Bersemangat dalam menyahut seruan dakwah menunjukkan adanya ‘jiddiyah’ (kesungguhan) kerana kesungguhan adalah salah satu dari ciri-ciri aktivis dakwah.
Keimanan seseorang belum sempurna kecuali apabila ia mendengar seruan Allah dan RasulNya lalu segera menyahut seruan tersebut dengan senang hati dan penuh semangat.
Al-Qur'an mengingatkan kita tentang perkara ini :
"Wahai orang--orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepadaNyalah kamu akan dikumpulkan". (QS Al-Anfal : 24 )
SAHUTAN SERUAN DAKWAH
Aktivis dakwah apabila mendengar seruan dakwah, ia sambut dengan kata-kata :
- "Sam'an wa tha'atan" (kami dengar dan kami taati).
- "Labbaik wa sa'daik" (kami bersedia melaksanakan perintah dengan senang hati).
Para sahabat Rasulullah saw, ketika menjelang perang Badar, apabila Rasulullah saw ingin mengetahui tahap persediaan mereka untuk berperang menghadapi musyrikin Quraisy, mengingatkan tujuan asal mereka bukan untuk berperang tetapi untuk menghalang kafilah dagang yang dipimpin oleh Abu Sufyan, namun kafilah itu berhasil melepaskan diri dari kepungan kaum muslimin, maka Rasulullah saw bermusyawarah dengan mereka tentang apa yang perlu dilakukan.
Dari kalangan Muhajirin, Abu Bakar dan Umar Al Khattab menyambut baik untuk terus maju ke medan pertempuran sedangkan Miqdad bin `Amru pula mengatakan :
"Wahai Rasulullah, laksanakanlah apa yang telah diberitahukan Allah kepadamu, kami tetap bersamamu.
Demi Allah kami tidak akan mengatakan kepadamu seperti apa yang dikatakan Bani Israel kepada Nabi Musa, iaitu "Pergilah kamu bersama Rabbmu dan berperanglah, kami tetap duduk di sini".
Tetapi yang kami katakan kepadamu adalah : "Pergilah kamu bersama Rabbmu dan berperanglah, kami ikut berperang bersamamu".
Demi Allah yang mengutusmu membawa kebenaran, seandainya kamu mengajak kami ke Barkul Ghimad (suatu tempat di Yaman) pasti kami tetap mengikutimu sampai di sana.
Setelah sahabat Muhajirin, sahabat Ansar yang diwakili oleh Sa'ad bin Mu'az menyampaikan sikapnya :
"Kami telah beriman kepadamu dan kami bersaksi bahwa apa yang kamu bawa adalah benar, atas dasar itu kami telah menyatakan janji untuk sentiasa taat dan setia kepadamu. Wahai Rasulullah lakukanlah apa yang kau kehendaki, kami tetap bersamamu.Tidak ada seorangpun di antara kami yang mundur dan kami tidak akan bersedih jika kamu menghadapkan kami dengan musuh esok hari. Kami akan tabah menghadapi peperangan dan tidak akan melarikan diri. Semoga Allah akan memperlihatkan kepada kamu apa yang sangat kamu inginkan dari kami. Marilah kita berangkat untuk meraih ridha Ilahi.”
Dalam riwayat lain, bahwa Sa’ad bin Mu’az berkata kepada Rasulullah saw :
"Barang kali kamu khuatir jika kaum Ansar memandang bahwa mereka wajib menolongmu hanya di negeri mereka. Saya sebagai wakil kaum Ansar menyatakan, laksanakan apa yang kau kehendaki, jalinlah persaudaraan dengan siapa sahaja yang kau kehendaki dan putuskanlah tali persaudaraan dengan siapa sahaja yang kau kehendaki. Ambillah harta benda kami sebanyak yang kau perlukan dan tinggalkanlah untuk kami seberapa sahaja yang kamu sukai, apa sahaja yang kau ambil dari kami itu lebih kami sukai daripada yang kamu tinggalkan. Apapun yang kamu perintahkan maka kami akan mengikutinya, demi Allah jika kamu berangkat sampai ke Barkul Ghimad kami akan berangkat bersamamu, demi Allah seandainya kamu menghadapkan kami pada lautan kemudian kamu terjun ke dalamnya maka kamipun akan terjun ke dalamnya bersamamu.” (sumber : Rahikul Makhtum)
Imam Hasan Al-Banna berkata bahwa :
“Dakwah pada tahap ‘takwin’ (pembentukan) adalah :
- ‘Sufi’ pada aspek ‘ruhiyah’.
- ‘Askari’ (kedisiplinan) dari aspek ‘amaliyah’ (operasi).
Slogannya adalah ‘amrun wa thoatun’ (perintah dan laksanakan demi ketaatan) tanpa ada:
- Rasa bimbang.
- Rasa ragu.
- Apa-apa komentar.
- Rasa berat.”
EMPAT ASPEK ‘RUHUL ISTIJABAH’ (RUH MENYAHUT SERUAN)
PERTAMA : MENYAHUT DENGAN FIKIRAN / SEDAR
Aktivis dakwah ketika mendapat tugas dari Murabbi, Naqib mahupun Kepimpinan tidak hanya sekadar melaksanakan perintah dan tugas tetapi ia sedar betul apa yang dikerjakannya adalah dalam rangka taat kepada Allah dan meraih ridhaNya di mana apabila dilakukan, ia akan mendapat pahala dan apabila tidak dilakukan, ia akan mendapat dosa.
Oleh kerana itu para aktivis dakwah perlu memahami bahwa melaksanakan perintah dan tugas yang datang dari Murabbi, Naqib atau Kepimpinan adalah dalam rangka taat kepada Allah kerana Allah telah mewajibkan taat kepada pemimpin :
"Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul serta (taatilah) pemimpin kamu... " (QS An-Nisaa : 59)
Demi terlaksananya tugas secara maksimum, maka seorang aktivis dakwah sentiasa memikirkan tentang bagaimana cara melaksanakan tugas dengan baik, maka ia perlu memperhatikan waktu, cara dan wasilah yang tepat sehingga pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan perintah, rancangan, tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan.
Bahkan ia mesti memiliki kemampuan memberikan saranan, pendapat dan pandangannya demi terselenggaranya program dengan baik seperti yang dilakukan oleh sahabat Habab bin Al Mundzir ketika mengusulkan tempat yang strategik untuk posisi pasukan kaum muslimin pada perang Badar.
Habab berkata :
"Wahai Rasulullah, apakah dalam memilih tempat ini kamu menerima wahyu dari Allah sehingga tidak dapat diubah lagi, ataukah ianya strategi perang?
Rasulullah saw menjawab :
“Tempat ini kupilih berdasarkan strategi perang.”
Kemudian Habab berujar kembali :
“Wahai Rasulullah, tempat ini tidaklah strategik. Ajaklah pasukan pindah ke tempat air yang berdekatan dengan musuh. Kita membuat markas di sana dan menutup sumur-sumur yang ada di belakangnya, kemudian kita buat kubangan dan kita isi dengan air hingga penuh. Dengan yang demikian kita berperang dalam keadaan mempunyai persediaan air minum".
Rasulullah saw menjawab :
"Pendapatmu sungguh baik".
Begitu pula, pada ketika pasukan bersekutu, yang terdiri dari kaum Musyrikin, bangsa Yahudi dan orang-orang Munafik menyerang Madinah, sahabat Salman Al-Farisi menyampaikan pandangannya kepada Rasulullah iaitu menggali parit di sekeliling Madinah, kemudian Rasulullah menerima pandangan tersebut dan menjadi strategi perang yang ditetapkannya sehingga perang itu diberi nama dengan perang Khandak (parit).
Pada peperangan Qadisiah, peperangan antara tentara pasukan Parsi, yang berlaku di Irak pada masa pemerintahan Umar bin Al Khattab, Qa’qa’ bin Amr terus berfikir untuk menaklukkan pasukan bergajah yang menjadi sandaran pasukan Parsi.
Akhirnya Qa’qa’ mendapatkan sebuah idea untuk membuat patung gajah, agar kuda-kuda milik kaum Muslimin terbiasa melihat gajah sehingga ketika kuda-kuda itu berhadapan dengan gajah-gajah yang sebenarnya, tidak takut menghadapinya. Ternyata idea Qa’qa’ ini menghasilkan buah.
Dalam peperangan Qadisiah, tentera kaum Muslimin berhasil menaklukkan tentera Parsi yang menyediakan pasukan bergajahnya. Khalifah Umar bin Al Khattab pernah berucap :
"Tidak akan dikalahkan kaum muslimin selama di sana ada Qa’qa’ bin Amr".
Allah swt mengingatkan kita akan keistimewaan orang-orang menggunakan secara maksimum akal fikirannya :
"Apakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu itu benar, sama dengan orang yang buta (tidak menggunakan akal fikirannya). Hanya orang-orang yang berakal sahaja yang dapat mengambil pelajaran ". (QS Ar Ra’d : 19)
KEDUA : MENYAHUT DENGAN PERASAAN / EMOSI
Para aktivis dakwah, apabila mendapat perintah dan tugas, samada berbentuk ‘tarbawi’, ‘da'awi’ ataupun ‘tanzhimi’ mestilah menyambutnya dengan perasaan :
- Senang.
- Gembira.
- Bahagia.
- Bersemangat.
untuk melaksanakannya.
Janganlah perintah dan tugas itu disambut dengan rasa berat, malas, enggan dan tidak berghairah walauapapun keadaan yang berlaku pada diri kita iaitu samada dalam keadaan susah, berat ataupun lemah ma'nawiyah.
Apabila datang seruan dakwah, kita tidak boleh menolaknya atau merasa enggan dan malas memenuhinya.
Allah swt berfirman :
"Berangkatlah kamu dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah, yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS At-Taubah : 41)
Kemudian pada ayat yang lain, Allah swt menjelaskan :
"Wahai orang-orang yang beriman apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu "Berangkatlah untuk berperang di jalan Allah"; kamu merasa berat dan ingin ditempatmu Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal kenikmatan hidup di dunia itu dibandingkan dengan kehidupan di akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya kamu dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepadaNya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS At-Taubah : 38-39)
Para aktivis dakwah yang dibina oleh Rasulullah saw ketika mendengar seruan jihad, mereka berlumba-lumba untuk memenuhinya dengan harapan mendapat kesempatan mati syahid di jalan Allah.
Kelemahan fizikal tidak menjadi alasan untuk tidak berangkat memenuhi seruan jihad, bahkan apabila mereka tidak dapat memenuhi seruan jihad kerana uzur, mereka menangis.
"Dan tidak berdosa atas orang-orang yang apabila datang kepadamu supaya kamu memberi mereka kenderaan. Lalu kamu berkata :"Aku tidak memperolehi kenderaan untuk membawamu ". Lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata kerana kesedihan, lantaran mereka tidak memperolehi apa yang akan mereka nafkahkan". (QS At-Taubah : 92)
Mereka begitu bersemangat dalam melaksanakan perintah dakwah, perintah tersebut dikerjakan dengan sukacita, riang, gembira serta bahagia, apabila mereka dapat melakukannya dengan baik. Sebaliknya, mereka bersedih dan berdukacita apabila tidak dapat melaksanakan perintah walaupun disebabkan uzur.
KETIGA : MENYAHUT DENGAN HARTA
Dakwah untuk menegakkan Deenul Islam di muka bumi ini adalah kerja besar bahkan tidak ada pekerjaan yang lebih besar darinya.
Kerja besar ini memerlukan dana yang besar pula sebagaimana lazimnya sesebuah projek besar.
Dalam projek dakwah, pembiayaan biasanya ditanggung oleh para aktivis dakwah sendiri di mana, berkorban dengan harta dan jiwa sudah menjadi satu pakej yang tidak boleh dipisahkan antara satu dengan yang lainnya sepertimana yang Allah swt sampaikan di dalam Al Qur'an :
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka..." (QS At-Taubah : 111)
Kemudian dalam ayat lain, Allah swt menjelaskan :
"Wahai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Iaitu, kamu beriman pada Allah dan RasuINya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya." (QS As-Shaff : 10- 11)
Aktivis dakwah tidak kikir dengan hartanya untuk pembiayaan berbagai kegiatan dakwah di mana mereka bersedia mengorbankan harta mereka serta tidak mengharapkan keuntungan material serta harta benda dari dakwah.
Khadijah, isteri Rasulullah saw telah memberikan seluruh kekayaannya untuk kepentingan dakwah.
Dalam perang Tabuk, kaum muslimin berlumba-lumba menginfakkan harta mereka dan bersedekah. Uthman bin Affan sebelumnya telah menyiapkan kafilah dagang yang akan berangkat ke Syam berupa dua ratus ekor unta lengkap dengan pelana serta barang-barang yang berada di atasnya, beserta dua ratus ‘uqiyyah’.
Setelah mendengar pengumuman Rasulullah saw, Uthman datang kepada Rasulullah kemudian mensedekahkan semua itu. Kemudian Uthman menambah lagi seratus ekor unta dengan pelana dan kelengkapannya. Kemudian beliau datang lagi membawa seribu dinar diletakkan di pangkuan Rasulullah saw.
Rasulullah memerhatikan apa yang disedekahkan oleh Uthman itu seraya berkata :
"Apa yang diperbuat oleh Uthman selepas ini, tidak akan membahayakannya".
Uthman terus bersedekah hingga jumlahnya mencapai sembilan ratus ekor unta dan seratus ekor kuda, belum termasuk emas dan perak.
Setelah Uthman selesai memberikan sedekah, giliran Abdur Rahman bin Auf datang membawa dua ratus ‘uqiyyah’ perak.
Tidak lama selepas Abdur Rahman, datanglah Abu Bakar dengan membawa seluruh hartanya yang jumlahnya empat ribu dirham, sehingga beliau tidak meninggalkan hartanya untuk keluarganya kecuali Allah dan Rasulnya. Kemudian sahabat-sahabat yang lain berdatangan.
Umar menyerahkan setengah hartanya. Al-Abbas datang menyerahkan hartanya yang cukup banyak.
Thalhah, Sa'ad bin Ubadah, Muhammad bin Maslamah semuanya datang menyerahkan sedekah mereka. Tidak ketinggalan Ashim bin Adi datang menyerahkan sembilan puluh ‘wasaq’ kurma.
Kemudian diikuti sahabat yang lain mulai dari yang sedikit sedikit sampai yang banyak sehingga ada di antara mereka yang berinfaq dengan segenggam atau dua genggam kurma, kerana hanya itu yang mereka mampu lakukan.
Kaum wanitapun menyerahkan berbagai perhiasan yang yang mereka miliki, seperti gelang tangan, gelang kaki, anting-anting dan cincin. Tidak ada seorangpun yang kikir menahan hartanya kecuali orang-orang munafiq.
Allah swt berfirman :
"Orang-orang Munafiq yang mencela orang-orang Mu'min yang memberi sedekah dengan sukarela, dan merekapun menghina orang-orang yang tidak memperolehi apa yang disedekahkan sekadar kesanggupannya". (QS At-Taubah :79)
KEEMPAT : MENYAHUT DENGAN AKTIVITI
Aktivis dakwah adalah orang yang :
- Aktif dalam kegiatan dakwah.
- Sentiasa hadir dalam kegiatan dakwah.
- Berusaha untuk berada di barisan orang-orang mengutamakan kerja daripada berbicara.
- Berusaha untuk berada di barisan hadapan dalam mempertahankan dan membela Islam.
Perlu diingat bahwa tugas dakwah yang dipikul oleh aktivis dakwah sangat banyak sehingga lebih banyak dari waktu yang tersedia.
Tugas-tugas itu antara lain adalah :
PERTAMA : KEWAJIBAN DALAM TARBIYAH
Tujuannya agar kualiti dan mutu aktivis menjadi semakin baik.
KEDUA : KEWAJIBAN DALAM DAKWAH
Tujuannya agar penyebaran dakwah semakin luas.
KETIGA : KEWAJIBAN DALAM ORGANISASI
Tujuannya agar amal jama'ie dalam struktur organisasi menjadi semakin kukuh.
Jika kita pelajari sirah Nabawiyah dan sirah As-Salafus Soleh, kita dapat melihat akan pola kehidupan mereka seperti berikut :
- Mereka lebih banyak bekerja untuk umat dibandingkan untuk diri dan keluarga mereka kerana kesibukan yang begitu padat dan hampir tidak ada waktu untuk istirehat, bahkan tidak menyempatkan diri untuk istirehat.
- Mereka tidak pernah berhenti berjihad di jalan Allah.
Sebahagian ahli sejarah mencatatkan bahwa berlaku sebanyak seratus kali peperangan selama sepuluh tahun Rasulullah saw berada di Madinah, samada yang dipimpin secara langsung oleh Rasulullah saw atau yang dipimpin oleh para sahabatnya, samada pertempuran besar ataupun kecil sehingga jika diambil pukul rata, peperangan berlaku sebulan sekali. Ini bererti, mobilisasi jihad adalah sangat tinggi.
Begitu juga di zaman pemerintahan Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq. Peperangan dilakukan selama dua tahun tiga bulan sepuluh hari dan ini belum lagi peperangan yang dipimpin oleh Khalid bin Al Walid yang jumlahnya sebanyak dua puluh kali peperangan yang dilakukan terus menerus secara berkesinambungan.
Melihat keadaan ketika ini, di mana tuntutan dakwah begitu besar dan ditambah pula dengan ancaman global, tentulah ianya menuntut :
- Kesungguhan.
- Keseriusan.
- Mobilisasi dakwah dan jihad yang tinggi.
Jika tidak, maka kekuatan yang bathillah yang akan berkuasa di muka bumi ini.
Dalam hal ini, Allah swt berfirman :
"Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan, ikutilah agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan begitu pula dalam al-Qur'an ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah solat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung". (QS Al-Hajj : 76 )
RENUNGAN UNTUK KITA
- Sudahkah fikiran kita terfokus untuk memikirkan umat, memikirkan bagaimana cara yang berkesan dalam melakukan dakwah untuk mereka?
- Sudahkah kita menyumbangkan pendapat, gagasan dan idea terbaik untuk kemajuan dakwah?
- Sudahkah kita mempersembahkan kreativiti untuk pengembangan dakwah yang lahir dari hasil kajian, telaah, renungan dan penilaian kerja dakwah ketika ini?
- Sudahkah kita merasa gembira senang dan bahagia apabila kita mendengar perintah, menerima tugas dan mendapatkan amanah dakwah?
- Apakah kita merasa bersedih, menangis dan merasa rugi jika kita tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik, tidak dapat ikut dalam kegiatan dakwah di saat uzur?
- Menyesalkah kita jika tidak dapat menyelesaikan tugas dakwah yang telah diamanahkan kepada kita dengan baik?
- Sudahkah kita mengeluarkan sebahagian dari rezeki yang kita dapatkan untuk kepentingan dakwah?
- Sudahkah kita berniat dan berazam untuk menginfaqkan harta kita di jalan Allah?
- Sudahkah kita miliki tabungan untuk dakwah?
- Betulkah kita sudah menjadi aktivis dakwah yang sebenarnya dan apakah buktinya?
- Apakah sumbangan nyata kita untuk dakwah?
- Apakah prestasi dakwah kita selama ini?
- Sudah berapa orang yang telah kita rekrut melalui dakwah fardiyah atau dakwah jamahiriyah?
- Sudah berapa orang aktivis dakwah yang kita telah tarbiyah?
- Sudahkah kita menjadikan waktu, kerja, profesyen dan seluruh aktiviti kita sebagai kegiatan dakwah?
Sesungguhnya, keimanan kita akan hanya diakui oleh Allah swt apabila adanya “Ruhul Istijabah” (Ruh Menyahut Seruan) pada diri kita dan setelah itu, baru akan sempurna iman kita jika aspek-aspek menyahut seruan itu telah dipenuhi.
Allah swt berfirman :
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan terhadap orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka sebelum mereka berhijrah, akan tetapi jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam urusan pembelaan agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada ikatan perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS Al-Anfal : 72)
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan terhadap orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka sebelum mereka berhijrah, akan tetapi jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam urusan pembelaan agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada ikatan perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS Al-Anfal : 72)
"Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan kepada orang-orang muhajirin, mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperolehi ampunan, rezeki (nikmat ) yang mulia". (QS Al-Anfal : 74)
Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang sentiasa menyahut seruanMu dan seruan rasulMu apabila Engkau menyeru kami kepada sesuatu yang akan memberi kehidupan kepada kami. Jauhkanlah kami dari sikap ragu-ragu, sedih, kurang ceria serta lemah semangat apabila seruan untuk melaksanakan tuntutan DeenMu telah nyaring kedengaran.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS