Manusia di muka bumi ini mempunyai misi yang jelas dan pasti iaitu misi yang merupakan tujuan asasi di mana ia diciptakan di atasnya.
Ada tiga (3) misi yang bersifat "Pemberian dari Allah" yang mesti dipikul oleh manusia :
PERTAMA : MISI UTAMA UNTUK BERIBADAH
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu". (QS Az-Zariaat : 56)
KEDUA : MISI FUNGSI SEBAGAI KHALIFAH
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami sentiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS Al Baqarah : 30)
KETIGA : MISI PENGOPERASIAN UNTUK MEMAKMURKAN BUMI ALLAH
"Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, kerana itu mohonlah ampunanNya, kemudian bertaubatlah kepadaNya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmatNya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." (QS Hud : 61)
Namun keberlangsungan dan kelestarian misi ini hanya akan dapat direalisasikan secara benar apabila manusia mahu mendengar dan mentaati risalah yang di bawa oleh para Rasul.
Namun secara haikikinya, tidak semua manusia mengikuti dan menerima seruan para Rasul, bahkan sebahagian besar dari manusia ini mendustakan dan mengingkari risalah Ilahiyah yang dibawa oleh mereka.
Allah swt berfirman :
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): `Sembahlah Allah (sahaja), dan jauhilah Thaghut itu', maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (QS An-Nahl: 36)
Maka, manusia yang mampu menterjemahkan tiga misi tersebut ke dalam bahasa :
a. Lisan.
b. Sikap.
c. Tindakan.
adalah manusia yang beriman kepada Allah swt.
Manusia yang sentiasa menyahut seruan dan perancangan rabbani dengan hanya mengucapkan kalimat ini :
"sami'naa wa atho'naa" iaitu "kami dengar dan kami taat".
Inilah syi'ar kehidupan manusia qur'ani dan rabbani iaitu hamba-hamba Allah yang akan dijanjikan kepada mereka "kekuasaan" di bumiNya.
Allah swt berfirman :
"Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan RasulNya agar Rasul mengadili di antara mereka ialah ucapan "Kami mendengar dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS An-Nur : 51)
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang soleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik." (QS An-Nur : 55)
Berdasarkan ayat-ayat di atas, kita boleh membuat kesimpulan bahwa umat Islamlah yang diberi beban amanah Ilahiyah dan yang sanggup melaksanakannya dalam seluruh dimensi kehidupan.
Maka umat Islamlah yang sepatutnya :
1. Memimpin dunia.
2. Berkewajiban mengajarkan manusia tentang sistem ilahiah.
3. Membimbing manusia untuk melakukan penerapan sistem Islam dalam kehidupan secara sepenuhnya sehingga mereka benar-benar mampu keluar dari kegelapan jahiliah menuju cahaya Islam.
Renungkan apa yang telah dikatakan oleh seorang Panglima tentera Islam, Rub'ie bin Amir kepada Rustum, panglima Parsi dalam perang Qadisiyah, ketika ia bertanya :
"Gerangan apakah yang membuatkan Kamu datang ke negeri kami?"
Lalu ia menjawab dengan kalimat ini :
"Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan manusia yang dikehendakiNya dari penghambaan hamba menuju pengabdian kepada Allah semata-mata, dari kesempitan dunia menuju keluasan dunia dan akhirat dan dari kezaliman agama-agama menuju keadilan Islam."
Oleh kerana itu, tugas ini bukanlah tugas yang ringan dan bersifat juzi'yyah atau sampingan tanpa disusuli dengan usaha-usaha yang maksima.
Namun tugas atau dakwah ini merupakan urusan yang besar dan agung iaitu urusan yang berkaitan dengan :
a. Pembentukan Syakshiah Islamiyah.
b. Kelestarian sistem-sistem Ilahiyah.
c. Kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.
Sayyid Qutb mengatakan dalam tafsirnya Fii Zhilaalil Qur'an :
"Barangsiapa menganggap ringan kewajiban (dakwah) ini, padahal ia merupakan kewajiban yang dapat mematahkan tulang punggung dan membuatkan orang gementar, maka ia tidak mampu melaksanakan secara berterusan kecuali atas pertolongan Allah. Ia tidak akan mampu memikul dakwah kecuali atas bantuan Allah swt dan tidak akan mampu teguh di atasnya kecuali dengan keikhlasan padaNya. Orang yang berada di jalan ini siangnya berpuasa, malamnya qiyam (solat) dan ucapannya penuh dengan zikir. Sungguh hidup dan matinya hanya untuk Allah Rabbal Alamin, yang tiada sekutu bagiNya."
Bagi menjayakan amanah yang agung ini, diperlukan manusia-manusia yang memiliki:
1. Iman yang kuat.
2. Keikhlasan yang tidak dicemari hawa nafsu.
3. Semangat yang membara.
4. Pengorbanan.
5. Amal yang berterusan.
sehingga nilai-nilai kebenaran Islam yang terdapat dalam kafilah dakwah benar-benar direalisasikan dan dapat dirasakan oleh semua manusia.
Imam Hasan Al-Banna dalam "Risalah kepada pemuda" berkata :
"Sungguh, fikrah ini boleh berjaya apabila ada iman yang kuat, keikhlasan yang penuh di jalannya, semangat yang membara dan adanya persiapan yang melahirkan pengorbanan dan amal untuk merealisasikannya. Dan hampir-hampir empat tiang penyangga ini (iman, ikhlas, semangat dan amal) merupakan karakteristik bagi para pemuda. Ini adalah kerana:
Ada tiga (3) misi yang bersifat "Pemberian dari Allah" yang mesti dipikul oleh manusia :
PERTAMA : MISI UTAMA UNTUK BERIBADAH
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu". (QS Az-Zariaat : 56)
KEDUA : MISI FUNGSI SEBAGAI KHALIFAH
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami sentiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS Al Baqarah : 30)
KETIGA : MISI PENGOPERASIAN UNTUK MEMAKMURKAN BUMI ALLAH
"Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, kerana itu mohonlah ampunanNya, kemudian bertaubatlah kepadaNya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmatNya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." (QS Hud : 61)
Namun keberlangsungan dan kelestarian misi ini hanya akan dapat direalisasikan secara benar apabila manusia mahu mendengar dan mentaati risalah yang di bawa oleh para Rasul.
Namun secara haikikinya, tidak semua manusia mengikuti dan menerima seruan para Rasul, bahkan sebahagian besar dari manusia ini mendustakan dan mengingkari risalah Ilahiyah yang dibawa oleh mereka.
Allah swt berfirman :
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): `Sembahlah Allah (sahaja), dan jauhilah Thaghut itu', maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (QS An-Nahl: 36)
Maka, manusia yang mampu menterjemahkan tiga misi tersebut ke dalam bahasa :
a. Lisan.
b. Sikap.
c. Tindakan.
adalah manusia yang beriman kepada Allah swt.
Manusia yang sentiasa menyahut seruan dan perancangan rabbani dengan hanya mengucapkan kalimat ini :
"sami'naa wa atho'naa" iaitu "kami dengar dan kami taat".
Inilah syi'ar kehidupan manusia qur'ani dan rabbani iaitu hamba-hamba Allah yang akan dijanjikan kepada mereka "kekuasaan" di bumiNya.
Allah swt berfirman :
"Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan RasulNya agar Rasul mengadili di antara mereka ialah ucapan "Kami mendengar dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS An-Nur : 51)
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang soleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik." (QS An-Nur : 55)
Berdasarkan ayat-ayat di atas, kita boleh membuat kesimpulan bahwa umat Islamlah yang diberi beban amanah Ilahiyah dan yang sanggup melaksanakannya dalam seluruh dimensi kehidupan.
Maka umat Islamlah yang sepatutnya :
1. Memimpin dunia.
2. Berkewajiban mengajarkan manusia tentang sistem ilahiah.
3. Membimbing manusia untuk melakukan penerapan sistem Islam dalam kehidupan secara sepenuhnya sehingga mereka benar-benar mampu keluar dari kegelapan jahiliah menuju cahaya Islam.
Renungkan apa yang telah dikatakan oleh seorang Panglima tentera Islam, Rub'ie bin Amir kepada Rustum, panglima Parsi dalam perang Qadisiyah, ketika ia bertanya :
"Gerangan apakah yang membuatkan Kamu datang ke negeri kami?"
Lalu ia menjawab dengan kalimat ini :
"Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan manusia yang dikehendakiNya dari penghambaan hamba menuju pengabdian kepada Allah semata-mata, dari kesempitan dunia menuju keluasan dunia dan akhirat dan dari kezaliman agama-agama menuju keadilan Islam."
Oleh kerana itu, tugas ini bukanlah tugas yang ringan dan bersifat juzi'yyah atau sampingan tanpa disusuli dengan usaha-usaha yang maksima.
Namun tugas atau dakwah ini merupakan urusan yang besar dan agung iaitu urusan yang berkaitan dengan :
a. Pembentukan Syakshiah Islamiyah.
b. Kelestarian sistem-sistem Ilahiyah.
c. Kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.
Sayyid Qutb mengatakan dalam tafsirnya Fii Zhilaalil Qur'an :
"Barangsiapa menganggap ringan kewajiban (dakwah) ini, padahal ia merupakan kewajiban yang dapat mematahkan tulang punggung dan membuatkan orang gementar, maka ia tidak mampu melaksanakan secara berterusan kecuali atas pertolongan Allah. Ia tidak akan mampu memikul dakwah kecuali atas bantuan Allah swt dan tidak akan mampu teguh di atasnya kecuali dengan keikhlasan padaNya. Orang yang berada di jalan ini siangnya berpuasa, malamnya qiyam (solat) dan ucapannya penuh dengan zikir. Sungguh hidup dan matinya hanya untuk Allah Rabbal Alamin, yang tiada sekutu bagiNya."
Bagi menjayakan amanah yang agung ini, diperlukan manusia-manusia yang memiliki:
1. Iman yang kuat.
2. Keikhlasan yang tidak dicemari hawa nafsu.
3. Semangat yang membara.
4. Pengorbanan.
5. Amal yang berterusan.
sehingga nilai-nilai kebenaran Islam yang terdapat dalam kafilah dakwah benar-benar direalisasikan dan dapat dirasakan oleh semua manusia.
Imam Hasan Al-Banna dalam "Risalah kepada pemuda" berkata :
"Sungguh, fikrah ini boleh berjaya apabila ada iman yang kuat, keikhlasan yang penuh di jalannya, semangat yang membara dan adanya persiapan yang melahirkan pengorbanan dan amal untuk merealisasikannya. Dan hampir-hampir empat tiang penyangga ini (iman, ikhlas, semangat dan amal) merupakan karakteristik bagi para pemuda. Ini adalah kerana:
a. Asas keimanan adalah nurani yang menyala.
b. Asas keikhlasan adalah hati yang bertaqwa.
c. Asas semangat adalah perasaan yang menggelora.
d. Asas amal adalah kemahuan yang kuat."
KEPENTINGAN BERDAKWAH
Berdakwah adalah suatu tugas yang bertujuan dan berorientasi kepada :
1. Perbaikan individu muslim.
2. Pembentukan keluarga muslim.
3. Pembinaan masyarakat Islam.
4. Pembebasan tanah air dari penguasaan asing.
5. Pengishlahan pemerintah agar menjadi pemerintahan Islam yang sentiasa memperhatikan kemaslahatan umat.
6. Menjadi "ustaziatul `alam" (pelopor dunia).
yang juga merupakan penerusan dari risalah para Nabi dan Rasul di mana setiap Rasul berkewajiban mendakwahkan apa-apa yang telah diterimanya sebagai wahyu dari Allah kepada umatnya. Ia mesti menyampaikan risalah Ilahiyah ini dengan penuh :
a. Amanah.
b. Kejujuran.
c. Kecerdasan.
d. Kesabaran.
di tengah-tengah masyarakatnya.
Allah swt berfirman :
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):"Sembahlah Allah (sahaja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (QS An-Nahl : 36)
"Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa khabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izinNya dan untuk jadi cahaya yang menerangi". (QS Al-Ahzab : 45-46)
Berdakwah juga merupakan kewajiban syar'ie yang mesti dilakukan oleh setiap umat Islam berdasarkan beberapa dalil berikut ini :
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung". (QS Ali Imran : 104)
Ayat ini secara jelas menunjukkan wajibnya berdakwah, kerana ada "lam amr" pada kalimat "wal takun".
Begitu juga Rasulullah saw bersabda :
"Sampaikanlah dariku meskipun satu ayat."
Hadits ini secara eksplisit mengisyaratkan bahwa setiap muslim mesti menyampaikan apa-apa yang telah di bawa oleh Rasulullah saw kepada seluruh manusia, walaupun hanya satu ayat ataupun satu hadits.
"Mengapa orang-orang alim mereka, pendita-pendita mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu." (QS Al-Maidah : 63)
Ibnu Jarir at-Thabari meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa ia berkata :
"Tidak ada di dalam Al-Qur'an suatu ayat yang lebih keras mengolok-olok daripada ayat ini." (Tafsir Ibnu Jarir).
Sedangkan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Yahya bin Ya'mar, ia berkata :
"Ali bin Abi Thalib pernah berkhutbah, setelah memuji Allah dan menyanjungNya, ia berkata ;
"Wahai manusia, sesungguhnya umat sebelum kamu itu hancur disebabkan mereka berbuat maksiat sedangkan orang-orang alim dan para pendita mereka tidak melarangnya sampai akhirnya ditimpa siksa di saat mereka terus menerus asyik dalam kemaksiatannya. Oleh kerana itu, perintahkanlah mereka untuk berbuat ma'ruf dan cegahlah mereka dari kemungkaran sebelum turun azab seperti yang turun kepada mereka. Ketahuilah bahwasanya amar ma'ruf dan nahi mungkar itu tidak akan memutuskan rezeki dan tidak pula mendekatkan ajal." (Tafsir Ibnu
Katsir)
Berkaitan dengan masalah ini, Allah juga menggambarkan fenomena masyarakat mu'min yang sentiasa melakukan kerjasama dan amar ma'ruf nahi munkar di antara mereka.
Allah swt berfirman :
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan solat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS At-Taubah : 71)
Sebagaimana dakwah itu merupakan kewajiban syar'ie, ia juga merupakan keperluan masyarakat kerana hanya dengan dakwahlah :
a. Masyarakat mampu memahami nilai-nilai kebenaran Islam.
b. Mampu membezakan antara yang hak dan yang batil.
c. Mereka dapat melaksanakan ajaran Islam ini melalui sentuhan lembut tangan para pendakwah yang bijak, para penunjuk jalan yang teguh dan para mubaligh yang sabar.
Dakwah merupakan :
1. Muara segala kebaikan.
2. Benteng penangkal siksa.
3. Jentera yang menghantarkan doa para hamba naik ke langit kepada Rabbnya.
Rasulullah saw bersabda :
"Demi Zat yang mana jiwaku ada pada TanganNya, sungguh kamu mesti melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar atau Allah akan menimpakan kepada kamu azab, kemudian kamu berdoa maka doa itu tidak akan dikabulkan." (HR Tirmizi)
Jadi, jelaslah bahwasanya setiap muslim yang sedar dengan identitinya, ia mesti mengambil bahagian dalam memikul amanah dakwah ini.
b. Asas keikhlasan adalah hati yang bertaqwa.
c. Asas semangat adalah perasaan yang menggelora.
d. Asas amal adalah kemahuan yang kuat."
KEPENTINGAN BERDAKWAH
Berdakwah adalah suatu tugas yang bertujuan dan berorientasi kepada :
1. Perbaikan individu muslim.
2. Pembentukan keluarga muslim.
3. Pembinaan masyarakat Islam.
4. Pembebasan tanah air dari penguasaan asing.
5. Pengishlahan pemerintah agar menjadi pemerintahan Islam yang sentiasa memperhatikan kemaslahatan umat.
6. Menjadi "ustaziatul `alam" (pelopor dunia).
yang juga merupakan penerusan dari risalah para Nabi dan Rasul di mana setiap Rasul berkewajiban mendakwahkan apa-apa yang telah diterimanya sebagai wahyu dari Allah kepada umatnya. Ia mesti menyampaikan risalah Ilahiyah ini dengan penuh :
a. Amanah.
b. Kejujuran.
c. Kecerdasan.
d. Kesabaran.
di tengah-tengah masyarakatnya.
Allah swt berfirman :
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):"Sembahlah Allah (sahaja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (QS An-Nahl : 36)
"Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa khabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izinNya dan untuk jadi cahaya yang menerangi". (QS Al-Ahzab : 45-46)
Berdakwah juga merupakan kewajiban syar'ie yang mesti dilakukan oleh setiap umat Islam berdasarkan beberapa dalil berikut ini :
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung". (QS Ali Imran : 104)
Ayat ini secara jelas menunjukkan wajibnya berdakwah, kerana ada "lam amr" pada kalimat "wal takun".
Begitu juga Rasulullah saw bersabda :
"Sampaikanlah dariku meskipun satu ayat."
Hadits ini secara eksplisit mengisyaratkan bahwa setiap muslim mesti menyampaikan apa-apa yang telah di bawa oleh Rasulullah saw kepada seluruh manusia, walaupun hanya satu ayat ataupun satu hadits.
"Mengapa orang-orang alim mereka, pendita-pendita mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu." (QS Al-Maidah : 63)
Ibnu Jarir at-Thabari meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa ia berkata :
"Tidak ada di dalam Al-Qur'an suatu ayat yang lebih keras mengolok-olok daripada ayat ini." (Tafsir Ibnu Jarir).
Sedangkan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Yahya bin Ya'mar, ia berkata :
"Ali bin Abi Thalib pernah berkhutbah, setelah memuji Allah dan menyanjungNya, ia berkata ;
"Wahai manusia, sesungguhnya umat sebelum kamu itu hancur disebabkan mereka berbuat maksiat sedangkan orang-orang alim dan para pendita mereka tidak melarangnya sampai akhirnya ditimpa siksa di saat mereka terus menerus asyik dalam kemaksiatannya. Oleh kerana itu, perintahkanlah mereka untuk berbuat ma'ruf dan cegahlah mereka dari kemungkaran sebelum turun azab seperti yang turun kepada mereka. Ketahuilah bahwasanya amar ma'ruf dan nahi mungkar itu tidak akan memutuskan rezeki dan tidak pula mendekatkan ajal." (Tafsir Ibnu
Katsir)
Berkaitan dengan masalah ini, Allah juga menggambarkan fenomena masyarakat mu'min yang sentiasa melakukan kerjasama dan amar ma'ruf nahi munkar di antara mereka.
Allah swt berfirman :
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan solat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS At-Taubah : 71)
Sebagaimana dakwah itu merupakan kewajiban syar'ie, ia juga merupakan keperluan masyarakat kerana hanya dengan dakwahlah :
a. Masyarakat mampu memahami nilai-nilai kebenaran Islam.
b. Mampu membezakan antara yang hak dan yang batil.
c. Mereka dapat melaksanakan ajaran Islam ini melalui sentuhan lembut tangan para pendakwah yang bijak, para penunjuk jalan yang teguh dan para mubaligh yang sabar.
Dakwah merupakan :
1. Muara segala kebaikan.
2. Benteng penangkal siksa.
3. Jentera yang menghantarkan doa para hamba naik ke langit kepada Rabbnya.
Rasulullah saw bersabda :
"Demi Zat yang mana jiwaku ada pada TanganNya, sungguh kamu mesti melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar atau Allah akan menimpakan kepada kamu azab, kemudian kamu berdoa maka doa itu tidak akan dikabulkan." (HR Tirmizi)
Jadi, jelaslah bahwasanya setiap muslim yang sedar dengan identitinya, ia mesti mengambil bahagian dalam memikul amanah dakwah ini.
Apalagi kalau di kalangan kita sebagai pemuda atau orang tua yang berjiwa muda, ia mesti bersikap dinamik membangun jaringan dakwah dan pro-aktif untuk ikut serta memperbaiki masyarakatnya.
Imam Syafi'ie dalam antologi puisinya berkata :
"Siapa yang tidak mahu ta'lim (dakwah / membina) pada masa mudanya, maka takbirkan kepadanya empat kali takbir. Kerana ia telah mati (sebelum ia mati)."
Begitu juga Imam Hasan Al-Banna menginginkan manusia-manusia yang kuat dari kalangan pemuda atau orang tua yang berjiwa muda sahaja dalam memikul amanah dakwah yang berat ini.
Dalam risalah "Dakwah kami di era baru" beliau berkata :
"Kami menginginkan :
a. Jiwa-jiwa yang hidup, kuat dan teguh.
b. Hati-hati yang segar serta semangat berkobar-kobar.
c. Emosi-emosi yang membara dan menggelora.
d. Ruh-ruh yang memiliki sikap optimis serta melihat jauh ke depan yang merindukan wujudnya nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang mulia."
Maka oleh sebab itu, setiap ucapan, gerakan dan tindakan seorang aktivis yang telah bergabung dalam dakwah ini mesti benar-benar mencerminkan nilai-nilai Islam dan mesti mampu menjadi tarikan Islam di tengah-tengah masyarakatnya.
Ya Allah, bantulah kami untuk kami mampu merealisasikan tiga misi utama kehadiran kami di dunia ini. Jadikanlah kami pemikul-pemikul risalahMu yang menerangkan kepada seluruh manusia akan keunggulan risalah Islam ini, memimpin dunia dan membimbing manusia untuk menerapkan sistem Islam dalam setiap aspek kehidupan manusia.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
Imam Syafi'ie dalam antologi puisinya berkata :
"Siapa yang tidak mahu ta'lim (dakwah / membina) pada masa mudanya, maka takbirkan kepadanya empat kali takbir. Kerana ia telah mati (sebelum ia mati)."
Begitu juga Imam Hasan Al-Banna menginginkan manusia-manusia yang kuat dari kalangan pemuda atau orang tua yang berjiwa muda sahaja dalam memikul amanah dakwah yang berat ini.
Dalam risalah "Dakwah kami di era baru" beliau berkata :
"Kami menginginkan :
a. Jiwa-jiwa yang hidup, kuat dan teguh.
b. Hati-hati yang segar serta semangat berkobar-kobar.
c. Emosi-emosi yang membara dan menggelora.
d. Ruh-ruh yang memiliki sikap optimis serta melihat jauh ke depan yang merindukan wujudnya nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang mulia."
Maka oleh sebab itu, setiap ucapan, gerakan dan tindakan seorang aktivis yang telah bergabung dalam dakwah ini mesti benar-benar mencerminkan nilai-nilai Islam dan mesti mampu menjadi tarikan Islam di tengah-tengah masyarakatnya.
Ya Allah, bantulah kami untuk kami mampu merealisasikan tiga misi utama kehadiran kami di dunia ini. Jadikanlah kami pemikul-pemikul risalahMu yang menerangkan kepada seluruh manusia akan keunggulan risalah Islam ini, memimpin dunia dan membimbing manusia untuk menerapkan sistem Islam dalam setiap aspek kehidupan manusia.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS