perolongan Allah tidak datang begitu sahaja kerana Allah tidak akan memberi bantuan itu secara percuma.
Allah swt menghendaki bahwa pembelaanNya kepada orang-orang yang beriman terwujud dengan adanya usaha dari diri mereka sendiri agar mereka mencapai kematangan dari celah-celah kesulitan yang mereka alami.
Seseorang akan mencapai kematangan di saat potensi dan kekuatan terpendamnya bangkit dan keadaan itu tidak akan wujud kecuali apabila ia berhadapan dengan situasi bahaya.
Ketika seseorang melakukan usaha membela diri dan menghimpun seluruh tenaganya untuk berhadapan dengan sesuatu yang mengancam aqidah, prinsip dan kehidupannya, di sanalah seluruh sel kekuatannya akan bangkit.
Sekiranya pertolongan Allah itu datang tanpa melalui susah payah, maqam kenikmatan yang didapati sesudah itu boleh sahaja akan menjadi penghalang munculnya potensi kekuatan yang dimiliki oleh seseorang.
Di samping itu, bantuan Allah yang diturunkan itupun mungkin rasanya tidak begitu bernilai lantaran tidak ada tuntutan pengorbanan yang bererti untuk memperolehinya.
Dalam perang Badar misalnya, pertolongan Allah datang tatkala kaum muslimin telah membuktikan dua perkara :
PERTAMA :
Motivasi mereka yang sangat kuat dalam membela agama Allah, meskipun kaum muslimin di kala itu menyedari akan berhadapan dengan pasukan musuh yang jauh lebih besar dan lebih hebat berbanding mereka.
Dalam perang tersebut sejarah memperlihatkan indahnya kesungguhan dan keikhlasan para perajurit Islam dalam membela agama Allah dengan harta dan jiwa raga mereka.
KEDUA :
Ketaatan dan kepatuhan mereka kepada pemimpin mereka Rasulullah saw.
Ketaatan tersebut dijiwai oleh iman yang terpacak dalam dada mereka sehingga sukar untuk dipatahkan oleh kedahsyatan pertempuran.
Pertolongan Allah pun datang di saat yang tepat sebagai kesan logik dari kedua faktor di atas.
Meskipun dari segi jumlah dan persiapan perang kaum muslimin jauh lebih rendah dan lemah, namun dalam peperangan itu kaum muslimin memperolehi kemenangan gemilang.
Kesimpulannya, Allah menurunkan pertolonganNya kepada orang beriman hanya bila ada usaha dari diri mereka sendiri. Ia tidak memberi pertolongan sebagai sesuatu yang dijatuhkan begitu sahaja dari langit.
MAFHUM TAMKIN
Manakala perkataan ‘Tamkin’ secara bahasa adalah kekuasaan dan kedudukan di mana Allah swt telah mengisyaratkan dalam firmanNya tentang Dzul Qarnain :
“Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu”. (QS Al-Kahfi : 84)
Maknanya adalah bahwa Allah telah :
- Memberikan kedudukan dan kekuasan kepada hamba yang soleh di muka bumi.
- Memberikan kekuasaan yang kuat.
- Memberikan kemudahan kepadanya segala wasilah yang mendukung kekuasaannya.
- Memberikan segala potensi yang dapat digunakan untuk memperkukuh dan meneruskan kekuasaannya.
Hal ini juga telah diisyaratkan dalam kisah Nabi Yusuf tentang kurniaan Allah berupa kekuasaan kepadanya.
Allah swt berfirman :
“Dan Demikianlah kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (Dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana sahaja ia kehendaki di bumi Mesir itu. kami melimpahkan rahmat kami kepada siapa yang kami kehendaki dan kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Dan Sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertaqwa”. (QS Yusuf : 56-57)
Makna ‘Tamkin’ menurut istilah ulama’ pula adalah :
- Mempelajari berbagai bentuk kedudukan (kekuasaan).
- Menilai syarat-syaratnya.
- Mencari sebab-sebabnya.
- Meneliti tahapan-tahapannya.
- Melihat tujuan-tujuannya.
- Memahami rintangan yang akan dihadapinya.
- Menggali tiang-tiang kembalinya umat menuju kedudukan, kekuasaan dan kedudukan di muka bumi ini.
Oleh yang demikian, ‘Tamkin’ memberi makna :
- Sampainya pada keadaan kemenangan.
- Memiliki kekuatan yang cukup.
- Memegang tampuk kekuatan dan kekuasaan.
- Dokongan masyarakat awam, orang yang bersimpati dan pengikut setia.
Ini merupakan bentuk kewujudan di atas muka bumi dan kemuliaan dalam semua urusan.
Dr Ali Abdul Halim Mahmud berkata :
“Iaitu tujuan utama dari setiap bentuk kerja dalam Islam, dakwah dalam berbagai bentuk tahapannya, tujuan dan wasilahnya, gerakan yang menuntut kerja keras dan kesungguhan, tanzim dan segala sesuatu yang menjadi tujuan dan misi dakwah dan gerakan, begitu juga tarbiyah dengan segala orientasinya, ragamnya, tujuan dan wasilahnya, kerana tidak ada perbezaan dalam tujuan mulia dan besar pada setiap orang yang bekerja kerana Islam, walaupun programnya berbeza (dengan syarat program yang dicanangkan bersumber dari Al-Quran Al-Karim dan sunnah mutahharah, dan bukan perbuatan yang dibenci Allah) tidak boleh berbeza bahwa kejayaan (kedudukan) untuk agama Allah adalah tujuan utama dalam setiap kerja Islam.
Ini bertujuan agar :
- Kekuasaan atas agama Islam lebih tinggi dan unggul dari seluruh agama lainnya.
- Sistem hukum agama ini lebih diutamakan dan ditinggikan berbanding sistem buatan manusia lainnya.
Kejayaan ini mendahului posisi jawatan, kerajaan dan kedudukan dan yang mengiringi keamanan (ketenteraman) setelah ketakutan.”
Sementara itu Ustaz Fathi Yakan berkata :
“Jalan menuju kemenangan, memiliki potensi kekuatan, meraih kekuasaan dan kedudukan, mencari dukungan umat, penolong dan pengikut setia, iaitu sebahagian dari berbagai kesucian di muka bumi dan kedudukan yang tinggi.”
Allah swt berfirman :
“Sesungguhnya kami menolong rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)”. (QS Ghafir : 51)
Firman Allah swt lagi :
“Dan sesungguhnya telah tetap janji kami kepada hamba-hamba kami yang menjadi rasul, (iaitu) Sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan. Dan sesungguhnya tentera Kami. Itulah yang pasti menang”. (QS As-Shaffaat : 171-173)
Ayat-ayat di atas dan yang serupa dengannya menunjukkan akan pertolongan Allah dan janji Allah dalam memperkukuh orang-orang yang beriman jika berusaha menegakkan dakwah dan memikul amanah yang sulit; samada pendakwah itu adalah seorang Rasul (utusan) yang mulia atau salah seorang yang beriman, dan keteguhan, kemenangan dan kejayaan ini diberikan dalam kehidupan dunia sebelum akhirat.
Namun, apa yang kita temui dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi saw, bahwa di antara para Nabi ada yang dibunuh oleh orang-orang kafir seperti Nabi Yahya dan Zakaria as, dan selain keduanya, di antara mereka ada yang kaumnya berusaha membunuhnya namun Allah melindungi dan menyelamatkannya seperti Nabi Muhammad saw dan Nabi Isa as, dan seperti Nabi Ibrahim as yang meninggalkan kaum dan keluarganya berhijrah ke negeri Syam.
Sebagaimana juga kita temui pula orang-orang yang beriman sepanjang masa dan waktu yang menghadapi banyak siksaan yang pedih, di antara mereka ada yang dimasukkan ke dalam lubang yang penuh api yang membakar, ada yang dibunuh dengan perlahan, namun tetap sabar di jalan Allah mengharap ridha Allah dan tidak mendendam, dan ada di antara mereka juga yang hidup penuh dengan kesengsaraan, siksaan dan tekanan sehingga ada yang bertanya :
Di manakah janji Allah berupa kemenangan, kebahagiaan dan kekuasaan?
Padahal mereka telah diusir, dibunuh dan disiksa?
Sayyid Qutb berkata :
“Syaitan telah masuk ke dalam jiwa setiap orang dari tempat masuk ini, dan berusaha mempengaruhi kerja manusia: sesungguhnya manusia diukur dari fenomena ini, sehingga mereka lalai akan banyak nilai dan hakikat hidup di dunia.
Manusia mengukur dengan masa yang pendek dan tempat yang terbatas, dan sempit, adapun ukuran yang menyeluruh, membentang dalam berbagai permasalahan dan dalam lingkup yang luas baik masa ataupun waktu, tidak terbatas pada masa ke masa, dan bukan pada satu tempat ke tempat yang lain, dan jika kita memandangnya dengan iman dan keyakinan maka akan menjadi wasilah memberikan kemenangan tanpa ada keraguan di dalamnya.
Apalagi Kemenangan terhadap masalah keimanan adalah merupakan kemenangan sejati, dan tidaklah pemilik permasaalahan ini kecuali dapat mengukuhkan kewujudan dalaman dan luaran, dan adapun yang pertama kali yang dituntut dari keimanan mereka adalah menafikan, menyembunyikan kemudian menampakkannya ketika diperlukan untuk meraih kemenangan zahir.”
Ada tiga jenis ‘Tamkin’ yang disampaikan melalui Al-Qur’an dan kehidupan Salafus Soleh.
PERTAMA : PENYAMPAIAN RISALAH DAN PENUNAIAN AMANAH
Pemberian kejayaan kepada para Rasul oleh Allah swt, di mana mereka mampu untuk menyampaikan risalah dan tidak menyerah pada ketakutan, ancaman dan ugutan yang ditebarkan oleh penduduk sesebuah negeri sepertimana dalam ayat berikut :
"Dan tugas Kami hanyalah menyampaikan perintah-perintahNya dengan cara yang jelas nyata". (QS Yaasin : 17)
Salah satu contoh kisah yang jelas tentang hal ini adalah kisah ‘Askhabul Ukhdud’ di mana kisah tersebut menceritakan tentang kemenangan seorang anak yang dengan imannya mampu mengalahkan kezaliman raja kafir serta tersebarnya risalah kebenaran kepada penduduk di negeri tempat raja kafir tersebut.
KEDUA : AMAL SOLEH DENGAN SEGALA JENISNYA
Bentuk ‘Tamkin’ yang kedua adalah apabila terealisasinya amal soleh dengan segala jenisnya sehingga tidak ada peluang lagi untuk tidak beramal soleh. Perkara ini pernah dicontohkan ketika kekhalifahan Umar Bin Abul Aziz di mana pada waktu itu negerinya begitu makmur sehingga rakyatnya pun sudah mampu melakukan amalan–amalan dengan segala jenis bentuk amalannya.
KETIGA : KEGHAIRAHAN MELAKUKAN SEGALA BENTUK KEBAIKAN DAN KEBAJIKAN
Jenis ‘Tamkin’ seterusnya adalah apabila sudah wujud keghairahan untuk melakukan kebajikan dan kebaikan dengan segala bentuknya serta dilakukan secara penuh semangat.
Beberapa contoh yang terdapat di dalam Al–Qur’an seperti berikut :
- Nabi Yusuf dengan kapasiti dan amal solehnya sehingga baginda mendapatkan amanah menjaga perbendaharaan negara Mesir.
- Nabi Musa dengan kekuatan perlawanannya terhadap kekejian Fir’aun.
- Nabi Muhammad saw dan para sahabat baginda yang luar biasa. Pada zaman tersebut, berlaku penerusan ‘Tamkin’, iaitu wujudnya penegakan solat, penunaian zakat dan adanya rasa ketaqwaan kepada Nabi dan Rasul.
Ada beberapa syarat yang mesti dipenuhi agar terbentuk ‘Tamkin’ yang diidamkan oleh umat Islam.
SYARAT PERTAMA : IMAN DAN TAQWA KEPADA ALLAH SWT DISERTAI OLEH AMAL SOLEH
Inilah syarat yang pokok yang mesti dipenuhi dalam beberapa tahapan menuju ‘Tamkin’.
SYARAT KEDUA : REALISASI IBADAH YANG SYUMUL
Iaitu ibadah yang dilakukan secara maksimum dari semua jenis ibadah, samada yang fardhu ataupun sunat.
SYARAT KETIGA : SENTIASA BERPERANG MELAWAN KEMUSYRIKAN SAMPAI BILAPUN
Dalam konteks dakwah yang menuju kemenangan, setelah kita mengetahui beberapa syarat kemenangan, perlu juga kita tahu tentang aspek–aspek yang mendukung kemenangan tersebut.
PERTAMA :
Organisasi (tanzim) yang kukuh yang berperanan menjadi jantung utama mencapai tujuan– tujuan kemenangan tersebut.
KEDUA :
Aspek sistem (manhaj) yang komprehensif yang akan mendukung berlakunya ‘Tamkin’ dalam sebuah perjuangan menuju kemenangan.
KETIGA :
Pelakunya yang menjadi pendukung atau mesin utama dalam mewujudkan ‘Tamkin’ tersebut.
