Sesungguhnya dakwah menjadi tinggi dan mulia dengan :
a. Ketinggian pengorbanan dan kemuliaan akhlak pendukungnya.
b. Tingkatan kesetiaan pendukungnya terhadap manhaj yang diikuti.
Untuk tujuan tersebut, kita perlu menumpukan usaha untuk melahirkan peribadi-peribadi contoh melalui proses tarbiyah yang akhirnya akan menjadi pejuang dakwah.
Mereka akan memikul tugas dan tanggungjawab dakwah sehingga dakwah ini akan tersebar ke serata pelusuk dunia bagi :
1. Merealisasikan perhambaan sepenuhnya kepada pemilik dakwah ini iaitu Allah swt.
2. Menghapuskan kezaliman sesama manusia
Semua usaha-usaha di atas tidak mampu untuk diwujudkan melainkan mendapat taufiq dari Allah swt dan sebahagian dari ciri-ciri peribadi contoh tersebut adalah seperti berikut :
PERTAMA : MENJADIKAN DAKWAH SEBAGAI TUMPUANNYA
Imam Hasan Al-Banna pernah menyebut :
"Aku dapat menggambarkan peribadi pejuang adalah seorang yang dalam keadaan :
1. Mempersiapkan dan membekalkan diri.
2. Berfikir tentang keberadaannya pada segenap relung hatinya.
3. Sentiasa berfikir untuk meningkatkan kemampuannya.
4. Berwaspada dan sentiasa dalam keadaan siap siaga.
5. Bila diseru, ia menyambut seruan itu.
6. Waktu pagi dan petangnya, bicaranya, keseriusannya dan pekerjaannya, tidak melanggar ruangan yang ia persiapkan diri untuknya.
7. Tidak melakukan sesuatu kecuali memenuhi misinya yang memang telah meletakkan hidup dan kehendaknya di atas misinya iaitu berjihad di jalanNya.
Kita dapat membaca perkara tersebut pada raut wajahnya.
Kita dapat melihatnya pada bola matanya.
Kita dapat mendengarnya dari ucapan lidahnya yang boleh memberi petunjuk terhadap :
a. Sesuatu yang bergolak dalam hatinya.
b. Suasana tekadnya.
c. Semangat besar serta tujuan jangka panjang yang telah memuncak dalam jiwanya.
d. Jiwa yang jauh dari unsur menarik keuntungan segera di sebalik perjuangan.
Adapun seorang pejuang yang :
1. Tidur sepenuh kelopak matanya.
2. Makan seluas mulutnya.
3. Tertawa selebar bibirnya.
4. Menggunakan waktunya untuk bermain dalam kesia-siaan.
Maka adalah mustahil ia termasuk orang-orang yang menang, dan mustahil tercatat dalam golongan para mujahidin."
KEDUA : BERGERAK KERANA ALLAH SWT
Keadaan seorang pejuang yang berlari memohon kesyahidan kepada Allah swt di saat melakukan tugas dakwah kepada Allah sebagaimana syahidnya 'Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi ra yang mendakwahkan kaumnya kepada Islam.
'Urwah adalah seorang dari dua tokoh besar kaum musyrikin yang disebutkan dalam firman Allah tentang perkataan kaum musyrikin :
"Dan mereka berkata, "Mengapa Al-Qur'an tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Makkah dan Thaif) ini?" (QS Az-Zukhruf : 31)
Ketika ia menyatakan dirinya masuk Islam, sekaligus mendakwahkan kaumnya kepada Islam, tombak dan anak panah bertubi-tubi datang dari segala arah merobek tubuhnya hingga akhirnya ia syahid.
KETIGA : MEMILIKI SEMANGAT YANG TINGGI
Seorang pejuang dakwah mesti mempunyai semangat yang tinggi sebagaimana semangat Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami ra yang pernah diceritakan oleh Ibnul Qayyim :
“Bila kamu ingin melihat tahap semangat, lihatlah semangat Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslami ra.
Rasulullah saw berkata: "Mintalah kepadaku."
Rabi’ah mengatakan: "Aku ingin menjadi pendampingmu di syurga."
Sementara orang lain ada yang meminta makanan dan pakaian.
KEEMPAT : MEMEGANG TEGUH JANJINYA
Seorang pejuang dakwah dibina untuk mengerti dan melaksanakan sikap “shiddiq” sebagai sikap mulia para sahabat ridhwanullahi' alaihim.
Seperti kisah Anas bin Nadhr ra yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Anas bin Nadhr tidak hadir dalam peperangan Badar.
Beliau mengatakan:
"Aku tidak ikut serta dalam perang pertama yang disaksikan olah Rasulullah saw. Bila Rasulullah kembali berperang melawan kaum Quraisy setelah Badar, niscaya Allah 'Azza wa Jalla akan memperlihatkan apa yang akan kuperbuat."
Ketika berlakunya perang Uhud, umat Islam menderita kekalahan. Seseorang berkata kepada Anas bin Nadhr radhiallahu' anhu: "Wahai Anas hendak kemana engkau?"
"Saya ingin menghampiri bauan syurga di sebalik Uhud.'
Anas berangkat hinggalah ia syahid. Di tubuhnya terdapat lebih dari lapan puluh luka akibat tikaman pedang, tombak dan anak panah hingga jasadnya tidak dapat dikenali lagi oleh saudara perempuannya kecuali melalui pakaiannya.
Lalu turunlah firman Allah swt :
“Di antara orang-orang mu'min ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya.” (QS Al-Ahzab : 23)
Demikianlah semestinya sikap teguh terhadap janji.
KELIMA : SEIMBANG DALAM SEMUA KEADAAN
Tarbiyah yang benar akan membina anggotanya agar memiliki sikap berani, namun tidak mengabaikan sikap berhati-hati, jauh dari sikap tergesa-gesa dan emosional.
Mungkin sedikit manusia yang mampu bersikap seimbang dalam melakukan perkara ini.
Seorang yang membiasakan dirinya bersikap berani akan sentiasa berusaha untuk memutuskan semua rintangan-rintangan yang mengikatnya.
Mereka juga memiliki ketaatan yang tinggi yang diikat oleh kesedaran syar'ie yang tepat, jelas, tidak mengikut-ngikut dan bukan sikap membabi buta.
Di sisi lain, kita mestilah sentiasa memelihara potensi yang Allah anugerahkan kepada diri kita dan secara khusus mengerahkan semua kekuatan kepada seluruh yang mendatangkan manfaat kepada dakwah.
Penyaluran potensi itu tidak seharusnya dibiarkan tanpa pengendalian, tanpa arah dan tujuan yang jelas. Kita perlu sentiasa mengiringinya dengan langkah perancangan yang matang.
KEENAM : KOMITED TERHADAP PETUNJUK NABAWI
Seorang pejuang dakwah sentiasa :
a. Berjalan di atas jalan syari'at.
b. Tunduk kepada sunnah.
c. Menjauhi diri dari perilaku bid'ah dan semua yang tidak diperintahkan oleh Rasulullah saw.
d. Mengikuti petunjuk Nabawi dalam setiap tindak tanduknya.
e. Mengambil agamanya dari mata air Islam yang jernih dan minum dari sumber keimanan.
Apabila ditanya :
1. Tentang prinsipnya, ia mengatakan : “Ittiba’” (mengikut petunjuk Nabawi).
2. Tentang pakaiannya, ia mengatakan : "Taqwa."
3. Tentang matlamat serta tujuannya, ia mengatakan : "Ridha Allah."
4. Tentang di mana ia menghabiskan waktunya di waktu pagi hingga petang, ia menjawab: "Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang." (QS An-Nur: 36) serta di medan dakwah untuk mengembalikan manusia ke jalan ‘Al-Haq’.
5. Tentang nasabnya, ia mengatakan : “Ibu bapaku adalah Islam. Tidak ada ibu bapa selainnya sementara orang lain bangga dengan keturunan Qais atau Tamim.”
KETUJUH : SABAR
Seorang pejuang dakwah terbina dengan akhlak sabar sehingga di awal perjalanannya, mereka telah memahami apa yang diucapkan Ibnul Qayyim rahimahullah :
"Sesungguhnya sikap untuk lebih mengutamakan ridha Allah pasti akan berhadapan dengan permusuhan manusia, siksaan bahkan usaha mereka untuk membunuhnya. Yang demikian adalah sunnatullah di antara makhluk-Nya.
Jika tidak demikian, lalu apakah dosa para Nabi dan Rasul yang memerintahkan keadilan di antara manusia dan menegakkan agama Allah?
Maka barangsiapa yang lebih mengutamakan keridhaan Allah, niscaya ia akan mendapat permusuhan dari :
a. Orang alim yang jahat.
b. Manusia yang menyimpang.
c. Orang yang jahil.
d. Pelaku bid'ah.
e. Orang yang berdosa.
f. Penguasa yang bathil.
Barangsiapa berpegang teguh pada Islam secara sempurna, ia tidak dapat :
1. Digoyahkan oleh manusia bahkan gunung sekalipun.
2. Dihalangi oleh berbagai ujian, kekerasan dan rasa takut.
Mereka mengetahui bahwa kesabaran dapat diperolehi melalui dua perkara :
a. Tarbiyah di atas sikap zuhud di dunia.
b. Tarbiyah di atas sikap zuhud terhadap pujian.
Tidaklah seseorang itu menjadi lemah atau terlambat di atas jalan ini kecuali kerana kecintaannya yang sedemikian besar pada kehidupan, keabadian serta kecintaannya pada pujian manusia dan usaha menjauhi kecaman mereka.”
Jalan ini, bagi mereka, merupakan jalan yang pasti berhadapan dengan pendustaaan, pengusiran dan siksaan seperti ungkapan Ibnul Qayyim al-Jauzi rahimahullah :
"Seseorang yang berjalan menuju Allah swt adalah sebagai “uswah” (contoh tauladan). Dan itulah tingkatan yang sangat mulia. Seorang yang berakal cerdas rela meneladani kepada para Rasul Allah, para Anbiya’, Aulia’ dan orang-orang yang dipilih Allah dari para hambaNya.
Merekalah kelompok manusia yang paling berat ujiannya. Siksaan manusia terhadap mereka lebih cepat berjalannya daripada air mata.
Cukuplah, contoh kisah yang disebutkan tentang perjuangan para Anbiya’ alaihimus salam bersama umat mereka, juga perjuangan Rasulullah saw. Bagaimana siksaan musuh-musuh terhadap mereka. Siksaan berat yang belum pemah menimpa orang sebelum mereka."
Waraqah bin Naufal pernah berkata kepada Nabi saw :
"Engkau pasti akan didustai, diusir dan disiksa."
Kemudian baginda bersabda :
'Tidak seorangpun yang datang sebagaimana yang aku perjuangkan kecuali ia akan mengalami keadaan serupa dengan apa yang ku alami."
Hukum ini berlaku hingga kepada para pewaris-pewarisnya. Tidakkah seorang hamba ridha menjadikan hamba Allah yang terbaik sebagai contoh tauladannya.
KELAPAN : PEMBERI INFAQ YANG TIDAK KIKIR TERHADAP DAKWAHNYA
Ciri ini adalah sebagaimana yang disifatkan oleh Imam Hasan Al-Banna :
Mereka tidak kikir terhadap dakwah, meskipun mesti mengeluarkannya dari bahagian makanan anak-anak mereka, mengeluarkan darah mereka dengan harga yang mahal untuk keperluan utama, apatah lagi dari keperluan yang tidak mendesak.
Mereka, tatkala menanggung bebanan dakwah ini, benar-benar mengetahui bahwa ia merupakan jalan dakwah yang tidak mungkin dilalui dengan sedikit pengorbanan darah dan harta. Maka mereka keluarkan perkara itu seluruhnya kerana Allah swt.
Dari semua ciri-ciri dan sifat-sifat seorang pejuang dakwah di atas, boleh difahami bahwa mereka sebenarnya tengah melakukan perjalanan menuju Allah swt bersama kelompok al-haq dan kafilah tauhid.
Mereka adalah orang-orang yang mempunyai keyakinan besar, para pendidik, manusia yang sedar dan berpegang teguh kepada Islam, yang sedang mempersiapkan diri dengan ilmu, keahlian untuk berangkat dan berjihad. Masing-masing berlumba untuk berangkat, dan bila mereka berangkat mereka lakukan dengan penuh “itqan” (tanggungjawab dan amanah).
Jika mengalami situasi sulit dalam peperangan, mereka bersabar. Mereka tidak akan rela sehingga dakwah mencapai tujuannya. Meskipun mereka perlu memeras seluruh kemampuan dan pemikiran mereka habis-habisan.
a. Bila mereka memberi perintah, perintah mereka jauh dari sikap memaksa.
b. Bila mereka taat kepada perintah, ketaatan mereka terbebas dari sikap merasa hina.
c. Bila mereka melontarkan kritikan, kritikan mereka jauh dari sifat merosakkan dan menghancurkan.
Mereka :
1. Memiliki mempunyai disiplin yang tinggi.
2. Teratur urusannya.
3. Para murabbi.
4. Perancang strategi menuju sasaran yang jelas.
5. Orang-orang yang teguh pendirian.
6. Komited.
7. Yang apabila diberi amanah sebagai pemimpin mereka lakukan dengan ikhlas.
8. Jika diletakkan sebagai pekerja, mereka lakukan dengan penuh ketaatan.
9. Mampu berfikir untuk terus meningkatkan kemampuannya secara seimbang untuk sentiasa berusaha mengatasi masalah yang dihadapinya.
10. Mengambil hukum suatu pekerjaan dan aktiviti dari fikirannya.
11. Mereka merasa bertanggungjawab untuk membela Islam.
12. Puas dengan jumlah yang sedikit.
Dalam jiwa mereka terdengar sebuah prinsip yang begitu indah :
“Pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat." (QS Ash- Shaff : 13)
Betapa mereka bekerja keras di waktu siang, betapa indahnya lantunan "zikir" mereka, yang mereka ambil dari keluarga Daud pada waktu sahur. Kemudian ketika mereka berhadapan dengan orang yang bengis dan keras, perkataan mereka adalah:
“Suatu tentera yang besar yang berada di sana dari golongan-golongan yang bersepadu, pasti akan dikalahkan." (QS Shaad : 11)
Mereka bertolak ke arah yang jelas, bergerak bersama sikap komitmen dengan ketaqwaan. Sumpah setia mereka adalah sebenar-benarnya, ketaatan mereka bukan dalam keadaan terpaksa tapi penuh kesedaran, pandangan mereka penuh perhitungan, wawasan pemikiran mereka luas dan tidak sempit.
Masing-masing berprinsip menjadi pendukung setia terhadap pemimpinnya, cita-cita mereka adalah bertemu dengan Rabb sebagai syuhada’.
Mereka memandang tanggungjawab syari'at sebagai :
a. Penyejuk mata.
b. Penyenang hati.
c. Penghidup ruh.
dan mencampakkan sistem ‘thaghut’ dan undang-undang yang bathil.
Para pejuang dakwah adalah yang sentiasa memerangi kehendak nafsu mereka. Hati mereka rindu pada ketaqwaan, merasa tenang dengan zikir. Mereka mengetahui bahwa jihad adalah aplikasi rahbaniyah Islam. Oleh kerananya mereka persiapkan diri dengan senjata, mereka hunus pedang serta bentangkan busur panah.
Mereka mengetahui bahwa roh-roh mereka akan kembali di antara penghuni kubur, mereka tinggalkan bangunan dunia, semangat mereka meninggi dan perilaku mereka menjadi lurus. Mereka adalah ‘junudullah’ (tentera Allah) di manapun mereka berada.
Mereka adalah para imam, pemberi petunjuk dan pemimpin kaum beriman. Mata mereka sering terjaga di waktu malam dan mata mereka kerap mengeluarkan air mata. Berbahagialah orang yang berada dan berpegang teguh bersama mereka.
Para pejuang dakwah sentiasa komited dengan seruan Rasulullah saw secara zahir dan batin. Mereka berpendirian sebagaimana Rasulullah saw berpendirian. Mereka berjalan sebagaimana Rasulullah saw berjalan. Mereka ridha dengan keridhaan Rasulullah saw. Menyambut seruannya bila Rasulullah saw menyeru mereka.
Landasan mazhab mereka adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah, meninggalkan hawa nafsu, bid'ah, berpegang teguh dengan para imam dan berqudwah pada para salaf. Meninggalkan perbuatan bid'ah, berpendirian di atas apa yang ditempuh para generasi awal dari para sahabat, pembela Islam, sumber keimanan mereka berintikan sikap ihsan.
Pengetahuan mereka murni mengambil dari haruman wahyu dan hadits Rasulullah saw.
Para pejuang dakwah yang meyakini bahwa :
1. Mempelajari ilmu ikhlas kerana Allah dapat melahirkan ‘khasyiah’ (ketakutan).
2. Menuntut ilmu merupakan ibadah.
3. Muzakarah mereka adalah tasbih.
Pembicaraan mereka adalah tentang "jihad".Mereka menuntut ilmu hingga terbukalah hijab yang menyelimuti hati mereka, hilang kegelapannya yang diganti dengan fajar tauhid dan terpancar di dalamnya matahari keyakinan.
Jalan di hadapan mereka menjadi terang benderang, malamnya laksana siang. Hati dan jiwa mereka bangkit memperolehi al-Haq, dan meninggalkan selainNya.
Terlepas dari semua kehendak (iradah) mereka. Yang terpatri dalam hati mereka hanya bara ‘khasyiyah’ (ketakutan) yang membakar.
Kerahsiaan mereka berhiaskan ‘Al-Haq’ dan keterbukaan mereka terhias oleh akhlak.
Ya Allah, berikanlah kekuatan untuk kami menghiasi diri dan membina ciri-ciri pejuang dakwah yang akan mewarisi tugas dakwah dan pembentukan serta tugas-tugas yang ditinggalkan atau diamanahkan oleh Rasulullah saw.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS