skip to main | skip to sidebar

Tinta Perjalanan

Pages

  • Home
 
  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube
  • DheTemplate.com
  • Free Templates
  • Drop Menu 1
    • Child Menu 1.1
    • Child Menu 1.2
    • Child Menu 1.3
  • Drop Menu 2
    • Child Menu 2.1
    • Child Menu 2.2
    • Child Menu 2.3
  • Daily Update Templates

Ahlan Wasahlan


Perjalanan Menuju Allah.

Wednesday, 29 February 2012

Maut Yang Sentiasa Menanti

Ditulis Oleh WAS Pada 02:01 – 0 Komen Anda
 
‘Al Maut’ atau ‘Mati’ adalah perkataan yang tidak disukai oleh kebanyakan orang dan oleh sebab itu, ramai orang yang cuba untuk menghindarkan diri dari mendengar dan bercakap berkenaan perkataan itu.

Kematian itu sendiri tentunya lebih ditakuti dari sekadar perkataan ‘mati’ bukan hanya oleh manusia bahkan binatang pun takut mati seakan-akan tidak ada yang sudi untuk mati.

Hal ini wajar bagi makhluk yang bernyawa kerana mati merupakan penyebab :

  1. Berpisahnya seorang dari perkara yang ia senangi.
  2. Berpisah dari dunia dan segala isinya.
Sementara manusia memang mencintai dunia dan seisinya sebagaimana firman Allah swt :

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, iaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (syurga).” (QS Al-Imran : 14)
Di sudut lain, ada yang menyangka bahwa kematian menjanjikan ketenangan dan oleh kerana itu,  kita sering mendengar peristiwa bunuh diri di mana mereka mengira kematian merupakan jalan penyelesaian yang ampuh untuk mengatasi semua masalah.
Ada juga golongan manusia yang sepanjang harinya berbuat maksiat seakan-akan maut tidak akan menjemputnya.
Demi Allah!, kita semua akan mati. Itu adalah kepastian yang tidak ada keraguan di dalamnya. Kematian adalah khabar yang paling boleh dipercayai yang tidak dinodai oleh syak wasangka sedikitpun.

Kita belum pernah melihat sesuatu yg lebih pasti dari kematian. Semua yg menjadi angan-angan akan musnah.

Demi Allah!, kita akan mati.
  1. Ia pasti datang dan tiada tempat lari darinya.
  2. Ia pasti datang, tiada yang mencegahnya.
  3. Ia datang dengan tiba-tiba.
  4. Ia tidak pernah mengetuk pintu rumah kita.
  5. Ia tidak pernah datang meminta izin kepada kita terlebih dahulu.
  6. Ia sentiasa dekat dengan setiap orang.
  7. Ia adalah janji yang diberikan kepada kita dan setiap orang.
Semua manusia akan merasakan kedahsyatan maut yang akan membuat warna jari memucat.

Wahai pemilik kematian!, mengapa kau turutkan jiwamu mencari kesenangan yang fana?
Maut akan merobek baju dan memisahkanmu dari kesenangan.
Mengapa kau hancurkan badanmu untuk meraih kesenangan yang sedikit?
Firman Allah swt :
"Katakanlah, 'Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar sahaja." (QS Al Ahzab : 16)
Apakah kita mempunyai ubat penangkal maut?
Apakah kita memiliki tempat berlari darinya atau dia akan berpaling menghindari dari kita?
Apakah kita tidak tahu bahwa kematian tidak mengenal :
  1. Yang kecil dan yang dewasa.
  2. Yang kaya dan yang miskin.
  3. Yang kuat dan yang lemah.
Ia juga tidak tahu mana yang mulia dan mana yg hina?
Berapa ramai orang yang mulia dihinakan oleh kematian. Di atas kepalanya ada bendera yang disembunyikan.

Allah swt berfirman di dalam Al Qur’an :
"Dan belanjakanlah sebahagian dari apa yg telah kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, `Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan termasuk orang-orang yang soleh?.' Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yg kamu kerjakan." (QS Al Munafiqun : 10 - 11)
HIDUP TIDAK KEKAL
Perumpamaan hidup di dunia adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Hafiz Ibnu Hajar bahwa  :
“Ia bagaikan hamba yang diperintahkan oleh tuannya untuk ke kota lain agar menunaikan tugasnya. Setelah selesai, tentu ia perlu segera kembali, bukannya berlama-lamaan di kota itu. Jika hamba itu berusaha melarikan diri dari tuannya dan bersembunyi di kota tersebut, tentu ia akan dicari dan dipaksa untuk pulang kembali.”
Begitu juga dengan kehidupan ini di mana setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Manusia yang asalnya dari tanah maka kepada tanahlah juga ia akan dikembalikan.
Firman Allah swt :
“Dari bumi (tanah) itulah kami menjadikan kamu dan kepadanya kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.” (QS Thaha : 55)
Kematian pasti akan menemui setiap orang dan tiada seorang pun yang mampu menghindarkan diri darinya.
Allah swt berfirman :
“Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian.” (QS Ali Imran : 180)
Ayat di atas semestinya mampu mejadi peringatan bagi seluruh makhluk akan adanya kematian dan ini sekaligus membuktikan bahwasanya dunia ini tidak kekal abadi.
Di sinilah perlunya peringatan dan Allah swt begitu banyak memberikan peringatan kepada manusia, namun kadang-kadang manusia tidak menyedari peringatan itu atau pura-pura tidak tahu?
Di antara peringatan Allah swt itu ialah :
  1. Umur yang semakin bertambah.
  2. Munculnya uban.
  3. Penglihatan mulai rabun.
  4. Kurangnya pendengaran.
  5. Timbul berbagai penyakit.
Allah swt berfirman :
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat. Kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendakiNya dan Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS Ar-Rum : 54)
Seperti bayi yang tidak memiliki kekuatan apapun, begitu pulalah dengan saat tua renta dan kematian pun adalah suasana yang diliputi dengan segala kelemahan terutama kelemahan saat menghadapi sakaratul maut.
Sakaratul maut yang menjadi gerbang bagi ruh kita untuk keluar dari kehidupan dunia juga menggambarkan suasana begitu dahsyat sehingga ianya tidak sekadar melemahkan fizikal tetapi juga akal.
GAMBARAN SAKARATUL MAUT
Ummul Mu’minin Aisyah ra, isteri Rasulullah saw pernah berkata:

“Aku belum pernah melihat seorang yang mengalami derita seberat yang dialami oleh Rasulullah  Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadis di atas menggambarkan bahwa sebelum seseorang sampai ke sana, ada peristiwa besar iaitu penderitaan luar biasa menjelang kematian. Ianya tidak lain adalah ‘sakaratul maut’.
Semua itu dapat disaksikan dan dirasakan oleh seseorang menjelang ajalnya.
Allah swt berfirman :

“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya”.
(QS Qaaf : 19)
Hadits ini juga menyampaikan kepada kita bahwa Rasulullah saw pun mengalaminya.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata :
“Berdasarkan hadits Aisyah tentang keadaan wafatnya Rasulullah saw, menunjukkan bahwa sengsaranya seseorang ketika sakaratul maut tidak menunjukkan rendahnya kedudukan di hadapan Allah swt, justeru menunjukkan tambahan kebahagian baginya atau sebagai penebus atas dosa-dosanya.”
Kenyataan Ibnu Hajar tersebut diperkuatkan oleh sabda Rasulullah saw seperti di atas.
Kebanyakan dalil yang menunjukkan bahwa kesukaran ‘sakarat’ yang dialami oleh orang soleh hanya pada awal pencabutan ruh.
Ketika ruh akan diangkat, para malaikat datang memberikan ketenangan dan khabar yang menyenangkan. Pada saat itulah seorang mukmin merasakan kegembiraan yang luar biasa hingga lenyap pula derita yang dirasakannya.
Kemudian ruhnya keluar dengan tenang dan mudah. Inilah keadaan kaum muslimin yang beriman kepada Allah dan RasulNya sebagaimana firman Allah swt :
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS Fushshilat : 30)
Menjelang kematian, seseorang menjadi gembira di samping keluarganya. Di saat itu,  malaikat datang dan memberikan khabar gembira kepada seorang mukmin iaitu dimintanya untuk keluar dengan tenang dan kembali kepada ridhaNya serta ia dimasukkan ke dalam syurga Allah. 
Allah swt berfirman :
“Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam syurgaKu.” (QS Al-Fajr : 28-30)
Hal ini pun pernah dikhabarkan oleh Rasulullah saw berdasarkan hadith yang diriwayatkan dari  Barra’ bin Azib yang berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,

“Seorang mukmin ketika hendak meninggalkan dunia menuju akhirat, turunlah para malaikat kepadanya dari langit, wajahnya putih bersih laksana sinar matahari. Para malaikat duduk di depannya sejauh mata memandang. Kemudian datang malaikat maut duduk di dekatnya seraya berkata. “Wahai jiwa yang baik keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah.” Lalu ruh tersebut keluar dari tubuhnya laksana mengalirnya tetesan air dari mulut kendi. Kemudian malaikat maut membawa ruh tersebut.” (HR Abu Daud & Al-Hakim)
Nah, ini keadaan kaum mukminin.
Lalu bagaimana pula keadaan orang kafir?
Allah swt menggambarkan keadaan itu dalam firmanNya :
“Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata), “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar”, (tentulah kamu akan merasa ngeri).” (QS Al-Anfal : 50)
Ibnu Katsir berkata tentang tafsir ayat ini :
“Jika engkau, wahai Muhammad, melihat saat dicabutnya ruh orang kafir, nicaya engkau akan menyaksikan pemandangan dahsyat dan mengerikan. Para malaikat memukul wajah dan bahagian belakang mereka seraya berkata, “Rasakanlah azab neraka yang membakar.”
Barra’ bin Azib juga pernah berkata, Rasulullah saw bersabda :
“Adapun hamba yang kafir (dalam riwayat lain ‘fajir’), apabila hendak menuju akhirat meninggalkan dunia maka akan turun malaikat dari langit. Sifat mereka kasar dan keras bermuka hitam. Mereka membawa pakaian yang kasar dari neraka, kemudian duduk di depannya sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut duduk di dekat kepalanya seraya berkata, “Wahai ruh yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan dan marah Allah Subhaanahu Wata’ala. lalu ruh itu memancar dalam tubuh (tidak ingin keluar) sehingga malaikat mencabutnya dengan paksa dan kasar, sebagaimana besi yang banyak pengaitnya lalu dipakai mencabut bulu domba yang dibasahi sehingga tercabut pula kulit dan uratnya.” (HR Bukhari)
Itulah sakaratul maut!
Baik atau buruknya akhir kehidupan seseorang adalah akibat dari perbuatannya selama hidup di dunia.
Orang yang tidak ikhlas dalam beramal, atau orang yang jahil terhadap agama Allah maka akan terancam oleh ‘su’ul khatimah’ sementara orang yang benar-benar beriman dan ikhlas beramal, maka insyaAllah terhindar dari ‘su’ul khatimah’.
Jika demikian keadaannya, jalan mana yang kita pilih?
Kita tidak kekal hidup di dunia ini atau , apakah kita yakin bahwa diri kita akan hidup kekal di dalamnya?
Apakah kita sedar, setiap hari ada orang mati diusung, entah kerabat, tetamu atau sahabat kita.
Mengapa mereka tidak pernah kembali lagi?
Sungguh menakjubkan seseorang yang mengganggap bumi tempat tinggalnya dan berusaha keras meraih puncaknya.
Cukuplah seseorang diingatkan dengan dekatnya kematian yang akan menjadikan tanah sebagai teman pendampingnya.

Wahai pemilik kematian!, Allah swt telah mentakdirkan kematian dengan ketetapan yang tidak akan pernah berubah. Lalu, apakah kita dapat mencegahnya?
Kita mungkin cuba makan ubat untuk menyembuhkan suatu penyakit. Namun, adakah
ubat yang boleh menyembuhkan kematian?

Kita akan mendatangi doktor jika sakit. Namun, adakah doktor yang dapat menunda datangnya keputusan?
Nafas kita terbatas dan seluruh gerakan kita menuju titik fana’.
Kalau keputusan Allah adalah perkara yang tetap, bagaimana mungkin seseorang dapat berlari dan menghindarkan diri darinya?
Siapapun hendak mencegah kematian dan menolak takdir, niscaya usahanya akan menjadi sia-sia.

Allah swt berfirman :
"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, 'Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat amal yang soleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya sahaja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." (QS Al Mu’minuun : 99 – 100)
Mari berhenti sejenak dan bersama, kita meneliti pemandangan yg dahsyat ini.
Inilah saat yg mencengkam!
Sejenak, tanyalah diri kita, hendak ke mana dan sampai bila?
Katakan kepada jiwa kita :
"Tidakkah kau mengerti mereka yg telah disergah kematian adalah jiwa-jiwa seperti diri kamu juga. Seolah-olah mereka tidak mempercayai, bahwa ajal telah datang?
Begitulah, ketika maut datang menjemput, nampaklah pemandangan yang sebelumnya tidak mereka sangka.
Bertaubatlah sebelum kita berkata, apakah ada cara untuk mencegahnya?" dan dikatakan kepada kita, "Tidak!"
Katakan pada diri kita :

“Wahai jiwa!, bertaubatlah. Sesungguhnya kematian telah datang. Setiap hari sentiasa ada mayat yang kita kuburkan. Tetapi kita melupakan jejak kematiannya.”

“Wahai jiwa!, apa ertinya harta yang ku simpan di belakangku, padahal kau akan keluar dari dunia dengan telanjang.”

“Mengapa kita masih berselisih tentang kematian, melupakan sesuatu yang tidak pernah melupakan kita?”

“Katakan padanya, kematian adalah tamu. Bersiaplah menyambutnya sebaik mungkin dan beramallah untuk bekalan di alam yang kau jadikan tempat tinggal abadi.”

“Wahai jiwa!, esok kau akan berjalan di atas titian Shirat (di atas neraka). Sedarlah sebelum kau tergelincir darinya.”

Wahai pemilik kematian!, inilah dunia :
  1. Seluruh kenikmatannya akan dirampas.
  2. Seluruh angan-angannya hanyalah bualan.
  3. Semua harta yang ada di dalamnya akan diwarisi.
Semuanya dirampas!!!
Semua yang hilang akan kembali tetapi yang hilang kerana mati tidak akan kembali.
Mengapa kita tidak sedarkan diri, mengganggap seolah-olah kematian boleh dipindahkan kepada orang lain yang menjadi perisai kita?

Akhirnya marilah kita amati perkara ghaib yg menakutkan ini. Mari ubati kerasnya hati kita.
Berimanlah kepada hari Kiamat sebelum kedatangannya. Bersusah payahlah mempersiapkannya sebelum menyesal.
Ingatlah kematian sebelum terlambat.
Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia seharusnya menyedarkan bahwasanya ia bukanlah jasad semata-mata, melainkan jiwa yang ‘dibungkus’ dalam jasad.
Manusia perlu faham akan kematian jasadnya yang ia cuba untuk memilikinya secara kekal seakan-akan mahu hidup selamanya di dunia yang sementara ini kerana sesungguhnya tubuh yang dianggap sangat penting ini akhirnya akan membusuk serta menjadi kerangka.
Rasulullah saw memperingatkan kita dalam sebuah hadis :
"Banyakkanlah mengingati pemutus kelazatan iaitu kematian." (HR At Tirmizi)
Ya Allah, janganlah kau jadikan hati kami keras dan lalai dari mengingati kematian kerana sesungguhnya ia adalah berita yang paling sahih untuk dipercayai kedatangannya serta kurniakanlah keteguhan iman di dalam hati kami supaya kami tidak mudah terpedaya dengan janji-janji kemewahan dunia kerana akhirnya semua itu tidak dapat kami kecapi apabila kematian datang menjemput kami dan yang tinggal kekal hanyalah amal soleh yang ikhlas kepadaMu.

Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
[ Read More ]
Read more...
Tuesday, 28 February 2012

Perbezaan Suatu Keluasan

Ditulis Oleh WAS Pada 02:56 – 0 Komen Anda
 
Adalah sesuatu yang mustahil untuk menyatukan seluruh manusia dalam satu pandangan atau pemikiran tertentu kerana masing-masing mereka dianugerahkan oleh Allah swt perbezaan dalam:
1.    Pandangan.
2.    Ilmu.
3.    Tujuan.
4.    Keperluan.
5.    Situasi.
6.    Keadaan lingkungan.
yang sangat berpengaruh terhadap paradigma dan cara mereka berfikir.
Maka oleh sebab itu, "Ikhtilaf" atau berbeza pendapat dalam berbagai masalah agama adalah sesuatu yang wajar bahkan dalam keadaan tertentu menjadi suatu kemestian.
Ini adalah kerana manusia memang diciptakan berbeza-beza bahkan tidak keterlaluan jika dikatakan bahwa beberapa "perbezaan" itu memang dimaksudkan atau diinginkan oleh Pembuat Syariat iaitu Allah swt.
Jika Allah swt berkehendak untuk menurunkan Al-Quran dengan hanya memiliki satu interpretasi sahaja, maka perkara itu tidak sukar bagiNya. Begitu juga dengan Sunnah Rasulullah saw. Bahkan telah masyhur di kalangan ulama’ bahwa perbezaan dalam umat ini adalah rahmat.
Dunia Islam kini menyaksikan lahirnya berbagai harakah, tanzim, jamaah dan firqah Islamiyah yang beraneka ragam.
Terdapat bermacam-macam madrasah pemikiran yang masing-masing memiliki manhaj tersendiri dalam berkhidmat dan berjuang menegakkan Islam di muka bumi sesuai dengan :
  1. Penentuan sasaran.
  2. Keutamaan.
  3. Tahapan.
Dr Yusuf Al Qardhawi dalam kitabnya ‘Fiqhul Ikhtilaf’ menyatakan bahwa tidaklah menjadi masalah adanya beberapa kelompok dan jamaah yang berjuang untuk menegakkan Islam selagimana perkara itu merupakan :
  1. Perbezaan yang bersifat variatif (ta’addudu tanawwu’)
 BUKAN
  1. Perbezaan yang bersifat kontradiktif (‘ta’addudu ta’arudh’)”.
Di zaman Imam Ahmad bin Hanbal, ada seorang ulama’ pernah menulis sebuah kitab dengan judul "Kitabul Ikhtilaf" (kitab perbezaan) dan apabila ia menunjukkan kitab itu kepada Imam Ahmad, beliau lalu berkata :
"Jangan namakan kitab perbezaan, tapi namakan ia kitab keluasan."
Ini memang suatu kenyataan apabila kita melihat keadaan umat Islam di berbagai negara yang memang berlatar belakangkan suku, adat istiadat dan bahasa yang berbeza-beza, ditambah pula dengan wujudnya kelompok-kelompok Islam yang berbagai ragam.
Sayangnya, kelompok-kelompok Islam tersebut sangat sukar untuk bersatu dan sangat suka berpecah belah hanya kerana perbezaan dalam perkara-perkara yang bukan termasuk “tsawabit” agama (ajaran yang mempunyai sifat atau unsur yang tetap dan tidak berubah).
Padahal perbezaan-perbezaan tersebut bukanlah menjadi alasan untuk bersengketa atau berpecah-belah. Allah swt tidak melarang berbeza pendapat sejak dari awal lagi tetapi melarang berpecah-belah gara-gara perbezaan pendapat tersebut.
Ulama’-ulama’ terdahulu sejak zaman sahabat, mereka berbeza dalam beberapa masalah namun mereka tetap terikat oleh tali ‘Ukhuwah Islamiyah’.
Perbezaan-perbezaan tersebut jika tidak ditangani dengan benar kadang-kadang boleh menyebabkan sesama muslim saling mencela, menyesatkan bahkan mungkin mengkafirkan. Kita sering lupa bahwa kehormatan kaum muslimin adalah perkara yang amat dimuliakan di dalam Islam bahkan ia merupakan salah satu ‘maqashid’ (tujuan) agama ini iaitu memelihara kehormatan.
Ketika haji Wada`, Rasulullah saw bersabda :
"Sesunguhnya jiwa kamu, harta kamu dan kehormatan kamu haram (dinodai dan diganggu) seperti haramnya kehormatan hari ini, bulan ini dan tempat ini."
Namun gara-gara perbezaan yang sifatnya ijtihadiyah, kaum muslimin saling mencela dan menodai kehormatan sesama mereka.
Kita lupa pesanan Allah swt yang memerintahkan untuk berpegang teguh pada tali Allah dan melarang kita berpecah belah.
Allah swt berfirman :
"Dan berpegang teguhlah kamu pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu berpecah belah...." (QS Ali Imran : 103)
DI MANAKAH KITA MESTI SEKATA DAN DI MANA BOLEH BERBEZA?
Memang benar bahwa perbezaan mesti ditangani dengan sikap toleransi yang tinggi tetapi perbezaan yang dibenarkan adalah perbezaan yang memang boleh ditoleransi.
Untuk mengetahui samada sebuah perbezaan boleh ditoleransi atau tidak, perlu ada kejelasan terhadap kedudukan di mana letaknya umat Islam mesti bersatu dan di mana letaknya mereka boleh berbeza.
Ada dua wilayah perbezaan yang boleh kita teliti.
PERTAMA : Berbeza pada wilayah yang prinsip atau pokok-pokok agama yang merupakan asas-asas fundamental dan pokok-pokok ajaran yang bersumber dari Al-Quran, Sunnah dan Ijma` umat.
Contohnya seperti :
1.    Masalah tauhid.
2.    Rukun iman.
3.    Kewajiban melaksanakan rukun Islam yang lima.
4.    Keyakinan tentang hari kebangkitan.
5.    Hari Akhirat.
Dalam hal ini, tidak boleh ada perbezaan di dalam tubuh Umat Islam kerana perbezaan dalam perkara ini akan menimbulkan perbezaan prinsip dan keyakinan yang mengakibatkan keluarnya seseorang dari jalan Islam.
Jika ada orang yang berkeyakinan bahwa rukun Islam yang lima tidak wajib dilaksanakan atau meyakini bahwa hari Akhirat itu tidak ada, keterangan-keterangan yang terdapat di dalam Al-Quran dan Hadits tentang hari Akhirat, padang Mahsyar, syurga dan neraka, tidak lain hanyalah kiasan dan tidak dimaksudkan dengan makna hakiki dari lafaz itu, seperti yang diyakini oleh kumpulan-kumpulan sesat seperti Batiniyah, Babiyah dan Bahai’ah, maka keyakinan seperti itu telah jauh terkeluar dari Islam.
Demikian juga dengan orang yang berkeyakinan bahwa ada nabi setelah Nabi Muhammad saw, yang membawa kitab suci baru, seperti keyakinan pengikut Ahmadiyah, maka keyakinan seperti itu juga dapat menyebabkan seseorang terkeluar dari Islam kerana keyakinan-keyakinan itu bukanlah perbezaan pada perkara furu`atau ranting bahkan ia jelas bertentangan secara langsung dengan asas-asas agama yang sifatnya fundamental tersebut.
Bagi menangani perbezaan seperti di atas, setiap muslim mesti menampakkan identiti keyakinan dan keimanan mereka di mana mereka perlu tegas dengan mengatakan :
“Mazhab kami benar, tidak mengandungi kesalahan sama sekali dan mazhab yang lain salah dan tidak mengandungi kebenaran sama sekali."
KEDUA : Perbezaan dalam masalah furu`atau ranting di mana perbezaan dalam perkara ini adalah wajar dan masing-masing mengikut pendapat yang seharusnya saling bertoleransi.
Namun, perbezaan dalam wilayah yang kedua ini tidak boleh membawa umat kepada perpecahan kerana perbezaan yang timbul dalam hal ini boleh jadi sekadar perbezaan ‘variatif’ yang semuanya benar dan saling melengkapi. Bahkan dalam perbezaan ‘kontradiktif’ sekalipun, selagi mana masih dalam kawasan furu' dan ijtihadiyah dan masing-masing memiliki perbahasan yang cukup kuat, maka para penganut mazhab mesti tetap saling menghormati dan mencintai.
Dalam hal ini mereka seharusnya berkata seperti perkataan Imam Asy-Syafi`ie:
“Pendapatku benar tetapi boleh jadi mengandungi kesalahan dan pendapat selainku salah tetapi boleh jadi mengandungi kebenaran.”
Berbeza pendapat adalah perkara yang diperbolehkan, namun perpecahan kerananya tetap tidak diperbolehkan. Sebabnya adalah perpecahan jelas merupakan perkara yang dilarang oleh agama.
Sebagai contoh, perbezaan-perbezaan manhaj atau metod dakwah yang digunakan oleh  kelompok Islam masing-masing seringkali menjadi penyebab kepada perpecahan di antara mereka padahal mereka tidak berbeza pada asas-asas fundamental dan pokok-pokok ajaran yang bersumber dari Al-Quran, Sunnah dan Ijma` Umat.
Mereka seharusnya berusaha untuk saling mendekati kerana perbezaan mereka hanya sebatas perbezaan dalam metod berdakwah yang sifatnya ijtihadi.
Ada sebahagian kelompok umat :
1.    Yang berdakwah dengan amar makruf nahi mungkar.
2.    Yang berdakwah dengan memurnikan ajaran tauhid.
3.    Yang berjihad secara langsung melawan musuh-musuh Islam.
4.    Yang berjuang dengan mengajar dan memberi pencerahan kepada umat.
5.    Yang berjihad dengan lisan dan tulisan.
6.    Yang berjihad dengan menuntut ilmu.
7.    Yang berjihad dengan hartanya.
Semuanya pada hakikatnya saling melengkapi kerana tidak mungkin satu kelompok dapat menjaga semua pos yang berusaha dijaga oleh kelompok lain.
Ukhuwah terlalu besar untuk dirosak dan dimusnahkan oleh masalah khilafiah dan ijtihadiyah.
Ukhuwwah adalah perkara yang wajib dijaga sedangkan perpecahan terang-terang diharamkan oleh agama.
Lantas apakah kita akan meninggalkan perkara yang wajib lalu mengerjakan yang diharamkan?
Setiap mujtahid mendapat pahala ijtihadnya kerana mereka berijtihad untuk menggali suatu hukum, tidak semata-mata untuk mengikuti hawa nafsu belaka tetapi hanya untuk mencari kebenaran. Kemudian, setiap orang yang mengikuti pendapat salah satu imam mazhab, semuanya bermaksud untuk mentaati Allah swt dan mengikuti Rasulullah saw. Mereka juga hanya diwajibkan untuk beramal dengan hasil yang dicapai oleh ijtihad mereka.
Contoh tauladan kita adalah generasi awal umat ini yang dibina secara langsung oleh Rasulullah saw. Sebahagian mereka ada yang berbeza pendapat dalam masalah-masalah fiqh, namun hati mereka tetap satu, tidak saling berpecah atau membenci.
LANGKAH MENUJU PENSEJAJARAN
Mewujudkan pensejajaran antara kelompok Islam mungkin bukan suatu perkara yang mudah, tapi bukan bererti ia mustahil untuk diwujudkan. Oleh kerana itu setiap kita mestilah mulai menggerakkan langkah melakukan usaha pendekatan menuju pensejajaran.
Langkah tersebut boleh kita mulai dengan usaha-usaha berikut:
A.    Memahami perbezaan.
B.     Melakukan dialog untuk mendekatkan persepsi.
C.     Bekerjasama dalam masalah yang disepakati.

A : MEMAHAMI PERBEZAAN
Dr Yusuf Al Qardhawi memaparkan beberapa langkah menuju kepada tercapainya saling memahami antara gerakan Islam dalam menangani perbezaan yang berlaku di antara mereka.

PERTAMA :  Bagi masalah-masalah furu’, perbezaan pendapat adalah sebuah kemestian dan rahmat.
Kemestian itu berlaku kerana tabiat agama Islam memang memberi peluang berlakunya perbezaan pendapat.
Dalam kitab ‘Al-Arbain’, Imam An-Nawawi meriwayatkan hadits dari Daraquthni :
“Sesungguhnya Allah swt telah membuat ketentuan-ketentuan, janganlah kamu melanggarnya; telah mewajibkan sejumlah kebaikan, janganlah kamu abaikan; telah mengharamkan banyak hal, janganlah kamu melanggarnya; telah mendiamkan banyak masalah sebagai rahmat bagimu, bukan kerana lupa, janganlah kamu mencarinya.”
Meminjam istilah Dr Yusof Al Qardhawi, ada ‘kawasan kosong syariat’ yang sengaja Allah swt sediakan.

KEDUA : Dengan mengikuti manhaj pertengahan dan meninggalkan sikap berlebih-lebihan dalam beragama.
Meruncingnya perbezaan yang berlaku kerana satu atau kedua belah pihak mengambil sikap berlebihan dalam beragama. Sikap ‘ghuluw’ (berlebih-lebihan) dalam perlaksanaan agama sering menyebabkan seseorang memandang rendah dan mencerca mereka yang tidak mengikutinya.
Maka tidak hairan jika Rasulullah saw mencela sikap ini :
“Jauhkan dari kamu sikap berlebih-lebihan dalam agama. Kerana orang sebelum kamu hancur hanya sebab berlebih-lebihan dalam agama.” (HR Ahmad, Nasa’i, Ibnu Majah, Al-Hakim, Ibnu Huzaimah dan Ibnu Hibban dari Ibnu Abbas).

KETIGA : Mengutamakan ‘muhkamat’ bukan ‘mutasyabihat.’
Ayat ‘muhkamat’ memberi kepastian, sedangkan ayat ‘mutasyabihat’ tanpa ilmu yang mendalam akan membuatkan seseorang yang mengikutinya mempertentangkan ayat yang satu dengan lainnya.
Dari Abdullah bin Amr ra, ia berkata :
“Rasulullah saw pernah keluar mendatangi dan mengecam serta mengingkari para sahabat yang sedang berbantah-bantahan tentang masalah taqdir.”

KEEMPAT : Tidak memastikan dan tidak menolak dalam masalah-masalah ijtihadiyah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang orang yang mengikuti sebahagian ulama’ dalam masalah ijtihadiyah, apakah ia perlu dihindari atau diingkari?
Beliau menjawab :
“Segala puji milik Allah. Orang yang dalam masalah-masalah ijtihadiyah mengamalkan sebahagian pendapat ulama’, tidak boleh diingkari dan dihindari. Demikian pula orang yang mengamalkan salah satu dari dua pendapat, tidak boleh dikecam. Jika dalam suatu masalah terdapat dua pendapat, maka bagi orang yang telah nampak mana yang lebih kuat boleh beramal sesuai dengannya. Tapi jika tidak, ia boleh mengikuti sebahagian ulama’ yang dapat dipercayai dalam menjelaskan mana yang lebih kuat (rajih) di antara dua pendapat.”

KELIMA : Meneliti perbezaan pendapat para ulama’.
Dengan penelitian yang jernih akan nampak dalil-dalil yang menjadi asas kepada perbezaan itu dan kemudian akan diketahui bahwa lautan syariah itu amat dalam dan luas.
Dengan itu baru kita akan nampak kebenaran ungkapan berikut :
“Siapa yang tidak mengetahui ikhtilaf ulama’, maka dia bukan ulama’. Siapa yang tidak mengetahui ikhtilaf para fuqaha’, maka hidungnya belum mencium bau fiqh.”

B. MELAKUKAN DIALOG UNTUK MENDEKATKAN PERSEPSI
Kekerapan dialog dua hala antara kelompok Islam perlu ditingkatkan, samada secara rasmi atau tidak. Dialog yang sistematik, walaupun tidak menghasilkan kesepakatan di akhirnya, paling minima akan memudahkan proses saling memahami dan mengerti antara sesama kelompok Islam.
Dalam konteks realiti kita, dialog itu memerlukan proses dua hala di samping keluasan wawasan dan kematangan jiwa dalam menangani perbezaan. Pada beberapa peristiwa, aspek kematangan jiwa sering lebih diperlukan. Ini adalah kerana ada banyak konflik yang berlaku bukan disebabkan perbezaan sudut pandang, melainkan ketidakmatangan jiwa para peserta dialog.

 C : BEKERJASAMA DALAM MASALAH YANG DISEPAKATI
Sungguh sangat elok jika para aktivis gerakan Islam mampu duduk dalam satu majlis untuk :
  1. Merumuskan agenda bersama.
  2. Menggarap masalah-masalah besar yang dihadapi umat.
  3. Mengurangkan pertentangan-pertentangan kecil di antara mereka.
Marilah kita bekerjasama dalam menanamkan nilai-nilai keimanan dan Al-Qur’an pada jiwa generasi muda dan membuang jauh-jauh perdebatan falsafah serta ilmu Kalam dan pengaruh ajaran-ajaran lain yang menimbulkan kebingungan dan pertentangan. 
Marilah kita bekerjasama dalam membenteng generasi muda dari wabak ‘atheisma’ dan segala ‘pengantar’nya berupa keraguan dan syubhat yang menggigit aqidah dan mengotori pemikiran.
Marilah kita bekerjasama dalam memperkuatkan keimanan umat kepada akhirat dan keyakinan akan pembalasannya. Marilah kita usir segala syubhat yang berusaha mendangkalkan aqidah yang agung ini, atau segala bentuk syahwat yang menggoda manusia sehingga melalaikannya dari keyakinan ini.
Mengapa  kita tidak bekerjasama dalam meningkatkan pengajaran rukun-rukun amaliah Islam kepada kaum muslimin dan mencari cara yang terbaik untuk mendakwahkannya kepada mereka.
Mengapa kita tidak bekerjasama dalam memperjelaskan, memperkukuhkan dan menyampaikan tiang-tiang keimanan yang enam dalam akal dan hati kaum muslimin dengan bahasa yang sederhana sesuai dengan kesederhanaan Islam.
Marilah kita bekerjasama dalam meningkatkan penghayatan akhlak mulia pada diri generasi muda dan tua. Marilah kita bekerjasama dalam mengusir segala kerendahan dan kenistaan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan.
Marilah kita bekerjasama dalam memelihara, mengaplikasikan dan melindungi syariah dari permainan orang-orang yang ingin mengubah hal-hal yang ‘qath’i’ (tegas dan terang) menjadi hal-hal yang ‘zhanni’ (samar-samar); hal-hal yang ‘muhkamat’ menjadi hal-hal yang ‘mutasyabihat’.
Marilah kita bekerjasama dalam mengajarkan dasar-dasar aqidah, ibadah, akhlak dan adab yang tidak diperselisihkan oleh para ulama’. Kita pun perlu bekerjasama menyampaikan dakwah Islam kepada semua penduduk bumi dengan bahasa yang mereka fahami agar mereka dapat mengenal Islam secara benar dan tidak menjadi korban kejahatan musuh-musuh Islam yang ingin merosakkan gambaran agama yang hanif ini.
Mengapa kita tidak bekerjasama menggarap pekerjaan yang sangat besar ini serta mempersiapkan para pendakwah  dan dana yang memadai?
Mengapa para pemikir dan aktivis Islam tidak melupakan perselisihan mereka mengenai masalah-masalah ‘juz’iyyah ijtihadiyah’ untuk kemudiannya menyatukan barisan mereka dalam menghadapi kekuatan-kekuatan besar yang bersepakat menghancurkan mereka?
Kenapa perlu berputar kepada masalah yang diperselisihkan yang menyebabkan kita lalai mengerjakan masalah lain yang kita sepakati yang jumlahnya jauh lebih banyak?
PERBINCANGAN DALAM BINGKAI UKHUWAH
Kemestian berbeza pendapat tidaklah mencegah umat Islam untuk mengadakan perbincangan ilmiah dalam berbagai masalah yang mereka perdebatkan. Perkara ini justeru sangat positif kerana dapat mengurangkan sikap fanatik terhadap mazhab atau golongan tertentu.
Dengan kajian yang mendalam terhadap dalil dan analisa ketepatannya, kita mampu membuat perbandingan antara banyak pendapat dan sebagainya, maka setidak-tidaknya kita akan sampai kepada pendapat yang benar atau secara minimanya kepada pendapat yang paling kuat.
Yang paling penting dalam perbincangan ini adalah :
a.    Keikhlasan untuk mencari kebenaran.
b.    Tidak ada kecenderungan atau kepentingan apapun selain dari di atas.
c.    Mesti berdasarkan kaedah saling nasiat-menasihati dan musyawarah.
d.    Tetap berada di bawah payung ukhuwah serta rasa saling mencintai.
Kalaupun berlaku perdebatan, ia bukanlah debat untuk memenangkan kepentingan peribadi atau golongan kerana perdebatan seperti itu boleh membutakan hati sehingga kita tidak dapat melihat kebenaran.
Perdebatan ini tidak akan membuahkan hasil apalagi menyelesaikan masalah, bahkan akan menjadi masalah itu sendiri dan merumitkan masalah yang telah ada.
Ketika perbincangan ilmiah telah sampai kepada sebuah pendapat yang terang kebenarannya, maka semua umat mesti bersatu dalam perkara itu.
Ini adalah kerana Allah swt tidak sekadar melarang berpecah-belah, tetapi juga melarang untuk tetap berselisih pendapat sesudah datangnya keterangan dan perbahasan yang jelas atas pendapat yang benar.
Allah swt berfirman :
"Dan janganlah kamu seperti orang yang berpecah-belah dan berselisih, padahal sudah datang kepada mereka keterangan yang nyata." (QS Ali Imran : 105)
Jadi, perbezaan pendapat sebenarnya hanya boleh dalam perkara-perkara ijtihadiyah yang memang belum ada dalil tegas yang menyelesaikan perbezaan yang ada dan kewajiban kaum muslimin ketika itu adalah tetap toleransi dan saling mencintai.
Namun jika dalil telah jelas dan tegas, maka dalam hal ini Allah melarang kita untuk berbeza kerana tidak ada ijtihad dalam perkara yang sudah jelas dan tegas dalilnya.
Nubuwwah Rasulullah saw menjelaskan bahwa akan berlaku di tubuh umat ini banyak :
1.    Kemaksiatan.
2.    Kezaliman.
3.    Penyimpangan.
4.    Kesesatan.
5.    Perpecahan.
Tapi, apakah kita mahu menjadi :
a.    Orang yang bermaksiat?
b.    Orang yang berbuat zalim?
c.    Orang yang menyimpang?
d.    Orang yang sesat?
e.    Orang yang berpecah belah?
Mengapa kita tidak berusaha untuk :
1.    Membersihkan hati kita.
2.    Menjalankan ketaatan.
3.    Melaksanakan perintah Allah dan RasulNya.
4.    Berlaku lurus dan adil.
5.    Berusaha menjalankan kewajiban mencintai kaum muslimin.
6.    Menjadi orang yang tetap melakukan usaha menyatukan kaum muslimin?
Sungguh, hidup ini :
  1. Terlalu mahal untuk dibayar dengan perpecahan dan perselisihan.
  2. Terlalu sempit untuk dipenuhi oleh rasa saling benci.
  3. Terlalu singkat untuk dihabiskan dengan perdebatan yang tidak bermanfaat.
Alangkah indahnya jika hidup yang mahal ini kita tebus dengan persatuan yang berlandaskan :
1.    Semangat ukhuwwah yang tinggi.
2.    Saling cinta-mencintai.
3.    Manifestasi dengan amalan-amalan yang bermanfaat bagi masa depan dunia dan akhirat.
Ya Allah, satukanlah hati-hati kami di atas DeenMu yang lurus. Tautkanlah ia dengan semangat ukhuwah yang bernyala-nyala. Janganlah engkau jadikan perbezaan di kalangan kami menjadi sebab kepada perselisihan dan perpecahan . Hindarkanlah hati kami dari perasaan kedengkian sesama saudara kami serta limpahkanlah perasaan saling cinta mencintai antara sesama kami.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS

[ Read More ]
Read more...
Newer Posts Older Posts
View mobile version
Subscribe to: Posts (Atom)

Yang Setia

Pautan

  • Muharikah
    Antara dua pilihan
    3 years ago
  • Angel Pakai Gucci!
    Doa Itu Bom Nuklear Bagi Orang Mu'min!
    5 years ago
  • Majalah Jom!
    Isu 45: ALAMAK, AKU SALAH PILIH! (EDISI ISTIMEWA)
    9 years ago
  • دعوتنا DAKWATUNA -dakwahkite-
    Di antara Kefahaman dan Pelaksanaan (Sudut Pandang Parti Kebebasan dan Keadilan FJP – Mesir)
    10 years ago
  • ZADUD-DUAT
    Wahai Ikhwah, Persaudaran adalah rahsia kekuatan anda
    11 years ago
  • Popular
  • Recent
  • Archives
 

Diri Ini

My photo
WAS
Blog ini memaparkan bahan-bahan bacaan dan artikel yang boleh meningkatkan ilmu dan kefahaman Islam anda..
View my complete profile

Blog Ini Menarik??

Yang Paling Digemari

  • Memohon Dari Al Jabbar
    Seringkali manusia terjebak oleh pemikirannya sendiri dan merasa mampu untuk merancang segala sesuatu. Padahal tidak ada kekuatan dalam d...
  • Apabila Hijab Terbuka
    Terbukanya hijab  (sekatan pembatas)  antara kita dengan Allah adalah sumber ketenangan dan kebahagiaan hidup. Ketika hijab telah terbuka, s...
  • Kualiti Sebenar Rijalud Dakwah
    Rijalud dakwah adalah seseorang yang telah di tarbiyah secara intensif sehingga memiliki persediaan untuk berjuang dan berkorban di jal...
  • Menjelmakan Makna Tarbawi
    Sehingga ke saat ini Allah swt masih memberikan rahmat kepada kita melalui hidayah, iman, Islam serta dakwah dan tarbiyah. Sungguh, n...
  • Surah Yang Menjadi Pembela
    Allah swt telah menurunkan kepada kita Al Qur’an sebagai : a.        Cahaya. b.       Rahmat. c.        Ubat dari penyakit hati dan...

Arkib

  • ►  2017 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2016 (4)
    • ►  September (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (39)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (2)
    • ►  January (5)
  • ►  2014 (42)
    • ►  November (5)
    • ►  October (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (9)
    • ►  May (8)
    • ►  April (4)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2013 (72)
    • ►  December (1)
    • ►  November (5)
    • ►  October (4)
    • ►  September (5)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (7)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (7)
    • ►  February (9)
    • ►  January (11)
  • ▼  2012 (163)
    • ►  December (8)
    • ►  November (9)
    • ►  October (9)
    • ►  September (9)
    • ►  August (6)
    • ►  July (12)
    • ►  June (9)
    • ►  May (15)
    • ►  April (16)
    • ►  March (18)
    • ▼  February (24)
      • Maut Yang Sentiasa Menanti
      • Perbezaan Suatu Keluasan
      • Ciri-Ciri Rijal Pilihan
      • Memahami Fiqh Tarbiyah
      • Dakwah Menggerakkan Kehidupan
      • Istiqamah Di Atas Jalan Dakwah
      • Kunci Meraih Kecintaan Masyarakat
      • Pertahankan Kemurnian Dakwah
      • Pendakwah Pusat Tarikan
      • Dakwah Melalui Pertautan Hati
      • Pendakwah Yang Mendapat Bimbingan
      • Keperibadian Pemimpin Dan Murabbi
      • Dakwah Yang Menggugah Nurani
      • Tarbiyah Membentuk Keimanan Mendalam
      • Mengkhususkan Diri Untuk Allah
      • Gambaran Pejuang Dakwah
      • Mengalirkan Sumber Kekuatan
      • Menegakkan Tiang Ukhuwah
      • Ceramah Syeikh Jum'ah Amin - BM Penuh
      • Ceramah Syeikh Jum'ah Amin - Soal Jawab
      • Ceramah Syeikh Jum'ah Amin 1
      • Halangan Menjejaki Jalan Dakwah
      • Ceramah Syeikh Mahmoud Ezzat 2
      • Ceramah Syeikh Mahmoud Ezzat 1
    • ►  January (28)
  • ►  2011 (93)
    • ►  December (24)
    • ►  November (69)

Susunan

  • Akhlak (6)
  • Aqidah (17)
  • Dakwah (73)
  • Fikrah (74)
  • Ilmu (38)
  • Motivasi (10)
  • Muslimah (3)
  • Mutiara Hikmah (12)
  • Mutiara Hikmah Para Duat (21)
  • Mutiara Hikmah Ramadhan (3)
  • Renungan (31)
  • Ruhiyah (8)
  • Tarbiatuna (5)
  • Tarbiyah (34)
  • Tausiyah (31)
  • Tokoh (8)
  • Uslub (11)
  • Video (29)

Panji Islam

Asmaaul Husna

Kalam Hikmah

Coretan Anda

Pengunjung

Detik Kehidupan

Hari Ini

Waktu Solat

Pelawat


widgets

Selamat Melayari

  • NEW POSTS
  • COMMENTS
  • flickr

    Get your Flickr ID!
 
 
© 2011 Tinta Perjalanan | Designs by Web2feel & Fab Themes

Bloggerized by DheTemplate.com - Main Blogger