Namun dalam perjuangan mewujudkan kemenangan dalam dakwah, ada yang perlu menjadi perhatian bersama–sama, terutama bagi para pemikulnya yang memikul dakwah menuju kemenangan tersebut, iaitu adalah penyakit yang boleh sahaja menghalangi atau menghambat berlakunya ‘Tamkin’ tersebut.
Penyakit tersebut adalah ‘isti’jal’ atau penyakit tergesa–gesa. Penyakit ‘isti’jal’ ini biasanya melanda sebahagian dari aktivis dakwah di mana mereka menginginkan agar kemenangan Islam itu diraih secara cepat, ertinya dengan membentuk sebuah pemerintahan baru berasaskan Khilafah Islamiyah dan tidak memperhatikan sebab–sebab datangnya kemenangan.
Sepatutnya, ketika kita menginginkan sebuah tujuan mulia yang akan diraih, seharusnya wujud paksi-paksi atau fasa-fasa yang perlu dilalui sebagai contoh beberapa paksi seperti paksi tanzimi, sya’bi, muassassi, daulah dan dauli.
Dalam paksi-paksi yang dilalui tersebut, kerja–kerja kita adalah seharusnya disesuaikan dengan :
- Zamannya.
- Tahap yang ada.
- Berbagai rintangan yang ada.
Inilah yang menjadi perhatian kita di mana dalam rangka merealisasikan ‘Nashr wa Tamkin’ dalam perjuangan kita, jangan sampai kita bersikap ‘isti’jal’.
Ada dua perkara yang kemudiannya menjadi kekuatan dalam tujuan utama mencapai titik ‘Nashr wa Tamkin’ dalam perjuangan ini.
Ianya adalah sikap :
- Sabar.
- ‘Tsabat’ (keteguhan jiwa).
Kesabaran dan keteguhan jiwa timbul kerana adanya tentangan dan halangan. Sejauhmana seseorang dapat bersabar, sejauh itu pula ia berhasil menghadapi suatu tentangan atau halangan.
Dengan kata lain, kesabaran adalah buah kemenangan yang dicapai oleh seseorang dalam bertempur menghadapi tentangan dan halangan. Hal ini sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw, bahwa orang yang kuat adalah orang yang dapat menundukkan dirinya ketika ia hendak marah, mampu bersabar mengekang hawa nafsunya.
Allah swt menegaskan dalam firmanNya :
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap Nabi itu musuh, iaitu syaitan-syaitan dari jenis manusia, dan dari jenis jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan indah untuk menipu.” (QS Al-An’am : 112)
Begitulah keadaan para Nabi, para pewarisnya dan siapa sahaja yang berdakwah di jalanNya. Namun, orang-orang mukmin yang yakin dan mengetahui umurnya di dunia sangat pendek, yang menyedari sunnatullah pada para Rasul dan Nabi serta para pemikul dakwah yang mengikuti jalanNya, merekalah orang-orang yang akan sabar menghadapi ujian serta tabah menerima tribulasi.
Mereka yakin sepenuhnya bahwa dua perkara tersebut iaitu sabar dan ‘tsabat’ dalam dakwah adalah kunci dari kemenangan yang diharapkan, bahwa segala apa yang menimpanya adalah sesuai dengan kadar yang telah tercatat.
Segala ujian yang menimpa, mereka pandang sebagai :
- Pelajaran yang berharga.
- Pendidikan yang akan membuat jiwa dan keimanan semakin matang.
Maka dari dua perkara tersebut, ianya akan menjadi kunci dari kemenangan dan kejayaan dakwah ini dan hendaknya demikianlah keadaan para pemikul dakwah di mana mereka tidak akan pernah putus asa dan kehilangan harapan.
Di dalam diri mereka tertanam aqidah yang kuat dan sejuta simpanan sebagai bekalan dakwah dan senjata untuk menghadapi pergolakan hidup yang penuh tentangan.
Pernah berlaku di zaman Ustaz Hasan Al Hudhaibi di mana terdapat sebahagian anggota Ikhwan yang tidak sabar dengan penindasan rejim revolusi ketika itu lalu mereka berniat untuk menamatkan riwayat hidup tokoh-tokoh pemerintah yang menyiksa anggota-anggota Ikhwan tersebut, maka Ustaz Hasan Al Hudhaibi menjadi marah dan menasihati mereka dengan kalimat-kalimat berikut.
“Jika seluruh ikhwah mati, itu lebih baik daripada kita sampai di puncak kemenangan dengan jalan pengkhianatan.”
Masih dengan wajah serius, beliau meneruskan taujihnya dengan mengatakan :
“Nahnu muslimun qabla kulli syai’ (Kita adalah muslim sebelum segala sesuatu). Jika kita menguasai dunia dengan membunuh akhlak Islam, maka kita rugi!”
Penerus dakwah Imam Hasan Al Banna ini tidak menghendaki kemenangan dengan jalan pengkhianatan, membunuh penguasa muslim meskipun ia zalim, dan cara-cara lain yang menanggalkan akhlak Islam kerana kemenangan jamaah dakwah adalah :
Penerus dakwah Imam Hasan Al Banna ini tidak menghendaki kemenangan dengan jalan pengkhianatan, membunuh penguasa muslim meskipun ia zalim, dan cara-cara lain yang menanggalkan akhlak Islam kerana kemenangan jamaah dakwah adalah :
- Untuk meninggikan Islam.
- Untuk menebar rahmat bagi semesta alam.
- Untuk menjadi mahaguru kepada kehidupan.
Maka, bagaimana mungkin jalan untuk ke sana ditempuh :
- Dengan cara-cara yang rendah yang bertentangan dengan Islam.
- Dengan cara-cara yang mengundang azab Allah.
- Dengan menggunakan usaha yang hina dan menyulut kebencian.
Kekuasaan yang tertunda kerana berpegang teguh pada prinsip Islam sebenarnya adalah kemenangan selama mana kebenaran masih bersemayam di hati kita.
Maka, jamaah dakwah perlu menyedari bahwa jalan dakwah tidaklah mudah dan tidak selalunya berakhir dengan diraihnya kekuasaan Islam pada zaman atau generasinya.
Namun selama hati kita ikhlas menempuh jalanNya, terus berjuang di atas manhajNya dan berkomitmen dengan syariatNya, tidak peduli apa yang akan berlaku; sesungguhnya ia berada dalam kemenangan.
Ustaz Mustafa Masyhur mengatakan bahwa :
Ustaz Mustafa Masyhur mengatakan bahwa :
“Jalan dakwah tidak ditaburi oleh bunga-bunga yang harum baunya, tetapi merupakan jalan yang sukar dan panjang kerana antara yang haq dan yang bathil ada pertentangan yang nyata.
- Dakwah memerlukan kesabaran dan ketekunan memikul beban berat.
- Dakwah memerlukan kemurahan hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharapkan hasil yang segera, tanpa putus asa dan putus harapan.
Yang diperlukan adalah usaha dan kerja yang terus menerus dan hasilnya terserah kepada Allah, sesuai dengan waktu yang dikehendakiNya.”
Menyedari hakikat kemenangan dan tuntutannya, harakah Islam tidak akan terjebak pada sikap ‘isti’jal’ iaitu tidak sabar dengan jalan dakwah yang panjang lalu memutuskan untuk melakukan kudeta, membunuh penguasa muslim atau bahkan melancarkan aksi-aksi keganasan.
Insyaallah, tidak berapa lama lagi, ketika sikap sabar dan keteguhan memikul bebanan dakwah ini dimiliki dalam setiap aktiviti dakwah kita, maka kemenangan dan kejayaan, ‘Nashr wa Tamkin’ akan kita perolehi.
Menyedari hakikat kemenangan dan tuntutannya, harakah Islam tidak akan terjebak pada sikap ‘isti’jal’ iaitu tidak sabar dengan jalan dakwah yang panjang lalu memutuskan untuk melakukan kudeta, membunuh penguasa muslim atau bahkan melancarkan aksi-aksi keganasan.
Insyaallah, tidak berapa lama lagi, ketika sikap sabar dan keteguhan memikul bebanan dakwah ini dimiliki dalam setiap aktiviti dakwah kita, maka kemenangan dan kejayaan, ‘Nashr wa Tamkin’ akan kita perolehi.
Ya Allah, bukakanlah pintu-pintu kemenangan kepada kami setelah kami mempersiapkan kunci-kunci yang sesuai dengan kehendakMu dengan sabar dan ‘Tsabat’. Sesungguhnya kami yakin bahwa Engkau berkewajiban untuk sentiasa menolong dan membantu orang-orang yang beriman dan bertaqwa selagimana kami berusaha untuk menegakkan syariatMu dan memperkukuhkan DeenMu di atas mukabumi ini.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
SHUKRAN ATAS INFO...