Dengan kedatangan tahun baru Hijrah, sudah selayaknya kaum muslimin melakukan penilaian dan introspeksi diri akan perjalanan sejarahnya sebagai sebuah umat.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi, Rasulullah saw telah meramalkan bahwa perjalanan sejarah umat Islam akan diiringi dengan silih bergantinya pola kepimpinan yang berlaku dari suatu fasa ke fasa yang lain.
Berdasarkan hadits tersebut, ada lima fasa perjalanan sejarah umat Islam dengan lima pola kepimpinan sejak awal Rasulullah saw diangkat sebagai Rasul Akhir Zaman tersebut diutus
sehingga datangnya hari Kiamat.
Hadits yang dimaksudkan itu adalah seperti berikut :
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi, Rasulullah saw telah meramalkan bahwa perjalanan sejarah umat Islam akan diiringi dengan silih bergantinya pola kepimpinan yang berlaku dari suatu fasa ke fasa yang lain.
Berdasarkan hadits tersebut, ada lima fasa perjalanan sejarah umat Islam dengan lima pola kepimpinan sejak awal Rasulullah saw diangkat sebagai Rasul Akhir Zaman tersebut diutus
sehingga datangnya hari Kiamat.
Hadits yang dimaksudkan itu adalah seperti berikut :
Berdasarkan hadits di atas, ini bererti umat Islam ketika ini sedang menjalani fasa keempat perjalanan sejarahnya.
Beberapa fasa sejarah yang telah berlalu dan telah ditinggalkan oleh Umat Islam adalah seperti berikut :
FASA PERTAMA :
Beberapa fasa sejarah yang telah berlalu dan telah ditinggalkan oleh Umat Islam adalah seperti berikut :
FASA PERTAMA :
Kepimpinan secara terus Nabi Muhammad saw hingga baginda wafat.
FASA KEDUA :
FASA KEDUA :
Fasa kepimpinan para khalifah yang berpegang teguh kepada manhaj (cara / metod / sistem) Kenabian di mana kita lihat munculnya para Khulafa’ Ar-Rasyidin (Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Al Khattab, Othman bin 'Affan dan Ali bin Abi Talib radhiyallahu 'anhum).
FASA KETIGA :
FASA KETIGA :
Itulah fasa kepimpinan yang berlaku sejak era Mu’awiyah bin Abi Sufyan ra, ketika ia mengambil baiah untuk anaknya Yazid bin Mu’awiyah padahal waktu itu Mu’awiyah masih hidup.
Kerajaan yang diwariskan menjadi milik Bani Umayyah, lalu kemudiannya menjadi milik daulah Abbasiyah sehingga selesai, kemudian daulah Mamluk sehingga ke daulah Utsmaniyah.
Pada fasa ketiga ini, sistem yang berjalan secara formal masih boleh dikatakan sistem Islam, hanya sahaja pola kepimpinannya sangat bergantung kepada peribadi Khalifah atau Sultannya. Bila mana ia seorang yang adil seperti Umar bin Abdul Aziz, maka keadilannya sangat terasa oleh masyarakat umum. Tidak sedikit juga wujudnya para Sultan zalim yang berkuasa di fasa ketiga tersebut.
Daulah Utsmaniyah kemudiannya berakhir di tangan seorang pemimpin tentera yang sekular iaitu Mustafa Kamal Ataturk di mana negara-negara Eropah berperanan besar dalam menjatuhkan daulah Utsmaniyah, sehingga khilafah Utsmaniyah runtuh pada bulan Mac 1924.
Namun suatu yang pasti adalah ketiga-tiga fasa terdahulu itu secara nyatanya telah ditinggalkan oleh umat Islam.
FASA KEEMPAT :
Kemudian tibalah umat ini ke dalam fasa keempat, iaitu fasa kepimpinan para penguasa yang memaksakan kehendak mereka dan mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya.
Inilah fasa yang sedang dialami oleh umat Islam dewasa ini. Tidak ada lagi kepimpinan yang benar-benar mengembalikan segenap urusannya kepada rujukan utama umat, iaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Bahkan umat Islam tidak lagi berada dalam suatu jama'ah tunggal dengan kepimpinan tunggal atau Imam.
Ketika masih berada di fasa pertama, kedua dan ketiga, umat Islam masih merasakan sistem kepimpinan yang secara formalnya berlandaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah sehingga pada saat-saat akhir fasa ketiga sebelumnya, dunia masih menyaksikan hadirnya "Jama'atul Muslimin" dengan Imam tunggal yang menaungi seluruh umat Islam tersebut.
Namun setelah beberapa waktu berlalu, keutuhan persatuan umat Islam kian melemah sehingga pada akhirnya terpecahlah entiti "Jama'atul Muslimin" tersebut.
Kemuncaknya pada tahun 1924 secara rasminya dibubarkanlah sistem Kekhalifahan dan mulailah umat Islam hidup dengan keadaan terpecah-pecah dalam "nation-states" (negara berdasarkan kebangsaan / fahaman nasionalisma) masing-masing. Maka mulailah umat Islam hidup tanpa kejelasan "Jama'atul Muslimin wa Imaamuhum" (Jamaah muslimin dan Imam mereka).
Kemudian tibalah umat ini ke dalam fasa keempat, iaitu fasa kepimpinan para penguasa yang memaksakan kehendak mereka dan mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya.
Inilah fasa yang sedang dialami oleh umat Islam dewasa ini. Tidak ada lagi kepimpinan yang benar-benar mengembalikan segenap urusannya kepada rujukan utama umat, iaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Bahkan umat Islam tidak lagi berada dalam suatu jama'ah tunggal dengan kepimpinan tunggal atau Imam.
Ketika masih berada di fasa pertama, kedua dan ketiga, umat Islam masih merasakan sistem kepimpinan yang secara formalnya berlandaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah sehingga pada saat-saat akhir fasa ketiga sebelumnya, dunia masih menyaksikan hadirnya "Jama'atul Muslimin" dengan Imam tunggal yang menaungi seluruh umat Islam tersebut.
Namun setelah beberapa waktu berlalu, keutuhan persatuan umat Islam kian melemah sehingga pada akhirnya terpecahlah entiti "Jama'atul Muslimin" tersebut.
Kemuncaknya pada tahun 1924 secara rasminya dibubarkanlah sistem Kekhalifahan dan mulailah umat Islam hidup dengan keadaan terpecah-pecah dalam "nation-states" (negara berdasarkan kebangsaan / fahaman nasionalisma) masing-masing. Maka mulailah umat Islam hidup tanpa kejelasan "Jama'atul Muslimin wa Imaamuhum" (Jamaah muslimin dan Imam mereka).
Pemerintahan tersebut secara realitinya adalah pemerintahan diktator, meskipun secara namanya masih berupa kerajaan yang diwariskan.
Kekuasaan sepenuhnya digenggam oleh pemerintah-pemerintah diktator tersebut dengan berbagai cara seperti berikut :
PERTAMA :
Menggunakan pihak keselamatan yang kuat bagi menjaga kekuasaannya.
KEDUA :
Menekan dan cuba menghapuskan pimpinan pembangkang.
KETIGA :
Menggunakan media massa dan para wartawan untuk ‘mencetak’ (membentuk) akal pemikiran rakyat sesuai dengan kehendak para penguasa, suatu cara yang boleh disebut sebagai ‘operasi pencucian otak’.
Mereka memenuhi otak rakyat dengan pemikiran-pemikiran yang mendukung para penguasa atau melalaikan rakyat dari agama Allah dan permasaalahan umat yang paling menentukan nasib mereka, iaitu media massa memberikan bahagian yang sangat besar untuk aspek seni, olahraga, musik, lawak jenaka dan seterusnya.
KEEMPAT :
Peranan para tokoh agama yang berubah menjadi para pegawai pemerintah dan berperanan seperti para pendita yang menganggap para penguasa sebagai suci.
Ketika melihat kemungkaran, mereka memegang prinsip :
‘Saya tidak melihat, tidak mendengar dan tidak mengatakan’.
Mereka tidak berperanan sebagai :
a. Tokoh iman yang mengingkari kemungkaran penguasa dan meluruskan kekeliruannya.
b. Pemimpin umat yang mengembalikan hak-hak umat yang hilang.
Di antara metod terpenting para penguasa diktator tersebut adalah mengikuti kemahuan Barat di bidang politik dan ketenteraan dengan mencampakkan persoalan Palestin dari realiti perjuangan mereka kerana mereka semua sibuk menjalin perdamaian dengan Israel.
FASA AKHIR KEEMPAT
Kini nasib para pemerintah diktator ini mulai goyang dan mengalami keruntuhan dengan dimulai revolusi rakyat di Tunisia, Libya dan kemudian merebak ke Mesir. Kemudian berlaku demonstrasi dan pertempuran di Bahrain, Yaman, Syria dan lain-lain. Semuanya berlaku secara berentetan dengan kecepatan yang mengkagumkan. Semuanya memiliki kemiripan dan beraksi secara cepat.
Kita tidak melihat ada penafsiran di atas berbagai peristiwa ini yang lebih jujur dari penafsiran Nabi saw yang telah memberitahukan kepada kita bahwa pemerintahan diktator akan menguasai umat ini selama masa yang Allah kehendaki. Allah kemudiannya akan mengangkatnya jika Allah telah menghendakinya.
Kini kita melihat dengan jelas permulaan hilangnya pemerintahan diktator dengan izin Allah. Jika pemerintahan diktator telah hilang, niscaya ianya akan digantikan oleh fasa khilafah yang berjalan di atas minhaj (metod) kenabian seperti yang telah diberitahukan oleh Rasulullah saw.
Namun di sana ada pertanyaan yang akan kita ringkas sebagai berikut :
Apakah “khilafah ‘ala minhaj nubuwah” yang disebutkan dalam hadits tersebut adalah kekhalifahan Imam Mahdi ataukah khilafah sebelum Imam Mahdi yang akan tegak, kemudian jatuh, baru setelah itu muncul imam Mahdi?
Masing-masing kemungkinan itu boleh sahaja berlaku kerana Nabi saw dalam sebuah riwayat hadits memberitahukan kepada kita tentang Imam Mahdi:
“Ketika seorang khalifah meninggal, maka berlaku perselisihan sehingga seorang laki-laki penduduk Madinah melarikan diri ke Makkah. Maka beberapa orang soleh penduduk Makkah mengeluarkannya dan membaiahnya di antara rukun Yamani dan Maqam Ibrahim, padahal ia tidak suka dibaiah…” (HR Abu Daud, Ahmad dan Ath-Thabarani)
Hadits-hadits yang lain telah menafsirkan bahwa orang yang berlindung di Ka’bah adalah Imam Mahdi yang akan dibaiah di antara Rukun Yamani dan Maqam Ibrahim, padahal ia tidak ingin dibaiah.
Zahir hadits tersebut menunjukkan bahwa sebelum kemunculan Imam Mahdi, akan tegak khilafah. Perkara ini dikuatkan oleh hadits lain yang menyebutkan peristiwa sebelum kemunculan Imam Mahdi :
“Akan berperang di sisi perbendaharaan kekayaan kamu tiga belah pihak, yang mereka semua adalah anak seorang khalifah, namun perbendaharaan kekayaan tersebut akhirnya tidak berhasil dikuasai oleh salah seorang pun di antara ketiganya…” (HR Ibnu Majah)
Perkara yang penting untuk disebutkan di sini adalah :
PERTAMA :
Kita diperintahkan untuk melaksanakan perkara yang menyangkut syariat, bukan menceritakan berita yang berkait dengan syariat. Perkara yang menyangkut syariat adalah menjalankan perintah Allah dan perintah Rasulullah saw atau menjauhi larangan Allah dan larangan Rasulullah saw. Tugas kita adalah mentaatinya dan melaksanakannya. Inilah inti tugas syariat.
Adapun berita syariat bahwa zaman sekarang ini yang akan memenuhi perkara syariat Allah atau ia tidak mewujudkan perkara syariat Allah, maka perkara itu bukan menjadi tugas kita secara kewajiban syariat.
Kewajiban syariat yang Allah tugaskan kepada kita adalah :
1. Menegakkan Deen Allah di muka bumi.
2. Berusaha menegakkan Khilafah Islamiyah ‘ala minhaj nubuwwah.
3. Berusaha untuk memperjuangkan Deen Allah.
“Jika kamu menolong (Deen) Allah, niscaya Dia akan menolong kamu dan meneguhkan kedudukan kamu.” (QS Muhammad : 7)
KEDUA :
Kita semua telah memahami apa yang telah disebutkan oleh Nabi saw tentang beberapa fasa bentuk pemerintahan yang akan dialami oleh umat Islam agar menjadi jelas bagi kita kebenaran dan nubuwah Nabi saw.
Ini adalah kerana :
a. Apa yang baginda saw sebutkan benar-benar berlaku dan masih terus berlaku.
b. Agar kita membantu usaha-usaha kaum muslimin yang ikhlas untuk menegakkan Deen Allah di muka bumi dan meninggikan syariat Allah sebagai hukum tertinggi ke atas seluruh rakyat.
PANDANGAN KE HADAPAN
Dalam sebuah hadits yang lain, Rasulullah saw pernah ditanya oleh sahabat Huzaifah Ibnul Yaman mengenai keadaan yang bakal menimpa umat Islam di masa depan.
Subhanallah...! Huzaifah rupa-rupanya memiliki pandangan "futuristic" (jauh melangkau ke masa depan).
Beliau cukup khuatir memikirkan akan nasib jatuh-bangun umat Islam sehingga beliau bertanya kepada Nabi saw apakah umat Islam akan berada dalam keadaan yang baik dan stabil atau tidak.
Nabi saw berkata tidak.
Maka Huzaifah pun memohon arahan Nabi saw apa yang mesti dilakukan ketika keadaan umat Islam makin merosot.
Maka Nabi saw menyuruh agar berpegang teguh kepada "Jama'atul Muslimin wa Imaamuhum" (Jamaah Muslimin dan Imam mereka).
Namun sahabat Huzaifah yang terkenal cerdas terus mendesak Nabi saw dengan pertanyaan berikutnya. Bagaimana jika pada masa tertentu tidak wujud "Jama'atul Muslimin wa Imaamuhum..?
Maka Nabi saw menyuruh agar umat menjauhi segenap "firqah" (kelompok) yang ada walaupun itu bererti mesti hidup secara istiqamah dalam keadaan susah-payah.
Hadits tersebut adalah berbunyi seperti berikut :
"Dari Huzaifah Ibnul Yaman ra berkata:
Manusia bertanya kepada Rasulullah saw tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada baginda tentang keburukan kerana khuatir jangan-jangan ia menimpaku.
Maka aku bertanya; Wahai Rasulullah, sebelumnya kita berada di zaman Jahiliah dan keburukan, kemudian Allah mendatangkan kebaikan ini.
Apakah setelah ini ada keburukan?
Beliau bersabda: `Ada'.
Aku bertanya: Apakah setelah keburukan itu akan datang kebaikan?
Beliau bersabda: "Ya, akan tetapi di dalamnya ada dakhanun".
Aku bertanya: Apakah dakhanun itu?
Beliau menjawab: "Suatu kaum yang mensunnahkan selain sunnahku dan memberi petunjuk dengan selain petunjukku. Jika engkau menemui mereka maka ingkarilah".
Aku bertanya: Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?
Beliau bersabda: "Ya", pendakwah-pendakwah yang mengajak ke pintu Jahannam. Barang siapa yang menyahutnya, maka akan dilemparkan ke dalamnya.
Aku bertanya: Wahai Rasulullah, berikan ciri-ciri mereka kepadaku.
Beliau bersabda: "Mereka mempunyai kulit seperti kita dan berbahasa dengan bahasa kita".
Aku bertanya: Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemuinya?
Beliau bersabda: "Berpegang teguhlah pada Jama'ah Muslimin dan imam mereka".
Aku bertanya: "Bagaimana jika tidak ada jama'ah mahupun imamnya?"
Beliau bersabda: "Hindarilah semua firqah itu, walaupun dengan menggigit pohon hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu". (HR Bukhari
dan Muslim)
Hadits di atas jelas memberitahukan akan datang suatu zaman kepada umat Islam di mana "Jamaatul Muslimin" tidak muncul di tengah kehidupan umat Islam.
Seandainya ketidakmunculan itu mustahil, niscaya Rasulullah saw akan menjelaskannya kepada Huzaifah namun Rasulullah saw justeru mengakui berlakunya keadaan tersebut dan mengarahkan Huzaifah agar menggigit akar pohon (Islam) dalam menghadapi suasana tidak adanya "Jamaatul Muslimin" dam imam mereka.
Kalau kita mengkaji secara mendalam, bukankah keadaan umat Islam ketika ini sangat mirip dengan apa yang digambarkan oleh hadits di atas khususnya dalam perkara-perkara berikut :
PERTAMA : Tidak ada "Jama'atul Muslimin" dan Imam tunggal yang memimpin umat Islam.
Ini bererti, ketika ini yang ada hanyalah "Jama'atun minal muslimin" (kelompok jama'ah dari sebahagian umat Islam) dengan pemimpin masing-masing yang tidak dapat dikoordinasi dan dikonsolidasi. Masing-masing memandang kelompoknya sebagai yang paling layak diikuti.
Penyakit "ta'assub" (fanatik kepada kelompok) merebak dengan suburnya.
Bahkan tidak sedikit kelompok yang memandang jama'ahnya sahaja yang benar dan yang lainnya salah. Malah lebih jauh daripada itu, ada yang sampai sanggup mengkafirkan segenap umat Islam di luar kelompok jama'ahnya.
Ustaz Hussain Bin Muhammad Bin Ali Jabir dalam bukunya "Menuju Jama'atul Muslimin" berkata :
"Sebenarnya kelompok pengamal Islam (aktivis Islam) itu adalah "Jama'atun minal muslimin" (jamaah dari sebahagian kaum muslimin) dan bukan "Jamaatul Muslimin" atau "Jamaatul `Umm" (Jamaah Induk), kerana kaum muslimin sekarang ini tidak mempunyai Jamaah ataupun Imam.
Berdasarkan penelitian terhadap pandangan Imam As Syatibi di dalam kitabnya "Al I'tisham", kami merumuskan bahwa "Jamaatul Muslimin" adalah jamaah "ahlul hal wal aqdi" apabila menyepakati seorang khalifah umat dan umat pun mengikuti mereka.”
Dengan kata lain, bahwa yang disebut "Jamaatul Muslimin" adalah yang tergabung di dalamnya seluruh kaum muslimin yang mempunyai Imam atau khalifah yang melaksanakan hukum-hukum Allah.
Adapun jamaah yang bekerja untuk mengembalikan daulah dan khilafah, mereka adalah "Jamaatun minal muslimin" yang wajib saling tolong menolong dalam urusannya dan menghilangkan perselisihan yang ada di antara individu supaya ada kesepakatan di bawah kalimat yang lurus dalam naungan kalimat tauhid.
Oleh kerana pemerintahan Islam secara umum dalam bentuk "Jamaatul muslimin" tidak wujud di dunia ketika ini maka usaha mewujudkannya adalah Fardhu 'ain bagi umat Islam seluruhnya sehingga ia tegak.
Ia merupakan tuntutan zaman sehingga pemerintahan tersebut tegak sebagaimana sebuah kaedah fiqh menyebut :
"Sesuatu yang tidak akan sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya, maka sesuatu itu menjadi wajib."
Keruntuhan Islam dengan dimulai dengan hilangnya sistem khilafah di dunia Islam memberi suatu pukulan politik terhadap kaum muslimin.
Dunia Islam ibarat kebun yang penuh dengan tanaman yang subur dan bunga-bungaan yang indah tetapi tanpa pagar pelindung dan penjaga kebun yang bertanggungjawab.
Keadaan ini sesuai dengan apa yang di isyaratkan oleh Rasulullah saw :
Dalam sebuah hadits yang lain, Rasulullah saw pernah ditanya oleh sahabat Huzaifah Ibnul Yaman mengenai keadaan yang bakal menimpa umat Islam di masa depan.
Subhanallah...! Huzaifah rupa-rupanya memiliki pandangan "futuristic" (jauh melangkau ke masa depan).
Beliau cukup khuatir memikirkan akan nasib jatuh-bangun umat Islam sehingga beliau bertanya kepada Nabi saw apakah umat Islam akan berada dalam keadaan yang baik dan stabil atau tidak.
Nabi saw berkata tidak.
Maka Huzaifah pun memohon arahan Nabi saw apa yang mesti dilakukan ketika keadaan umat Islam makin merosot.
Maka Nabi saw menyuruh agar berpegang teguh kepada "Jama'atul Muslimin wa Imaamuhum" (Jamaah Muslimin dan Imam mereka).
Namun sahabat Huzaifah yang terkenal cerdas terus mendesak Nabi saw dengan pertanyaan berikutnya. Bagaimana jika pada masa tertentu tidak wujud "Jama'atul Muslimin wa Imaamuhum..?
Maka Nabi saw menyuruh agar umat menjauhi segenap "firqah" (kelompok) yang ada walaupun itu bererti mesti hidup secara istiqamah dalam keadaan susah-payah.
Hadits tersebut adalah berbunyi seperti berikut :
"Dari Huzaifah Ibnul Yaman ra berkata:
Manusia bertanya kepada Rasulullah saw tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada baginda tentang keburukan kerana khuatir jangan-jangan ia menimpaku.
Maka aku bertanya; Wahai Rasulullah, sebelumnya kita berada di zaman Jahiliah dan keburukan, kemudian Allah mendatangkan kebaikan ini.
Apakah setelah ini ada keburukan?
Beliau bersabda: `Ada'.
Aku bertanya: Apakah setelah keburukan itu akan datang kebaikan?
Beliau bersabda: "Ya, akan tetapi di dalamnya ada dakhanun".
Aku bertanya: Apakah dakhanun itu?
Beliau menjawab: "Suatu kaum yang mensunnahkan selain sunnahku dan memberi petunjuk dengan selain petunjukku. Jika engkau menemui mereka maka ingkarilah".
Aku bertanya: Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?
Beliau bersabda: "Ya", pendakwah-pendakwah yang mengajak ke pintu Jahannam. Barang siapa yang menyahutnya, maka akan dilemparkan ke dalamnya.
Aku bertanya: Wahai Rasulullah, berikan ciri-ciri mereka kepadaku.
Beliau bersabda: "Mereka mempunyai kulit seperti kita dan berbahasa dengan bahasa kita".
Aku bertanya: Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemuinya?
Beliau bersabda: "Berpegang teguhlah pada Jama'ah Muslimin dan imam mereka".
Aku bertanya: "Bagaimana jika tidak ada jama'ah mahupun imamnya?"
Beliau bersabda: "Hindarilah semua firqah itu, walaupun dengan menggigit pohon hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu". (HR Bukhari
dan Muslim)
Hadits di atas jelas memberitahukan akan datang suatu zaman kepada umat Islam di mana "Jamaatul Muslimin" tidak muncul di tengah kehidupan umat Islam.
Seandainya ketidakmunculan itu mustahil, niscaya Rasulullah saw akan menjelaskannya kepada Huzaifah namun Rasulullah saw justeru mengakui berlakunya keadaan tersebut dan mengarahkan Huzaifah agar menggigit akar pohon (Islam) dalam menghadapi suasana tidak adanya "Jamaatul Muslimin" dam imam mereka.
Kalau kita mengkaji secara mendalam, bukankah keadaan umat Islam ketika ini sangat mirip dengan apa yang digambarkan oleh hadits di atas khususnya dalam perkara-perkara berikut :
PERTAMA : Tidak ada "Jama'atul Muslimin" dan Imam tunggal yang memimpin umat Islam.
Ini bererti, ketika ini yang ada hanyalah "Jama'atun minal muslimin" (kelompok jama'ah dari sebahagian umat Islam) dengan pemimpin masing-masing yang tidak dapat dikoordinasi dan dikonsolidasi. Masing-masing memandang kelompoknya sebagai yang paling layak diikuti.
Penyakit "ta'assub" (fanatik kepada kelompok) merebak dengan suburnya.
Bahkan tidak sedikit kelompok yang memandang jama'ahnya sahaja yang benar dan yang lainnya salah. Malah lebih jauh daripada itu, ada yang sampai sanggup mengkafirkan segenap umat Islam di luar kelompok jama'ahnya.
Ustaz Hussain Bin Muhammad Bin Ali Jabir dalam bukunya "Menuju Jama'atul Muslimin" berkata :
"Sebenarnya kelompok pengamal Islam (aktivis Islam) itu adalah "Jama'atun minal muslimin" (jamaah dari sebahagian kaum muslimin) dan bukan "Jamaatul Muslimin" atau "Jamaatul `Umm" (Jamaah Induk), kerana kaum muslimin sekarang ini tidak mempunyai Jamaah ataupun Imam.
Berdasarkan penelitian terhadap pandangan Imam As Syatibi di dalam kitabnya "Al I'tisham", kami merumuskan bahwa "Jamaatul Muslimin" adalah jamaah "ahlul hal wal aqdi" apabila menyepakati seorang khalifah umat dan umat pun mengikuti mereka.”
Dengan kata lain, bahwa yang disebut "Jamaatul Muslimin" adalah yang tergabung di dalamnya seluruh kaum muslimin yang mempunyai Imam atau khalifah yang melaksanakan hukum-hukum Allah.
Adapun jamaah yang bekerja untuk mengembalikan daulah dan khilafah, mereka adalah "Jamaatun minal muslimin" yang wajib saling tolong menolong dalam urusannya dan menghilangkan perselisihan yang ada di antara individu supaya ada kesepakatan di bawah kalimat yang lurus dalam naungan kalimat tauhid.
Oleh kerana pemerintahan Islam secara umum dalam bentuk "Jamaatul muslimin" tidak wujud di dunia ketika ini maka usaha mewujudkannya adalah Fardhu 'ain bagi umat Islam seluruhnya sehingga ia tegak.
Ia merupakan tuntutan zaman sehingga pemerintahan tersebut tegak sebagaimana sebuah kaedah fiqh menyebut :
"Sesuatu yang tidak akan sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya, maka sesuatu itu menjadi wajib."
Keruntuhan Islam dengan dimulai dengan hilangnya sistem khilafah di dunia Islam memberi suatu pukulan politik terhadap kaum muslimin.
Dunia Islam ibarat kebun yang penuh dengan tanaman yang subur dan bunga-bungaan yang indah tetapi tanpa pagar pelindung dan penjaga kebun yang bertanggungjawab.
Keadaan ini sesuai dengan apa yang di isyaratkan oleh Rasulullah saw :
"Kamu sekelian akan dikerumuni (dibantai beramai- ramai) oleh umat- umat seperti halnya santapan makanan dikerumuni orang-orang yang lapar kerana kamu semua ibarat buih, jumlahnya banyak tetapi tidak memiliki kualiti."
Keadaan politik dan peradaban pasca kejatuhan khalifah inilah yang menyebabkan kaum muslimin berada pada fasa yang kelam.
KEDUA : Kehadiran "du'aatun ilaa abwaabi jahannam" (para pendakwah yang mengajak ke pintu Jahannam).
Mereka tidak mengajak manusia kepada keridhaan Allah semata-mata dan tidak mendakwahkan ajaran Islam berdasarkan sunnah Nabi Muhammad saw.
