skip to main | skip to sidebar

Tinta Perjalanan

Pages

  • Home
 
  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube
  • DheTemplate.com
  • Free Templates
  • Drop Menu 1
    • Child Menu 1.1
    • Child Menu 1.2
    • Child Menu 1.3
  • Drop Menu 2
    • Child Menu 2.1
    • Child Menu 2.2
    • Child Menu 2.3
  • Daily Update Templates

Ahlan Wasahlan


Perjalanan Menuju Allah.

Thursday, 31 May 2012

Mencari Teman Yang Abadi

Ditulis Oleh WAS Pada 01:55 – 0 Komen Anda
 
Dalam menyusuri perjalanan kehidupan kita di dunia ini, kita mesti saling berpegangan tangan kerana kita tidak mungkin selamat mengharungi bahtera kehidupan yang sangat luas dengan ancaman badai fitnah ini seorang diri.

Kita tidak mungkin mampu melepaskan diri dari ancaman fitnahnya dengan hanya bersandarkan kepada kemampuan sendiri kerana kita diciptakan sebagai makhluk yang penuh kelemahan dan mudah terpedaya.

“Dan diciptakan manusia itu dalam keadaan lemah.” (QS An Nisaa’ : 28)

Kebersamaan dan persahabatan di jalan Allahlah yang akan menghantarkan kita bagi menyelesaikan urusan kehidupan dengan kebaikan.

Persaudaraan, kebersamaan dan persahabatan di jalan Allahlah yang juga akan mengiringi kita kepada kebahagiaan akhirat.

Oleh itu, marilah kita :
  1. Lewati lorong-lorong waktu dengan persaudaraan.
  2. Menyusuri jalan-jalan dunia yang penuh tipu daya dengan kebersamaan.
  3. Menjejaki penggiliran pagi, petang, siang dan malam yang penuh liku dengan persahabatan dalam keimanan.
Allah swt memberitahu kita bahwa hanya persahabatan atas dasar iman dan taqwalah yang abadi.

“Teman-teman akrab pada hari itu (hari kiamat) sebahagiannya menjadi musuh bagi sebahagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa." (QS Az Zukhruf : 67)

Ibnu Katsir mengatakan :

“Seluruh persaudaraan dan persahabatan yang bukan kerana Allah pada hari kiamat akan berubah menjadi permusuhan."

Begitu juga pesanan Rasulullah saw dalam haditsnya yang menyebutkan bahwa kita akan dibangkitkan di hari kiamat bersama orang yang kita cintai.

Mari kita renungi :
  1. Siapakah orang-orang yang kita cintai?
  2. Siapakah orang-orang yang paling dekat dalam hidup dan hati kita?
  3. Siapakah orang yang menghiasi ingatan kita?
  4. Siapakah orang yang menemani langkah-langkah hidup kita?
  5. Adakah dia orang soleh?
  6. Adakah dia mengajak kepada kebaikan dan keridhaan Allah?
Bayangkanlah persahabatan orang yang beriman di akhirat kelak adalah sebagaimana yang digambarkan oleh Saiyyidina Ali bin Abi Talib ra :

"Ada dua orang mukmin yang bersahabat dan berteman akrab. Salah seorang di antara keduanya meninggal lebih dahulu dan ia mendapat berita gembira dengan syurga. Ketika itu ia mengingati teman akrabnya masa di dunia lalu ia berdoa :

“Ya Allah, sesungguhnya fulan adalah teman akrabku, dia yang menganjurkanku berlaku taat kepadaMu dan kepada RasulMu. Dia yang mengajakku melakukan kebaikan dan mencegahku melakukan kemungkaran. Dia juga yang menyedarkanku akan pertemuan denganMu.

Ya Allah jangan Engkau sesatkan dia sepeninggalanku sampai Engkau memperlihatkan kepadanya kenikmatan yang Engkau berikan padaku dan sampai Engkau meridhainya sebagaimana Engkau ridha kepadaku,"

Maka Allah berkata kepadanya :

"Pergilah, seandainya engkau tahu yang Aku berikan kepadanya pasti engkau akan banyak tertawa dan sedikit menangis.”

Kemudian teman akrabnya itu meninggal dan ruh mereka bertemu. Dikatakan pada mereka :

“Saling memujilah kamu kepada sahabat kamu."

Maka masing-masing mereka mengatakan :

“Dia adalah sebaik-baik teman, sebaik-baik saudara, sebaik-baik sahabat…."

Aduhai indahnya pertemuan yang sangat memberi makna dan penuh kegembiraan.

Banyak lagi kisah-kisah yang ditinggalkan oleh para salafus soleh tentang keadaan mereka setelah meninggal dunia.

Di antaranya yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitab ‘Ar-Ruh’:

Abdullah bin Mubarak mengatakan :

“Aku bermimpi bertemu Sufyan Ats Tsauri beberapa hari setelah ia meninggal dunia.

Aku bertanya padanya ;

“Apa yang Allah lakukan terhadapmu sekarang?"

Ia menjawab, “Aku bertemu Muhammad dan pasukannya..”

Dalam kisah lain, Ibnu Abi Duniya menyebutkan sebuah riwayat dari Yaqzhah binti Rasyid yang bercerita,

“Marwan Al Mahlamy adalah tetanggaku. Dulu dia seorang hakim  dan bersungguh-sungguh dalam ibadah ketika meninggal dunia aku melihat kegembiraan yang terpancar dari mukanya.

Tidak berapa lama setelah itu aku mimpi bertemu dengannya, seperti layaknya mimpi yang
terjadi dalam tidur.

Aku bertanya, “Wahai Abu Abdullah apa yang Allah lakukan terhadap dirimu.“

Ia menjawab, “Allah memasukkan aku ke dalam syurga,"

Jawabnya. “Kemudian apa lagi

“Aku dipertemukan dengan golongan kanan,"

Jawabnya. Kemudian apa lagi?"

“Aku dipertemukan dengan orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah."

Aku bertanya, "Siapa orang yang engkau lihat di sana?” tanyaku.

“Aku melihat Al Hasan bin Sirrin dan Maimun bin Sayyah,” jawabnya.

Seperti itulah keadaan mereka setelah meninggalkan dunia. Bertemu dengan orang-orang yang dahulunya menjadi teman dan penghias hari-hari mereka serta orang-orang soleh yang menjadi ingatan mereka dalam hidup. Mereka itulah yang akan menemaninya di alam akhirat.

Hati-hatilah dalam menyusuri jalan kebersamaan dengan orang-orang soleh. Waspadalah untuk tidak melakukan penyimpangan yang membuatkan percanggahan diri kita dengan mereka.

Tersebut dalam kitab Al Hilya bahwa Salim bin Abi Ja’ad menyatakan bahwa Abu Darda’ pernah berkata :

"Hendaklah seseorang berhati-hati bila ia dibenci oleh hati orang-orang beriman dari arah yang tidak ia sedari.”

Kemudian Abu Darda’ bertanya, “Tahukah kamu apa yang dimaksudkan dengan kata-kata itu?”

Salim mengatakan bahwa ia tidak mengerti.

Abu Darda’ menjelaskan :

“Iaitu seorang hamba yang bermaksiat kepada Allah dalam keadaan sendirian lalu Allah menghunjamkan kemarahanNya dalam hati orang-orang beriman tanpa ia sedari.”
  1. Kemarahan hati orang yang beriman adalah kesengsaraan.
  2. Kebencian orang-orang yang beriman adalah pangkal kesempitan dan penderitaan.
Ini adalah kerana merekalah sebenarnya yang dapat mengubah dunia dengan segala permasalahannya menjadi indah.
  1. Mulut-mulut merekalah yang menuangkan nasihat dan membicarakan kalimat demi kalimat yang dapat mententeramkan hati.
  2. Lidah-lidah merekalah yang menyiram hati kita untuk sentiasa berada dalam keridhaan Allah dan tidak terlalu jauh menyimpang dari ridha Allah swt.
  3. Tangan-tangan merekalah yang menuntun kita.
  4. Tapak tangan merekalah yang menengadah ke langit di malam yang sunyi gelap hingga memberi kekuatan iman dalam diri kita.
Ingatlah sabda Rasulullah saw tentang doa seorang mukmin di tengah malam yang dijamin diterima oleh Allah swt.

Bersahabat dengan mereka akan mendekatkan kita kepada Allah dan ketaatan kita pada Allah juga akan mendekatkan kita kepada mereka.

Ibnu Asakir meriwayatkan, Abu Darda‘ menulis surat pada Maslamah bin Makhlad:

"Seorang hamba jika ia telah berbuat kebajikan untuk taat kepada Allah, maka Allah mencintainya. Bila Allah telah mencintainya, Allah akan menjadikan makhluk cinta padanya. Dan bila ia bermaksiat pada Allah, maka Allah akan memarahinya. Bila ia telah dimarahi olehNya, Maka Allah akan menjadikan seluruh makhluk benci padanya." (Dari kitab Al Kanz)

Ya Allah, mudahkanlah kami dalam memilih teman yang soleh yang mampu membimbing kami dalam perjalanan menuju ke akhirat. Jadikanlah persahabatan kami semata-mata keranaMu tanpa ada apa-apa kepentingan dunia atau berdasarkan hawa nafsu. Kurniakanlah kesedaran hakiki dalam diri kami agar kami sentiasa menghormati orang-orang yang soleh kerana mereka adalah kekasih-kekasihMu serta berilah kekuatan  agar kami mampu menahan lidah dan fikiran kami dari mencerca dan mengeluarkan kata-kata yang buruk terhadap wali-wali dan penolong agamaMu.

Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
[ Read More ]
Read more...
Monday, 28 May 2012

Nasyid Perjuangan

Ditulis Oleh WAS Pada 10:08 – 0 Komen Anda
 































[ Read More ]
Read more...

Meneliti Kejelasan Beramal

Ditulis Oleh WAS Pada 03:14 – 0 Komen Anda
 
Ada suatu berita gembira dari kekasih kita, Nabi Muhammad saw yang baginda sampaikan kepada siapa sahaja yang beramal untuk Islam di mana boleh jadi mereka-mereka ini tidak mendapatkan hak kemanusiaannya atau penghargaan duniawinya.
Rasulullah saw bersabda :
“Berbahagialah seorang hamba yang memegang kendali kudanya, kusut masai rambutnya dan berdebu kakinya. Jika berjaga ia tetap berjaga. Jika bertugas di belakang ia tetap di belakang. Ketika meminta izin tidak diberi izin dan ketika memberi bantuan tidak diperkenankan.” (HR Bukhari)
Menurut sebahagian ulama’, mafhum dari hadits di atas tentu sahaja tidak hanya berlaku dalam peperangan atau kaitannya dengan jawatan dalam ketenteraan. Namun ia berlaku bagi semua amal di jalan Allah yang ditujukan semata-mata untuk berkhidmat dalam Islam.
Selamatlah bagi sesiapa sahaja yang tidak mengagungkan dirinya di jalan Allah di mana dengan ilmunya ia tidak menghendaki :
  1. Kedudukan.
  2. Jawatan.
  3. Kemasyhuran.
  4. Harta benda.
Sikap ini mestilah sentiasa ada dalam diri setiap orang yang bekerja untuk Islam. Bahkan termasuk perkara utama yang mesti dipelajari seseorang ketika mulai menempuh jalan dakwah tersebut.
Ini bukan bererti seseorang perlu :
  1. Merahsiakan kemampuannya.
  2. Menguburkan bakatnya.
  3. Menyekat idea-ideanya.
Bahkan seharusnya, seorang aktivis dakwah perlu memaksimakan potensinya dan kemampuan intelektual, fizikal serta hartanya yang diberikan Allah kepadanya untuk menegakkan Islam.
Realiti sirah Nabi saw sangat sarat dengan contoh-contoh yang ideal seperti cadangan Hubab bin Mundzir kepada Nabi saw untuk memindah khemah tentera Islam dalam perang Badar.
Meskipun tempat yang mula-mula itu adalah pilihan Nabi saw sendiri. Ini tidak membuatnya menahan gagasannya setelah ia memastikan bahwa pendapat Nabi itu semata-mata pertimbangan kemanusiaan dan bukan bersumber dari wahyu Allah.
Maka tidak ada pilihan lain bagi Nabi saw selain menerima pendapat tersebut lalu baginda memindahkan khemah tentera dan ternyata, ini menjadi salah satu faktor kemenangan kaum Muslimin dalam peperangan tersebut.
Sirah juga menjelaskan kepada kita agar ketika menilai seseorang dalam kerja jihad dan dakwah, kita seharusnya tidak menggunakan neraca duniawi, sebagaimana lazimnya digunakan oleh ramai orang terhadap sesuatu tugas, pekerjaan dan jawatan.
Pertimbangan usia, tingkatan pendidikan, kedudukan dan kekuatan fizikal tidak semestinya  dijadikan sebagai skala keutamaan atau sebagai penentu keputusan.
Ada perkara-perkara lain yang semestinya diutamakan seperti :
  1. Ketaqwaan.
  2. Keikhlasan.
  3. Kemampuan menyelesaikan tugas sebagaimana yang diharapkan.
  4. Pengetahuan terhadap hukum-hukum syar’ie, khususnya yang berkaitan dengan tugas yang dipikulnya.
  5. Memiliki kefahaman terhadap segala peraturan yang dilaksanakan oleh sesuatu organisasi atau gerakan di mana ia bergabung di dalamnya.
Kita tahu bagaimana Nabi saw memilih para pemimpin dan panglima. Yang jelasnya baginda mampu memperkukuhkan potensi dan menempatkan posisi dengan sangat baik sehingga memberikan sumbangan positif bagi Islam dan kaum Muslimin.
Baginda mengangkat Khalid bin Al Walid (sekalipun beliau lambat masuk Islam) sebagai seorang panglima di beberapa operasi ketenteraan. Padahal yang dipimpinnya adalah para sahabat yang lebih dulu berjuang dalam Islam dan jihad.
Demikian juga ketika baginda mengangkat Usamah bin Zaid yang umurnya belum genap tujuh belas tahun sebagai panglima perang di mana, di antara orang  dalam pasukannya terdapat ramai sahabat yang lebih tua dan lebih ‘senior’ dalam Islam.
Rasulullah saw tidak mempertimbangkan ‘seniority’ dalam Islam dan jihad mahupun usia. Bahkan, apa yang Baginda lihat adalah potensi dan kemampuan dalam menyelesaikan tugas dengan baik untuk mendapat hasil yang diridhai Allah serta bermanfaat bagi Islam dan kaum Muslimin.
Rasulullah saw juga menjadikan Bilal sebagai tukang azan kerana suaranya yang merdu.
Baginda mengangkat Hasan bin Tsabit sebagai penyair Islam yang berjuang membela agama dan syariah. Bahkan baginda juga memotivasinya dan memberi berita gembira kepadanya tentang sokongan  Ruhul Qudus, malaikat Jibril kepadanya. Walaupun Hasan sendiri tidak ikut terlibat di medan perang, namun ia berjihad dengan lisan dan syairnya. Nabipun telah ridha kepadanya dengan model perjuangannya ini bahkan berterima kasih kepadanya.
Rasulullah saw juga tidak memberi laluan mudah kepada seseorang demi kemaslahatan umum, terutama dalam memilih pimpinan.
Lihatlah bagaimana Abu Dzar yang meminta Nabi agar diangkat sebagai salah satu pimpinan. Betapapun Nabi sangat mencintainya, namun Baginda pun menjawab seraya menepuk bahunya :
“Abu Dzar, kamu ini orang lemah. Jawatan itu amanah. Dan pada hari Kiamat nanti ia menyebabkan kehinaan dan penyesalan. Kecuali orang yang dapat menunaikan haknya dan menjalankan tugasnya” (HR Muslim)
Di sini, Nabi saw meringkaskan satu kaidah penting dengan dua perkataan :
  1. Menunaikan haknya.
  2. Menjalankan tugasnya. 
Betapa mulianya Rasulullah saw dan betapa cerdasnya baginda, salawat dan salam untuknya.
Oleh yang demikian, pertama sekali kita hendaklah mengalamatkan tuduhan kepada diri kita sendiri. Boleh jadi kita lebih tua, lebih berpendidikan dan lebih menguasai salah satu bidang, namun untuk sebuah tugas dakwah boleh jadi kita tidak memiliki sifat-sifat yang semestinya.
Boleh jadi juga, kita memiliki sebahagian sifatnya namun tidak nampak dan tidak menonjol menurut kepimpinan kita kerana mungkin seseorang itu belum menunjukkannya atau belum menyerlahkannya kepada mereka. Mereka hanya melihat sifat-sifat lain yang menonjol pada diri kita yang tidak diperlukan untuk suatu tugas tertentu.
Barangkali keadaan boleh juga berlaku sebaliknya, iaitu kita mempunyai sifat-sifat negatif yang tidak kita sedari atau kita menganggapnya tidak mempunyai pengaruh negatif. Namun aktivis dakwah yang lain serta kepimpinan kita melihatnya lain dan menganggapnya serius yang membuatkan kita tidak layak untuk memikul tugas tersebut.
Marilah kita menentukan beberapa langkah strategik agar tercipta keselarasan antara kita dengan Tuhan kita dan saudara-saudara aktivis dakwah yang bersama kita. Keselarasan yang sesuai dengan kaidah keseimbangan keimanan, kejiwaan dan dakwah.
PERTAMA
Hendaklah kita menanyakan beberapa perkara ini kepada diri sendiri :
  1. Mengapa kita disini?
  2. Untuk siapa amal yang kita lakukan?
  3. Apa yang kita kehendaki dengan amal ini?
Untuk menjawab beberapa pertanyaan ini, diperlukan kejujuran terhadap diri sendiri yang memang sangat sukar kerana kita kadang-kadang sering berbohong terhadap diri sendiri atau kita menipu diri sendiri. Boleh jadi ada niat-niat lain yang tersembunyi di sebalik niat yang kita tunjukkan kepada orang lain dan niat-niat itu yang menggerakkan dan mengarahkan kita.
  1. Apakah kita hanya ingin memuaskan keinginan tersembunyi kita itu hingga kita berharap mendapatkan kedudukan pada suatu kaum agar kita mendapatkan hak untuk memerintah, melarang dan memutuskan?
  2. Apakah ada keinginan untuk menunjukkan kemampuan dalam diri, di mana kita melihatnya memiliki potensi yang luar biasa dan bakat yang perlu dinampakkan?
  3. Apakah ada niat untuk menunjukkan keberanian dan kemampuan kita dalam menyelesaikan suatu tugas yang sukar?
  4. Apakah kita menginginkan kedudukan yang boleh dilihat orang sehingga kita menjadi terkenal dan kita menjadi buah mulut masyarakat?
Jawabannya ada pada diri kita sendiri.
Untuk siapakah kita beramal?
Apakah kita persembahkan kerja kita untuk orang atasan dan pimpinan kita dengan mengharapkan pujian dan sanjungan mereka atas sumbangan kita lalu mereka mengalungkan trofi penghargaan?
Ataukah kita ingin mempersembahkannya kepada Rabb kita agar kiranya Allah memberikan ridha dan syurgaNya kepada kita lalu kedudukan kita menjadi tinggi di akhirat kelak?
Jawabannya juga ada pada diri kita sendiri.
Sedarlah kita bahwa Allah swt tidak pernah tertipu oleh seseorang. Allah dapat melihat apa sahaja yang berada di sebalik dada dan membedah apa yang disembunyikan oleh jiwa. Allah menghisab semua hambaNya sesuai dengan kenyataan sebenarnya  dan bukan berdasarkan  unsur-unsur simbolik, menipu atau penyembunyian niat.
Ayat dan hadits tentang perkara ini sangat banyak. Misalnya dalam sebuah hadits bahwa seseorang datang kepada Nabi saw seraya berkata :
“Seseorang berperang kerana harta rampasan, seseorang berperang kerana kemasyhuran dan seseorang berperang agar kedudukannya boleh diketahui orang. Maka siapakah di antara mereka yang berada di jalan Allah?”
Baginda pun menjawab :
“Barang siapa berperang untuk meninggikan kalimat Allah, maka orang itu berada di jalan Allah.” (HR Bukhari)
Diriwayatkan :
Bahwa (pada hari kiamat) nanti akan didatangkan seseorang yang terbunuh di jalan Allah (menurut anggapan orang). Allah bertanya kepadanya, “Kerana apa kamu terbunuh?” Ia menjawab,”Kerana Engkau telah memerintahkan berjihad di jalanMu, maka aku berperang lalu terbunuh.” Allah berkata kepadanya,”Kamu berbohong.” Malaikat juga berkata kepadanya,”Kamu berbohong.” Allah berkata,”Sebenarnya kamu ingin agar orang mengatakan, ‘si fulan itu memang pemberani.’ Dan sudah ada yang mengatakannya.” Lalu ia termasuk orang pertama yang masuk neraka.” (HR Tirmizi)
Dalam sebuah hadith lain :
Seorang Arab Badui datang kepada Nabi lalu beriman dan mengikuti baginda kemudian berhijrah ke Madinah. Dalam suatu peperangan, Nabi mendapat harta rampasan lalu diberikan kepadanya.
Ia berkata kepada Nabi saw, “Apa ini?”
Baginda berkata, “Aku membahaginya untukmu.”.
Ia berkata, “Bukan untuk ini aku mengikutimu, yang aku inginkan adalah sekiranya aku dilempar anak panah ke sini (ia menunjuk ke arah leher) lalu aku mati dan masuk syurga.”
Nabi menjawab, “Jika kamu jujur Allah akan membuktikan (kejujuranmu).”
Lalu orang itu pun terbunuh dalam peperangan. Nabi melihatnya dan orang itu terkena panah di tempat yang ditunjuk itu.
Baginda bertanya, “Apakah dia ini orangnya?”
Mereka menjawab., “Benar”
Baginda bersabda, “Jika kamu jujur Allah akan membuktikan (kejujuranmu).”
Lalu baginda mengkafankan dengan jubahnya, meletakkannya dan melakukan solat jenazah untuknya serta berdoa untuknya, “Ya Allah, hambaMu ini keluar untuk berhijrah di jalanMu lalu ia terbunuh sebagai syahid dan aku menjadi saksi atasnya.” (HR Imam Nasai’e dengan sanad sahih)
Benarlah bahwa siapa yang jujur, Allah akan membuktikan kejujurannya. Marilah kita duduk dengan penuh kejujuran terhadap diri kita sendiri. Kita nilai niat dan tujuan kita yang tentunya dengan penuh kesedaran bahwa Allah tidak akan menerima amal kecuali yang ikhlas mengharapkan ridhaNya.
