Menulis adalah suatu pekerjaan yang mulia di mana hanya dengan menjaga kesinambungan sahajalah, aktiviti menulis menjadi lebih anggun dan membuatkan pembacanya merasakan adanya sesuatu yang baru dan yang bermakna bagi hidup mereka.
Namun, bagaimanakah caranya agar sesebuah tulisan itu akan mendatangkan makna dan mampu menggetarkan hati dan jiwa pembaca?
Pertanyaan ini sering muncul dalam pemikiran seseorang penulis sehingga kadang-kadang ianya membuatkan mereka menjadi bingung memikirkan apakah gerangan jawaban yang tepat tentang persoalan ini.
Sebenarnya, hanya dengan lintasan fikiran yang mudah mampu memberi inspirasi kepada seseorang penulis untuk memberi jawaban kepada persoalan di atas iaitu :
“MENULISLAH DENGAN HATI.”
Apakah maksudnya?
Sesungguhnya menulis adalah suatu aktiviti yang mulia dan ia juga merupakan ekspresi jiwa dan bahasa hati.
Tulisan akan menghentakkan dinding jiwa jika ia ditulis berdasarkan kehendak hati sesuai dengan selera hati. Tanpa itu, tulisan akan menjadi hambar bahkan membuatkan penulisnya sendiri tidak mendapatkan apa-apa.
Menulis dengan hati bermakna menulis apa sahaja yang mendatangkan manfaat yang tidak bertentangan dengan kehendak hati nurani. Hati nurani adalah pena setia yang sentiasa jujur mengungkapkan apa yang mesti diungkap.
Oleh yang demikian, jika kita ingin menulis, dengarlah apa kata hati nurani kita. Ia adalah sumber hikmah yang sentiasa jujur kepada kita, maka yakinilah dia dan dengarlah darinya.
Kehidupan ini sesungguhnya guru yang sentiasa mengajarkan banyak :
a. Ilmu.
b. Hikmah.
c. Pengalaman.
Perjalanan hidup seseorang, walau siapapun ia, sangat ditentukan oleh kefahaman dan perjuangannya dalam kehidupan ini.
Itulah gurunya.
Setiap orang tentu memiliki jalur kehidupannya masing-masing. Apakah ianya terancang atau tidak, semuanya memiliki jalan hidupnya. Itulah kenyataan hidup yang terpampang nyata dalam kehidupan ini.
Bagi mereka yang memiliki rancangan kehidupan yang jelas tentu menjalani kehidupannya secara teratur, sedangkan mereka yang hanya hidup berdasarkan perumpamaan asalkan hidup menjalani kehidupannya begitu seadanya sahaja dan kedua-duanya memperolehi hasil yang tentu sahaja berbeza.
“Mereka yang memiliki rancangan kehidupan akan memperolehi hasil yang maksimum dan memuaskan, walauapapun bentuknya. Mereka siap menerima apa sahaja hasil dari rancangan kehidupan yang mereka susun. Sebaliknya, mereka yang hanya berpegang kepada prinsip asalkan hidup akan kecewa dengan kehidupannya. Apa yang mereka perolehi dirasakan seperti hukuman yang kadang-kadang membuatkan mereka bertambah gersang dan bingung menjalani kehidupan.”
Sekolah atau universiti memang menjadi tempat untuk menuntut ilmu atau orang mengenalinya sebagai gudang ilmu.
Sekolah, universiti atau wasilah sejenisnya mampu:
1. Membentuk keperibadian sesiapapun menjadi kuat.
2. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.
3. Menaikkan darjat seseorang.
4. Meningkatkan keahlian, prestasi dan status sosial.
Namun, semua itu tidak cukup dan betapa kita menyaksikan bahwa perkembangan dan perubahan zaman telah mencemarkan beberapa manfaat wasilah formal tersebut.
Bahkan pada isu tertentu, pendidikan secara formal tidak memberi apa-apa dan tidak bermanfaat apa-apa jika seseorang menjalani kehidupan ini hanya berpegang pada wasilah-wasilah formal yang kadang-kadang hanya untuk memenuhi kehendak persekitaran.
Ada ramai manusia yang sibuk mencari gelaran demi untuk mendapatkan penghargaan dan penghormatan dengan segala cara yang kadang-kadang tidak halal, namun apa yang mereka perolehi adalah kehinaan.
Betul, mereka mendapatkan apa yang mereka kejar, tapi tidak sedikit di antara mereka yang hanya mendapatkan simbol-simbol yang tidak bermanfaat bagi kehidupan mereka. Bahkan kadang-kadang mereka menjadi orang yang dianggap “bodoh” dalam menghadapi kehidupan nyata.
Dari sini kita baru tersedar bahwa ujian sesungguhnya ada dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan nyata di mana dinamik kehidupan itu berlaku dan ianya bukan sekadar ujian dalam jalur pendidikan formal.
Pada situasi zaman yang terus berubah ini, manusia tidak lagi hanya dituntut untuk belajar secara teori melainkan dengan praktikal di bumi nyata.
“Sedarlah bahwa yang mengubah kehidupan ini sesungguhnya adalah kemampuan manusia untuk bersaing dalam perjuangan kehidupan di alam nyata di mana hidup tidak lagi sekadar mengikuti anjuran dan tidak lagi berdasarkan rumusan yang kaku, tapi ianya mesti diuji dan dicuba dalam kehidupan nyata.”
Sungguh dahsyat! apabila kita meneliti bahwa zaman kini lebih bersifat anjal dan dinamik.
Ingatlah bahwa dunia ini telah maju lebih cepat berbanding 50 tahun sebelumnya. Sekarang ini, seorang anak yang kecil sahaja sudah amat akrab dengan internet, telefon bimbit, laptop dan seumpamanya.
Perubahan telah mengajak kita ke sebuah dimensi ruang waktu yang nyaris-nyaris tanpa batas dan waktu sudah dihitung 24 jam sehari atau tujuh hari seminggu.
Waktu berlalu begitu cepat dengan dimensi dunia tanpa batas yang ditunjukkan oleh perkembangan teknologi, terutama internet di mana surat dari negara ini boleh diterima dalam hitungan detik di Eropah, Mesir dan lain-lain.
Apa yang berlaku di luar angkasa sana dapat diketahui secara cepat di dunia. Itulah kecepatan, perubahan dan kemajuan di mana dunia lama telah ditinggalkan dan diganti dengan perkembangan baru.
Sesungguhnya kehidupan nyata adalah ujian dari proses perubahan menuju kehidupan, namun sayang sekali bahwa wasilah-wasilah pendidikan seperti yang disebutkan di permulaan tadi tidak selalunya mampu memberi bayangan secara benar.
Oleh yang demikian, tidak sedikit orang yang memiliki banyak gelaran tapi tiada peranan atau kosong dari menghasilkan apa-apa karya.
“Orang yang tidak memahami apa yang tidak dia ketahui takkan pernah faham apa yang mesti dia fahami. Dengan begitu, dia pun hanya menjadi longgokan kosong yang tidak memberi manfaat apa-apa untuk diri dan juga lingkungannya.”
Lebih jauh lagi, kita akan memahami bahwa kehidupan ini adalah tempat belajar sekaligus guru. Dari kehidupan nyata, kita akan belajar berdikari, mengurus dan membentuk kehidupan berdasarkan rancangan yang telah kita susun sejak sekian lama.
Tidak dapat dimungkiri lagi bahwa pada episod kehidupan ini sentiasa dan mesti ada halangan dan tentangan hidup. Ya, kita perlu sedar bahwa hanya mereka yang berani mengharungi tentangan hidup sahaja yang boleh bertahan dalam hidup, selebihnya hanya akan menjadi pemangsa kehidupannya.
“Manusia hidup bukanlah mereka yang hanya boleh bernafas, tapi mereka yang berani melakukan sesuatu dan mampu mengambil hikmah dari seluruh kejadian, peristiwa dan tentangan hidup yang mereka lalui.”
Mari kita renungi kenyataan berikut:
“Mari melakukan proses penyedaran secara berulang untuk mengetahui bahwa dunia ini telah berubah dan berkembang. Zaman sekarang semuanya tidak boleh dilihat hanya dengan sebelah mata dan tidak boleh dilayari tanpa tujuan yang jelas. Perubahan zaman dan pola hidup telah membawa manusia berada pada tingkatan hidup yang lebih makmur, tentu dengan berbagai tuntutannya. Perkembangan zaman telah memaksa manusia sehingga mahu atau tidak mahu mesti terlibat di dalamnya bahkan perlu menjadi pelaku utamanya.”
Berubah adalah sebuah proses pertumbuhan dan pertumbuhan biasanya akan menjadikannya berkembang. Pertumbuhan adalah berjalan menuju kehidupan yang lebih baik, lebih bermakna bagi diri sendiri dan orang lain, lebih memberi makna untuk keberhasilan atau kejayaan kehidupan.
Ruang-ruang itulah yang biasanya kosong dalam kehidupan manusia sehingga tidak sedikit orang yang tidak melihat dan enggan memahami intipati perubahan dalam kehidupan yang sebenarnya.
Persoalan lain adalah, tidak sedikit orang yang tidak mengetahui di bahagian manakah kehidupannya yang mesti diubah dan pada sudut manakah dia mesti tumbuh.