Seorang penulis berkomentar :
"Dinyatakan dalam hadits Huzaifah tersebut supaya menjauhi semua firqah (kelompok) jika kaum muslimin tidak mempunyai jamaah dan tidak pula imam pada hari terjadinya keburukan dan fitnah.
Semua kelompok tersebut pada dasarnya akan menjerumuskan ke dalam kesesatan kerana mereka berkumpul di atas perkataan / teori mungkar atau perbuatan mungkar atau hawa nafsu samada yang mendakwahkan kepada pembangunan material atau ketamakan terhadap dunia atau yang berkumpul di atas asas pemikiran kuffar seperti; sosialisma, komunisma, kapitalisma dan liberalisma atau juga yang berkumpul di atas asas kedaerahan, kesukuan, keturunan, kemazhaban atau yang lainnya.
Ini adalah kerana semua kelompok itu akan menjerumuskan ke dalam neraka Jahanam disebabkan kerana membawa misi selain Islam atau Islam yang sudah diubah…!"
Sesungguhnya fasa keempat ini merupakan perjalanan sejarah umat Islam yang paling kelam. Namun, yakinlah bahwa jika kita mematuhi arahan Nabi Muhammad saw iaitu:
"Hindarilah semua kelompok itu, walaupun dengan menggigit pohon pokok hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu".
maka kita akan dipertemukan dengan sesama mukmin yang menempuh jalan yang serupa dengan kita sehingga ketika fitnah kian mengganas bahkan hingga keluarnya puncak fitnah yakni Dajjal, InsyaAllah orang-orang beriman yang mematuhi arahan Nabi saw bakal bertahan manakala yang lainnya akan ditelan dan masuk dalam perangkap fitnah Dajjal.
Keadaan politik dan peradaban pasca kejatuhan khalifah inilah yang menyebabkan kaum muslimin berada pada fasa yang kelam.
KEDUA : Kehadiran "du'aatun ilaa abwaabi jahannam" (para pendakwah yang mengajak ke pintu Jahannam).
Mereka tidak mengajak manusia kepada keridhaan Allah semata-mata dan tidak mendakwahkan ajaran Islam berdasarkan sunnah Nabi Muhammad saw.
Seorang penulis berkomentar :
"Dinyatakan dalam hadits Huzaifah tersebut supaya menjauhi semua firqah (kelompok) jika kaum muslimin tidak mempunyai jamaah dan tidak pula imam pada hari terjadinya keburukan dan fitnah.
Semua kelompok tersebut pada dasarnya akan menjerumuskan ke dalam kesesatan kerana mereka berkumpul di atas perkataan / teori mungkar atau perbuatan mungkar atau hawa nafsu samada yang mendakwahkan kepada pembangunan material atau ketamakan terhadap dunia atau yang berkumpul di atas asas pemikiran kuffar seperti; sosialisma, komunisma, kapitalisma dan liberalisma atau juga yang berkumpul di atas asas kedaerahan, kesukuan, keturunan, kemazhaban atau yang lainnya.
Ini adalah kerana semua kelompok itu akan menjerumuskan ke dalam neraka Jahanam disebabkan kerana membawa misi selain Islam atau Islam yang sudah diubah…!"
Sesungguhnya fasa keempat ini merupakan perjalanan sejarah umat Islam yang paling kelam. Namun, yakinlah bahwa jika kita mematuhi arahan Nabi Muhammad saw iaitu:
"Hindarilah semua kelompok itu, walaupun dengan menggigit pohon pokok hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu".
maka kita akan dipertemukan dengan sesama mukmin yang menempuh jalan yang serupa dengan kita sehingga ketika fitnah kian mengganas bahkan hingga keluarnya puncak fitnah yakni Dajjal, InsyaAllah orang-orang beriman yang mematuhi arahan Nabi saw bakal bertahan manakala yang lainnya akan ditelan dan masuk dalam perangkap fitnah Dajjal.
1. Para aktivis dakwah yang berjuang untuk Deen Allah.
2. Setiap orang yang berusaha untuk menegakkan kembali Khilafah Islamiyah.
3. Setiap orang yang mengatakan ‘Tidak’ dengan suara yang keras dan darah yang suci kepada kezaliman, penindasan dan sikap diktator sehingga menjadi laknat ke atas para pemimpin thaghut dan agen-agennya.
4. Mereka yang telah menjadi ‘harga penebus’ bagi kemerdekaan dan kemuliaan yang kita telah dihalangi oleh para thaghut untuk menikmatinya sejak waktu yang sangat lama.
Marilah bersama-sama :
a. Memperjuangkan dan menegakkan Deen Allah dengan sebaik-baiknya.
b. Mendakwahkan tauhid.
c. Memerintahkan perbuatan yang ma’ruf dan mencegah perbuatan yang munkar.
d. Bersegera dengan sekuat tenaga mempersiapkan umat Islam ini yang akidah dan hukum-hukumnya telah dicemari dan dicampuri oleh pemikiran-pemikiran Barat dan Timur serta hukum-hukumnya.
e. Singkirkan tumpukan-tumpukan jahiliyah.
f. Berbicara kepada masyarakat dengan wasilah ucapan, tulisan, laman sesawang, mimbar ceramah di setiap tempat dan dalam setiap bentuk.
Allah swt telah menjanjikan kekuasaan bagi orang yang beriman dan beramal soleh setelah fasa ketakutan yang mereka alami.
Firman Allah swt :
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang soleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang kafir sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS An-Nur : 55)
Perhatikanlah sedutan firman Allah swt :
“Dan Dia benar-benar akan menukar mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa.” (QS An-Nur : 55)
Masa keamanan pasti didahului oleh masa ketakutan. Namun bagi siapakah janji ini?
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang soleh…” (QS An-Nur : 55)
Maka mesti ada iman yang benar dan amal yang soleh.
Sabda Rasulullah saw :
“Urusan (kekuasaan Deen Islam) ini akan mencapai apa (seluruh daerah) yang biasa dicapai oleh waktu malam dan waktu siang. Allah swt tidak menyisakan sebuah rumah pun baik rumah dari tanah liat (rumah tembok di perkampungan) mahupun rumah dari bulu kambing (khemah para penduduk nomad) melainkan Allah akan memasukkan Deen Islam ini ke dalam (penghuni) rumah tersebut; dengan kemuliaan orang yang mulia atau kehinaan orang yang hina. Kemuliaan yang dengannya Allah menjayakan Islam, dan kehinaan yang dengannya Allah merendahkan kekafiran.” (HR Ahmad)
Maka berperananlah, wahai saudara dan saudariku seislam untuk menjadi orang yang membuka jalan bagi kejayaan Deen ini sehingga ia mencapai apa yang dilalui oleh siang dan malam.
Yang pentingnya di zaman penuh fitnah ini adalah mempertahankan iltizam (komitmen) kepada :
1. Kitabullah.
2. Sunnah Rasulullah saw.
Yakinlah, bahwa orang-orang ini walau pada awalnya tidak saling kenal mengenal bahkan tidak pernah berjumpa, InsyaAllah bakal disatukan oleh Allah swt dalam barisan penjemput "Jama'atul Muslimin wa Imaamuhum" yang sebenar.
Merekalah yang layak diberi kepercayaan oleh Allah swt untuk menjemput datangnya fasa kelima berdasarkan hadits fasa perjalanan sejarah umat Islam di atas kerana Rasulullah saw telah bersabda :
"Ruh-ruh manusia diciptakan laksana prajurit yang berbaris, maka mana yang saling kenal di antara satu sama lain akan bersatu. Dan mana yang saling mengingkari di antara satu sama lain akan berpisah." (HR Muslim)
Ya Allah, jadikanlah kami sebahagian dari mereka-mereka yang bekerja dan berusaha ke arah membangunkan semula "Jama'atul Muslimin" dan selamatkanlah iman kami dari fitnah dan kerosakan yang bakal muncul di akhir-akhir fasa "Mulkan Jabriyyatan" yang akan tiba ke kemuncaknya apabila keluarnya dajjal.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
1. Kitabullah.
2. Sunnah Rasulullah saw.
Yakinlah, bahwa orang-orang ini walau pada awalnya tidak saling kenal mengenal bahkan tidak pernah berjumpa, InsyaAllah bakal disatukan oleh Allah swt dalam barisan penjemput "Jama'atul Muslimin wa Imaamuhum" yang sebenar.
Merekalah yang layak diberi kepercayaan oleh Allah swt untuk menjemput datangnya fasa kelima berdasarkan hadits fasa perjalanan sejarah umat Islam di atas kerana Rasulullah saw telah bersabda :
"Ruh-ruh manusia diciptakan laksana prajurit yang berbaris, maka mana yang saling kenal di antara satu sama lain akan bersatu. Dan mana yang saling mengingkari di antara satu sama lain akan berpisah." (HR Muslim)
Ya Allah, jadikanlah kami sebahagian dari mereka-mereka yang bekerja dan berusaha ke arah membangunkan semula "Jama'atul Muslimin" dan selamatkanlah iman kami dari fitnah dan kerosakan yang bakal muncul di akhir-akhir fasa "Mulkan Jabriyyatan" yang akan tiba ke kemuncaknya apabila keluarnya dajjal.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
One Response so far.