Jika kita mampu memperbaiki niat, ia akan lebih baik bagi kita, dunia dan akhirat. Namun, jika kita tidak mampu, ia bukanlah bererti kita mesti meninggalkan amal atau memutuskan hubungan dengan aktivis dakwah yang lain, tetapi hendaklah kita tetap berjihad melawan diri kita untuk mendapatkan niat yang diridhai Allah. Tentu sahaja berbagai kesulitan yang kita hadapi dalam perkara ini yang akan menjadi aset kebaikan kita di sisi Allah.
Ingatlah firman Allah awt :
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh mencari jalan Kami, pasti akan Kami tunjukkan kepadanya jalan Kami.”
KEDUA :
Kita menunaikan tugas yang telah diamanahkan kepada kita dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai ketidakpuasan kita terhadap kedudukan kita itu membuatkan kita malas menunaikan tugas dan kewajiban.
KETIGA :
Biasakan menunjukkan keahlian kita dan memperkenalkannya kepada kepimpinan dalam organisasi. Jangan sampai kita memendam pendapat yang menurut kita mungkin bermanfaat walaupun ia berbeza dengan pendapat kepimpinan. Dalam hal ini, kisah Hubab bin Al Mundzir ra boleh menjadi contoh.
KEEMPAT :
Bersikap terus terang kepada sesama aktivis dakwah dan kepimpinan tentang segala perkara yang mengusik jiwa kita. Garis lurus itu biasanya lebih dekat dengan kedua titik. Ketahuilah bahwa ketika kita mengeluarkan apa-apa yang terpendam di dalam jiwa kita, ia akan membuatkan kita puas dan tenteram. Lalu permasalahan menjadi jelas bagi kita dan semua yang lain.
Namun jika sesuatu masalah itu kita pendamkan, tentulah kegundahan itu kian membesar dan bercabang, lalu syaitan pun beraksi untuk memperbesarkan dengan godaan dan bisikannya. Maka, kita akan terbakar dari dalam. Ini akan mengganggu keimanan dan kejiwaan kita yang kemudiannya akan membawa kepada kerugian yang nyata.
KELIMA :
Sentiasa berharap kepada Allah melalui doa dalam solat, sujud kita dan waktu-waktu mulia agar dikurniakan amal soleh yang mendekatkan kita kepadaNya. Juga agar Allah menuntun kita untuk melakukan kebaikan, kebenaran dan merubah diri kita agar kita diselamatkan dari fitnah kedudukan dan kepimpinan di mana kita tidak mampu menunaikannya sepertimana sabda Rasulullah saw  yang menyebut bahwa amanah, pada hari Kiamat nanti akan menyebabkan kehinaan dan penyesalan.
Selain melihat hak-hak seseorang aktivis dakwah, kepimpinan harakah atau organisasi juga memiliki tanggungjawab yang lebih besar dalam masalah ini yang menyangkut perkara-perkara berikut :
PERTAMA :
Kewajiban pertama kepada kepimpinan harakah ialah agar mereka sentiasa mengikuti manhaj syariah dan cara Nabi dalam memilih pimpinan di berbagai wilayah dalam rangka melaksanakan tugas-tugas dakwah Islam.
Hendaklah mereka berusaha bagi menempatkan orang-orang yang lebih sesuai iaitu sesuai dengan kapasiti syar’ie yang membuatkan orang itu layak menduduki sebuah jawatan tertentu.
Ini bermakna, pada kepimpinan tersebut terdapat sifat-sifat positif dan antara yang menonjol  adalah :
  1. ‘Kafa’ah’ (kemampuan penguasaan) menyelesaikan tugas yang diamanahkan kepadanya.
  2. Menunjukkan keikhlasan dalam memberikan pengarahan kepadanya.
  3. Menjadi ‘qudwah’ (contoh tauladan) bagi orang bawahannya.
  4. Adil dalam suka mahupun tidak suka.
  5. Tidak menerima perantara.
  6. Tidak memihak kepada salah satu pihak.
  7. Tidak marah kerana nafsunya.
  8. Cinta dan benci kerana Allah.
  9. Tidak merasa lebih tinggi ketika menasihati atau mengkritik.
  10. Tidak sibuk mencari keuntungan material dari jawatannya.
  11. Bersifat hormat kepada orang bawahannya, penuh keanjalan dan tidak kaku.
Selain itu, yang lebih penting lagi agar kesetiaannya diberikan kepada fikrah dan bukan kepada orang-orang yang mengangkatnya.
Sifat ini sangat penting kerana kadang-kadang sebuah fikrah itu dipandang ringan oleh kepimpinan, maka akhirnya :
“Kesetiaan akan berubah dari untuk fikrah menjadi untuk peribadi kepimpinan, berjalan bersamanya, ke mana sahaja, lalu berputar bersamanya mengikuti arah angin.”
KEDUA :
Hendaklah kepimpinan harakah mendidik orang bawahannya akan nilai-nilai Islam yang dengan nilai-nilai itu ia dapat menerima untuk berada di bawah kepimpinan seseorang yang :
  1. Lebih muda darinya.
  2. Tingkatan pendidikan yang lebih rendah darinya.
  3. Wawasan dan ilmu pengetahuan yang tidak begitu meluas berbanding dirinya.
Pendidikan nilai-nilai ini mestilah diberikan kepada mereka sebelum fitnah datang menimpa iaitu cita-cita peribadi muncul dan godaan syaitan mulai mengganas.
Ujian tidak akan datang sebelum adanya proses belajar kerana, jika tidak, seorang murid akan gagal disebabkan tidak menguasai formula-formula yang diujikan kepadanya kerana ukuran yang biasa dijumpainya dalam kehidupan sehariannya berbeza dengan ukuran yang dijumpainya ketika ujian berlaku.
KETIGA :
Para kepimpinan harakah hendaklah juga tidak menjadikan nash-nash syar’ie yang menyeru kepada pengingkaran jati diri dan keikhlasan dalam beramal, sebagaimana yang disebutkan sebelum ini, sebagai ubat bius yang memaksa setiap peribadi agar menyerah sahaja kepada kedudukan tertentu. Boleh jadi, mereka memang mempunyai hak di saat ia menolak atau meminta adanya perubahan.
KEEMPAT :
Sentiasa memotivasi setiap anggota agar menunjukkan kemampuan mereka serta mengembangkan bakat inovatif mereka dan bukannya memendam dan menahannya.
Sangat sayang, kadang-kadang ada sebahagian orang yang cuba untuk menceroboh ke wilayah  niat mereka lalu memutuskan persoalan berdasarkan niat tersebut.
Seolah-olah ia telah membedah hati mereka dan mengungkapkan niat itu lalu ia membuat interpretasi terhadap usaha-usaha mereka dalam rangka menunjukkan kemampuan dan mendakwa mereka memiliki sifat “hubbudz-dzuhur” atau bercita-cita kepada jawatan dan rakus terhadap kedudukan. Boleh jadi, ia memang benar, namun orang-orang seperti itu perlu diuji sebelum dibuat penghakiman.
KELIMA :
Anggapan bahwa penilaian kepimpinan terhadap anggota, samada positif ataupun negatif, adalah wahyu yang tidak boleh dibantah, yang dengan dasar itu seseorang anggota dihukum sebagai boleh dipercayai atau tidak.
Anggapan tersebut perlu ditinjau berulang kali dan dibuat pembetulan kerana untuk menilai seseorang, perlu dari berbagai sudut dan setelah melakukan berbagai ujian, untuk menjauhi kecenderungan peribadi yang kadang-kadang boleh mempengaruhi kepimpinan sekalipun ia berusaha untuk mengurangkannya.
Walaubagaimanapun, kepimpinan adalah manusia juga yang tidak terbebas dari kesalahan dan kekeliruan dalam mengambil keputusan.
KEENAM :
Hendaklah kepimpinan boleh menjadi teladan dalam amal soleh agar apa yang diucapkannya serasi dengan apa yang dikerjakan. Ketahuilah bahwa keteladanan ini mempunyai kesan yang kuat dan mendalam dalam diri anggotanya berbanding kata-kata yang terucap, apatah lagi kata-kata itu hanyalah pemanis bibir yang tidak ada realiti amalnya. Lebih ironiknya lagi, jika amal perbuatannya bertentangan dengan pernyataannya dan dengan syariah Islam.
Ya Allah, berilah kekuatan kepada kami supaya kami sedar sepenuhnya akan tujuan dan peranan yang mesti kami mainkan selaku makhluk yang diciptakan untuk itu. Bantulah kami supaya kami mampu memiliki cara pandang yang jelas serta ‘bashirah’ yang menjadikan kami mampu menentukan jalan dan wasilah yang akan kami tempuh untuk mencapai tujuan dengan memainkan peranan itu. Kami bermohon kepadaMu agar menjadikan ‘bashirah’ itu memantulkan cahaya dariMu.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
[ Read More ]
Read more...
Newer Posts Older Posts
View mobile version
Subscribe to: Posts (Atom)

Yang Setia

Pautan

  • Muharikah
    Antara dua pilihan
    3 years ago
  • Angel Pakai Gucci!
    Doa Itu Bom Nuklear Bagi Orang Mu'min!
    5 years ago
  • Majalah Jom!
    Isu 45: ALAMAK, AKU SALAH PILIH! (EDISI ISTIMEWA)
    9 years ago
  • دعوتنا DAKWATUNA -dakwahkite-
    Di antara Kefahaman dan Pelaksanaan (Sudut Pandang Parti Kebebasan dan Keadilan FJP – Mesir)
    10 years ago
  • ZADUD-DUAT
    Wahai Ikhwah, Persaudaran adalah rahsia kekuatan anda
    11 years ago
  • Popular
  • Recent
  • Archives
 

Diri Ini

My photo
WAS
Blog ini memaparkan bahan-bahan bacaan dan artikel yang boleh meningkatkan ilmu dan kefahaman Islam anda..
View my complete profile

Blog Ini Menarik??

Yang Paling Digemari

  • Memohon Dari Al Jabbar
    Seringkali manusia terjebak oleh pemikirannya sendiri dan merasa mampu untuk merancang segala sesuatu. Padahal tidak ada kekuatan dalam d...
  • Apabila Hijab Terbuka
    Terbukanya hijab  (sekatan pembatas)  antara kita dengan Allah adalah sumber ketenangan dan kebahagiaan hidup. Ketika hijab telah terbuka, s...
  • Kualiti Sebenar Rijalud Dakwah
    Rijalud dakwah adalah seseorang yang telah di tarbiyah secara intensif sehingga memiliki persediaan untuk berjuang dan berkorban di jal...
  • Menjelmakan Makna Tarbawi
    Sehingga ke saat ini Allah swt masih memberikan rahmat kepada kita melalui hidayah, iman, Islam serta dakwah dan tarbiyah. Sungguh, n...
  • Surah Yang Menjadi Pembela
    Allah swt telah menurunkan kepada kita Al Qur’an sebagai : a.        Cahaya. b.       Rahmat. c.        Ubat dari penyakit hati dan...

Arkib

  • ►  2017 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2016 (4)
    • ►  September (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (39)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (2)
    • ►  January (5)
  • ►  2014 (42)
    • ►  November (5)
    • ►  October (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (9)
    • ►  May (8)
    • ►  April (4)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2013 (72)
    • ►  December (1)
    • ►  November (5)
    • ►  October (4)
    • ►  September (5)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (7)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (7)
    • ►  February (9)
    • ►  January (11)
  • ▼  2012 (163)
    • ►  December (8)
    • ►  November (9)
    • ►  October (9)
    • ►  September (9)
    • ►  August (6)
    • ►  July (12)
    • ►  June (9)
    • ▼  May (15)
      • Mencari Teman Yang Abadi
      • Nasyid Perjuangan
      • Meneliti Kejelasan Beramal
      • Mengurus Perkembangan Dakwah
      • Khilafah Di Atas Jalan Kenabian
      • Wawancara Isteri Bakal Presiden
      • Pelbagai Teknik Dakwah
      • Akhlak Penyatu Umat
      • Pendakwah Bukan Penghukum
      • Transformasi Tarbiyah Kepada Dakwah
      • Mujahid Yang Sabar
      • Dakwah Penyelamat Umat
      • Agenda Perjuangan Aktivis Dakwah
      • Generasi Revolusi Yang Dinantikan
      • Kestabilan Kehidupan Pendakwah
    • ►  April (16)
    • ►  March (18)
    • ►  February (24)
    • ►  January (28)
  • ►  2011 (93)
    • ►  December (24)
    • ►  November (69)

Susunan

  • Akhlak (6)
  • Aqidah (17)
  • Dakwah (73)
  • Fikrah (74)
  • Ilmu (38)
  • Motivasi (10)
  • Muslimah (3)
  • Mutiara Hikmah (12)
  • Mutiara Hikmah Para Duat (21)
  • Mutiara Hikmah Ramadhan (3)
  • Renungan (31)
  • Ruhiyah (8)
  • Tarbiatuna (5)
  • Tarbiyah (34)
  • Tausiyah (31)
  • Tokoh (8)
  • Uslub (11)
  • Video (29)

Panji Islam

Asmaaul Husna

Kalam Hikmah

Coretan Anda

Pengunjung

Detik Kehidupan

Hari Ini

Waktu Solat

Pelawat


widgets

Selamat Melayari

  • NEW POSTS
  • COMMENTS
  • flickr

    Get your Flickr ID!
 
 
© 2011 Tinta Perjalanan | Designs by Web2feel & Fab Themes

Bloggerized by DheTemplate.com - Main Blogger