Secara minimumnya, kesedaran akan perubahan telah menjadi sebuah dilema kehidupan yang mengakar dan membudaya sehingga jangankan untuk mengubah sebuah negara, malah dirinya sendiri pun belum mampu.
Walau siapapun kita, saat ini adalah kesempatan terbaik untuk mengetahui di bahagian manakah dari kehidupan kita yang mesti kita ketahui akan kekurangan dan kelemahan diri kita.
Dengan yang demikian, akan menjadi mudah bagi kita untuk memperbaikinya dan melakukan perubahan yang mendasar bagi kehidupan kita serta akan mudah pula bagi kita untuk mendeklarasikan bahwa diri kita telah berubah dan bersiap sedia untuk melayani kehidupan ini secara maksimum.
“Kehidupan ini sentiasa memberi banyak kenangan yang sukar dilupakan. Ada banyak cerita dan pengalaman yang membuatnya menjadi lebih indah. Mereka yang berjaya memahami kehidupan sebagai perjalanan yang mesti dilalui dengan kesungguhan adalah di antara pemenangnya kerana merekalah yang bersedia menjadi murid atau pelajar terbaik bagi kehidupannya disebabkan mereka sedar bahwa kehidupan ini adalah guru.”
Perlu diingatkan bahwa walau apapun profesyen kita, di mana pun kita bekerja serta apapun jawatan kita, percayalah bahwa kehidupan ini adalah guru yang paling bijak dan tempat belajar yang sentiasa terbuka dan percuma bagi sesiapapun yang ingin belajar sepanjang masa.
Marilah kita menjadi murid atau pelajar terbaik baginya, semoga dengan itu kehidupan ini akan semakin bermakna dan indah untuk dikenang!
Namun dalam menjalani kehidupan ini, kita perlu sedar bahwa ilmu kita memang sedikit bahkan teramat sedikit seumpama seperti setitis embun di lautan ilmu Allah swt.
Dengan ilmu yang sedikit itu, kita tidak mampu dengan sendirinya menciptakan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan kita.
Dengan yang demikian, kesalahan kita akan menjelma di saat kita mentafsirkan seluruh proses kehidupan kita dengan ilmu kita sebagai tafsiran yang tunggal.
Namun, setitis embun itulah yang sebenarnya memberikan sedikit kuasa bagi manusia ke atas peserta alam raya lainnya dan kerananyalah juga yang membezakan kita dari mereka
Allah swt menyebutnya sebagai “Sulthan” iaitu KEKUASAAN dan KEKUATAN.
Ilmu akan menjadi kekuasaan dan kekuatan kerana Allah dengan kehendakNya meniupkan kuasa dan kekuatan itu ke dalamnya apabila sahaja Ia menghendakinya.
Oleh kerana ltulah, ilmu adalah input Allah swt yang diberikanNya kepada akal sebagai infrastruktur komunikasi manusia denganNya, maka ia menjadi penting sebagai penuntun bagi kehidupan manusia.
Dalam kerangka itulah, Allah swt mengulangi perkataan ilmu lebih dari 700 kali dalam Al-Qur’an. Di atas jalur makna seperti itu pulalah Rasulullah saw mengatakan :
“Siapa yang menginginkan dunia hendaklah ia berilmu. Siapa yang menginginkan akhirat hendaklah ia berilmu. Siapa yang menginginkan kedua-duanya hendaklah ia berilmu.”
Ada sesuatu yang nampaknya seakan-akan tidak bertemu di sini iaitu antara :
a. Ilmu yang sedikit.
b. Kuasa yang diberikan Allah pada ilmu yang sedikit itu.
Yang pertama menyedarkan kita akan ketidakberdayaan kita namun yang kedua menggoda kita dengan kekuasaan besar ke atas dunia ini.
Kisah Fir’aun, Haman dan Qarun, adalah kisah orang-orang yang gagal memahami titik pertemuan antara keduanya. Sebaliknya ada kisah Nabi Yusuf dan Nabi Sulaiman yang menemui simpulan yang kemas antara kedua situasi itu.
Nabi Yusuf menguasai perbendaharaan negara kerana ia, seperti yang baginda lukiskan sendiri iaitu :
“Hafizun ‘aliim” (Penjaga harta yang tahu bagaimana cara menjaganya)
Ilmu tentang bagaimana menjaga harta kekayaan negara telah memberinya kedudukan tawaran politik yang kuat dalam pemerintahan.
Begitu juga dengan kerajaan Nabi Sulaiman yang dibantu oleh para ilmuwan yang bahkan melampaui kedalaman ilmu pasukan jinnya kerana pasukan jin hanya mampu memindahkan singgahsana Balqis dari Yaman ke Palestin dalam jarak waktu antara duduk dan berdirinya Nabi Sulaiman sementara para ilmuwannya mampu memindahkan singgahsana itu dalam satu kerlipan mata sahaja dan itu bukan pengiriman data dan suara seperti dalam sms dan hubungan telefon tapi pengiriman barang atau kargo.
Sungguh luar biasa terutama ilmunya yang luar biasa!!!
Namun, tafsir Nabi Sulaiman ke atas semua peristiwa itu adalah :
“Ini adalah keutamaan dari Tuhanku, yang dengan itu Ia hendak menguji aku, apakah aku akan bersyukur atau mengingkari (kufur) nikmat itu.”
Nabi Sulaiman memahami bahwa Allahlah yang meniupkan sedikit kuasa pada ilmu itu dan dengan sedikit kuasa itu, bukan sahaja memberikan keyakinan kepada dirinya di depan Balqis dengan menggunakan diplomasi teknologi dalam menyampaikan risalah, bahkan juga membuatnya rendah diri dan bersyukur di depan Allah swt.
Itulah kata kuncinya iaitu :
“Kerendahan diri dan kepercayaan diri”.
Ianya persis seperti embun di mana ianya sejuk kerana kerendahan diri, tapi ia tidak pernah berhenti menitis kerana percaya bahwa dengan kelembutannya ia mampu menembusi batu yang keras sepertimana kata-kata seorang ilmuan :
“Jangan berhenti mendayung, nanti arus akan membawa kita hanyut!”
Akhirnya, untuk membuat perubahan besar dalam kehidupan ini, kita memerlukan satu kekuatan yang disebut sebagai MOTIVASI.
Jika kita merenung ke dalam sejarah kehidupan, mengapa orang-orang muda sentiasa hadir dalam setiap momentum-momentum yang besar?
Ini adalah kerana orang-orang muda, di dalam darah mereka memiliki motivasi dan oleh kerana itulah, semangat mereka sentiasa ada, bila dan di mana sekalipun mereka berada.
Apa yang menghilangkan nafas kebangkitan pada sesebuah negeri adalah apabila terkuburnya motivasi.
Ini menunjukkan bahwa jika motivasi itu muncul dalam dada penghuninya, maka berlakulah perubahan dan menjelmalah kebangkitan.
“Orang-orang yang memiliki motivasi sentiasa menjadi pencetus kejayaan dan kemajuan. Bahkan merekalah yang sentiasa dinantikan oleh sesiapapun yang menghuni bumi ini. Hanya mereka yang memiliki motivasilah yang mampu menaklukkan momentum dan memenangkan seluruh pertarungan.”
Apapun definasinya, motivasi itu adalah :
1. Tenaga orang-orang muda.
2. Dinamo orang-orang yang memiliki impian besar.
3. Pencetus rancangan besar dan langkah-langkah strategik.
Oleh yang demikian, berbicara berkenaan orang muda bukanlah berbicara tentang masalah umur, tapi berbicara tentang :
a. Semangat.
b. Optimisma
c. Pengorbanan.
Ini adalah kerana hanya mereka yang memiliki cita-cita atau impian besar, rancangan besar dan langkah-langkah strategik sahajalah yang memiliki semangat, optimisma dan jiwa pengorbanan yang ditafsirkan sebagai motivasi.
Oleh kerana setiap impian besar selalunya akan menghadapi berbagai halangan dan tentangan yang besar, maka kita perlu menanamkan satu perkataan dalam ingatan kolektif kita iaitu “MOTIVASI” dan mengembalikan ingatan sejarah kita supaya perkataan motivasi ini sentiasa mendidih dalam jiwa kita dan sentiasa hadir dalam langkah-langkah kita sehingga dengan motivasi itu, kita tidak akan membiarkan seorangpun di antara kita yang akan kehilangan semangat untuk bangkit menggapai kejayaannya sebelum seseorang bermimpi untuk gagal atau sebelum impian besar dan takdir kejayaannya dirampas oleh bayang-bayang kegagalannya.
Ya Allah, jadikanlah perjalanan kehidupan kami sebagai guru terbaik kami yang kami sentiasa belajar dan mengambil pengajaran darinya serta menjadi pencetus untuk kami membuat perubahan dalam diri dan persekitaran kami. Kurniakanlah ilmu serta tiupkanlah kekuasaan dan kekuatan dariMu ke dalam relung ilmu itu sehingga ianya akan mampu membuat perubahan dalam kehidupan kami dan membantu kami untuk mencapai cita-cita dan impian kami.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
WAS