skip to main | skip to sidebar

Tinta Perjalanan

Pages

  • Home
 
  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube
  • DheTemplate.com
  • Free Templates
  • Drop Menu 1
    • Child Menu 1.1
    • Child Menu 1.2
    • Child Menu 1.3
  • Drop Menu 2
    • Child Menu 2.1
    • Child Menu 2.2
    • Child Menu 2.3
  • Daily Update Templates

Ahlan Wasahlan


Perjalanan Menuju Allah.

Tuesday, 17 December 2013

Menang Walaupun Disakiti

Ditulis Oleh WAS Pada 05:15 – 1 Komen Anda
 
Pernahkah :

1.      Kita disakiti di jalan Allah?
2.      Kita disakiti oleh objek dakwah kita dengan sikap acuh tak acuh mereka terhadap seruan yang kita lakukan?
3.      Kita disakiti dengan kurangnya kehadiran mad’u ke program dakwah dan tarbiyah?
4.      Kita digelar sebagai teroris atau ekstremis kepada sebuah institusi dakwah yang sah dari segi undang-undang?

Di sudut yang lebih dekat dengan diri kita sendiri,

Apakah pernah kita disakiti oleh saudara seperjuangan kita dengan :

a.       Komunikasi yang buruk?
b.      Wajah yang tidak ceria?
c.       SMS yang menghina?
d.      Whatapps yang menusuk jantung hati kita?  

Firman Allah swt :

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan , (kerana) sebahagian kamu adalah turunan dari sebahagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya,yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam syurga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.” (QS Ali Imran : 195)

Lalu, mari kita cuba bayangkan jika kita kembali ke zaman lampau iaitu 1,400 tahun yang lalu.
Cuba kita bayangkan kota Makkah dengan lembah-lembah dan gunung-gunungnya lalu kita bayangkan peribadi yang :
1.      Paling bengis kepada dakwah.
2.      Paling besar pertentangannya.
3.      Paling besar usahanya untuk memadamkan cahaya Allah.
Ya, beliaulah Amr bin Hisyam atau biasa kita kenali dengan nama ‘Abu Jahl’.
Namun, terhadap orang yang seperti ini, ternyata Rasulullah saw tidak penah meninggalkannya dalam dakwah.
Disebutkan dirinya dalam doa Rasulullah saw yang mulia :
“Ya Allah, kuatkanlah Islam ini dengan masuknya salah seorang dari dua Umarain, Umar bin Al Khattab atau Amr bin Hisyam”.
Rasulullah saw tidak pernah berhenti berdakwah kepadanya sehinggalah sampai kepada perang badar yang mengakhiri riwayat hidupnya.
‘Abu Jahl’ mati dalam keadaan kafir setelah dengan lantang berteriak :
“Ya Allah sekiranya yang dibawa oleh Muhammad itu benar, hujanilah sahaja kami dengan batu.”
Lalu, apakah kita sudah berusaha sekuat Rasulullah saw dalam berdakwah kepada setiap objek dakwah kita?
Rasulullah saw lah orang yang pertama yang menjenguk ketika ‘Abu Jahl’ sakit, walaupun sebagai balasan, dilemparkannya kotoran dan isi perut unta ke belakang baginda ketika baginda sedang solat berdekatan dengan ka’abah.
Sungguh, “merasa” disakiti di jalan dakwah adalah suatu perkara yang biasa apatah lagi oleh objek dakwah kita.
Rasulullah saw pernah dilempar, dicaci, dihina, digelar pendusta, tukang sihir dan segala ungkapan kasar lainnya.
Namun, baginda hanya berdoa :
“Ya Allah, semoga Engkau mengeluarkan keturunan yang menyembah Engkau dari sulbi mereka.”
Tentang disakiti oleh saudara kita, sesama pejuang dakwah, sampai saat ini, kita seharusnya benar-benar yakin bahwa :
a.       Yang menyatukan hati-hati kita, hanyalah Allah!!
b.      Yang membuat kita saling mencintai antara satu sama lain, hanyalah Allah!!
c.       Yang menumbuhkan prasangka baik sesama kita, hanyalah Allah!!
d.      Yang masih mengizinkan kita untuk terus menjejaki jalan juang ini, hanyalah Allah!!
Sungguh sangat mudah bagi Allah untuk mengganti kita dengan kaum :
1.      Yang lebih baik.
2.      Yang lebih bijaksana.
3.      Yang lebih kuat.
4.      Yang lebih soleh.
5.      Yang lebih berilmu daripada kita.
Akan tetapi, tidakkah kita akan mengambil pelajaran dari Bani Israil? Iaitu kaum yang paling banyak diceritakan di dalam Al-Quran.
Ketika Allah swt memberikan muatan sejarah kepada mereka dengan sebutan umat yang terbaik, namun mereka kemudiannya mengingkari peranan sejarah mereka.
Mereka :
a.       Mengingkari perintah-perintah Allah yang ditujukan kepada mereka.
b.      Membunuh para Nabi.
c.       Menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang murah sehingga mereka menjadi kaum yang dilaknat oleh Allah hingga ke saat ini.
Kemudian, Allah memenuhi janjiNya di mana dikeluarkanlah umat terbaik dalam sejarah umat manusia dan mereka adalah generasi terbaik yang pernah disaksikan oleh sejarah di mana :
1.      Bersih akidah mereka.
2.      Jujur lisan mereka.
3.      Baik akhlak mereka.
Merekalah generasi pertama umat ini.
Namun, apakah mereka :
a.       Bersih dari perselisihan?
b.      Sekumpulan malaikat yang sama sekali bersih dari prasangka, bebas dari ‘ghibah’, bebas dari segala aspek kemanusiaan yang melekat pada diri mereka?
Ternyata tidak, kerana dari fakta sejarah :
1.      Bilal dan Abdurrahman bin Auf pernah bertengkar.
2.      Ali bin Abi Talib dan Thalhah bin Ubaidillah pernah berbeza pasukan dalam perang unta.
3.      Umar pernah bertentangan dengan Khalid bin Al Walid.
Lalu, apakah yang mereka utamakan ketika sedang berselisih faham?
Ajaran agama yang mulia ini mengajarkan bahwa dalam keadaan apapun, IMAN lah yang mesti diutamakan.
Sekali lagi ‘IMAN’, bukan yang lain.
Imanlah yang melahirkan prasangka baik.
Maka menangislah Thalhah, ketika ia perlu berhadapan dengan Ali. Teringat di saat mereka berdua beriringan mendampingi Rasulullah saw. Lalu mengapa mereka sekarang perlu berhadapan dalam dua pasukan yang berbeza?
Maka ridhalah Khalid ketika Umar menurunkannya dari jawatan panglima perang dan mengutamakan baik sangka kepadanya.
“Aku berperang bukan kerana Umar, tapi kerana Tuhan Umar.”
Maka menangislah Umar, ketika ia tahu bahwa Khalid sudah meninggal dan berkata :
“Tidakkah ada perempuan Arab yang masih mampu melahirkan Khalid bin Al Walid?”
Ya, itulah bahasa ‘IMAN’.
Adakah ianya sukar??
Ya, jalan ini memang tidak akan dapat dilalui dengan mudah.
Sudut-sudut ke”manusia”an akan sentiasa bertempur dengan sudut-sudut Ilahiyah dan keduanya akan saling bertempur sehingga kita berharap sudut iman kita akan sentiasa memenangkan pertempuran dengan sudut kemanusiaannya.
Ianya persis seperti Siti Hajar pada ketika ia bertanya kepada suami yang dikasihinya.
“Apakah ini perintah Allah?”
Seraya menenangkan hatinya dengan ungkapan begitu :
“Jika ini perintah Allah, maka sungguh Ia tidak akan pernah menyia-nyiakan kami.”
Di atas jalan ini, baik sangka perlulah menjadi sebuah kemestian dan ketika ada sedikit pergeseran antara kita dengan saudara kita, maka yang pertama sekali perlu diperiksa adalah, keadaan iman kita kerana tidak mungkin tidak bertemu dua hati yang menuju satu titik penghambaan kepadaNya.
“Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.” (QS Al Anfal : 63)

DAKWAH DAN KEMENANGAN

Mari kita belajar dari sejarah dan masa silam untuk kemudiannya membuatkan kita mampu melompat lebih tinggi di masa hadapan.
Dari kaum Nuh kita belajar :
“Lalu, mereka mendustakan Nuh, kemudian kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya dalam bahtera, dan kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).” (QS Al-A'raf : 64)
Dari kaum Hud kita belajar :
“Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Hud, dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami, dan Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari azab yang berat.” (QS Hud : 58)
Dari kaum Soleh kita belajar :
“Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Soleh serta orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami, dan (Kami selamatkan) dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah, Yang Maha Kuat, lagi Maha Perkasa. Dan satu suara keras yang mengguntur, menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumah mereka.” ( QS Hud : 66-67)
Dari kaum Syu’aib kita juga belajar :
“Dan tatkala datang azab Kami, kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman kepadanya dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang menggelegar, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumah mereka.” (QS Hud : 94)
Dari Bani Isra’il dan Fir’aun kita belajar :
“Kemudian kami menghukum mereka, maka kami tenggelamkan mereka di laut, disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami. Dan kami wariskan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi, dan bahagian baratnya yang Kami beri keberkatan padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil, disebabkan kesabaran mereka. Dan kami hancurkan apa yang telah dibuat Firaun, dan kaumnya dan apa yang telah dibangunkan  mereka.” (QS Al- A’raf : 136-137)
Dari ayat-ayat di atas, kita belajar tentang “kemenangan” dakwah terhadap kaum terdahulu.
Namun ada sesuatu yang berbeza ketika kita membandingkan apa makna kemenangan dari rasul-rasul terdahulu, dengan umat ini, dengan rasulnya yang mulia, Nabi Muhammad saw setelah  mereka semuanya disakiti di jalan Allah.
Jika pada umat yang terdahulu, Allah menurunkan secara langsung azabNya bagi mereka yang tidak beriman dan menyelamatkan orang-orang yang beriman, namun untuk umat Rasulullah saw, Allah mengajarkan kepada kita sesuatu yang lebih bernilai.
Ianya adalah dakwah, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Ali Imran : 110)
Dakwahlah yang membuatkan kita menyandang gelaran umat yang terbaik sehingga akhirnya kita faham bahwa  kemenangan ini bukan hanya ketika kita berhasil menguasai wilayah, penduduk ataupun posisi-posisi strategik pemerintahan dan struktur masyarakat.

Kemenangan ini adalah kemenangan hati di alam jiwa, di mana majoriti manusia akhirnya tunduk dan patuh hanya pada satu ‘Ilah’ iaitu Allah azza wajalla.

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepadaNya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Menerima taubat.” (QS An-Nashr : 1-3)
Jika sudah demikian, maka janji Allah pasti benar iaitu untuk menjadikan orang-orang beriman berkuasa di atas muka bumi ini sebagaimana firmanNya :
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu, dan mengerjakan amal-amal yang soleh, bahwa Dia, sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.” (QS An-Nur : 55)
IMAN, HIJRAH DAN JIHAD

Mari kita hayati firman Allah swt berikut :

“(Sesungguhnya) orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah dengan harta benda dan jiwa mereka adalah lebih besar dan tinggi darjatnya di sisi Allah (daripada orang-orang yang hanya memberi minum orang-orang Haji dan orang yang memakmurkan masjid sahaja); dan mereka itulah orang-orang yang berjaya.” (QS At-Taubah : 20)

Kita fahami melalui ayat ini bahwa :

1.      Keimanan sebagai teras.
2.      Hijrah sebagai langkah awal.
3.      Jihad di jalan Allah swt sebagai kemuncak perjuangan.

Jika tiga unsur di atas wujud dalam perjuangan kita, maka ianya sudah merupakan kemenangan bagi kita walaupun tidak membawa kepada natijah memperolehi sebarang kedudukan di muka bumi ini.

Bahkan, menang atau kalah dalam jihad bukan syarat untuk berjaya, kerana seseorang yang telah melakukan jihad dengan keimanan dan keikhlasan bererti dia telahpun berjaya atau menang.

Bahkan, kita juga diajar konsep kemenangan teragung, iaitu, bukan di sini, tetapi di akhirat sana di mana kita diajarkan oleh Allah swt melalui firmanNya  seperti berikut :

“Tidaklah sama ahli neraka dan ahli Syurga; ahli Syurgalah orang-orang yang beroleh kemenangan (mendapat segala yang diingini).” (QS Al-Hasyr : 20)

Justeru, ketika keluarga Yasir disiksa untuk memperjuangkan keimanan mereka, Rasulullah saw menjelaskan didikan yang sama dengan menyebut (yang bermaksud) :

“Bersabarlah wahai keluarga Yasir, kerana sesungguhnya tempat kamu adalah di syurga.”

Rasulullah saw telah menolak tawaran jawatan di Makkah, atas dasar ingin meneruskan perjuangan tersebut dan tidak semestinya perlu dimulakan dengan kekuasaan.

Ketika Rasulullah saw dipujuk oleh bapa saudaranya untuk meninggalkan perjuangan dakwah, Baginda saw secara jelas menjawab:

“Jika mereka meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan urusan (dakwah) ini, nescaya aku tidak akan meninggalkannya, sehinggalahAllah swt menzahirkannya (memberi kemenangan) ataupun aku binasa pada urusan ini.”

Jelas bagi kita di mana natijah daripada usaha kita bukan sesuatu ukuran perjuangan kita. Ada juga para rasul yang ditentang dan dibunuh oleh bangsa Yahudi, namun di sisi Allah swt, mereka adalah orang-orang yang telah menang. Usaha kita dalam melakukan usaha dakwah dan islah juga menyebabkan kita sudah dinilai sebagai seorang yang menang di sisi Allah swt.

Allah swt berfirman :

“Dan hendaklah ada di antara kamu satu puak yang menyeru (berdakwah) kepada kebajikan (mengembangkan Islam), dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik, serta melarang daripada segala yang salah (buruk dan keji). Dan mereka yang bersifat demikian ialah orang-orang yang menang.” (QS Ali-Imran : 104)

Kita dididik dengan gambaran yang jelas tentang kemenangan yang hakiki. Kita dididik dengan kefahaman yang jelas tentang erti kehidupan dan kehambaan, lalu kita berusaha untuk mencapai sebuah matlamat yang lebih utama. Soal kemenangan untuk mendapatkan apa yang diusahakan, itu adalah daripada Allah swt.

Mari kita hayati firman Allah swt berikut :

“Wahai orang-orang yang beriman! Mahukah Aku tunjukkan sesuatu perniagaan yang boleh menyelamatkan kamu dari azab siksa yang tidak terperi sakitnya? Iaitu, kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta kamu berjuang membela dan menegakkan agama Allah dengan harta benda dan diri kamu; yang demikian itulah yang lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahui. (Dengan itu) Allah akan mengampunkan dosa-dosa kamu dan memasukkan kamu ke dalam taman-taman ( syurga) yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, serta ditempatkan kamu di tempat-tempat tinggal yang baik dalam syurga “Adn”. Itulah kemenangan yang besar.” (QS As-Saf : 10-12)

Kita memahami bahawasanya, hidup ini adalah sebuah perjuangan. Keinginan yang mendalam untuk mendaulatkan agama Islam adalah keinginan yang murni. Allah swt justeru menjanjikan kemenangan bagi mereka yang membantu agama Islam yang mulia ini. Dalam perjuangan tersebut, sudah tentu tidak dijanjikan dengan hamparan permaidani merah, melainkan merahnya darah. Mereka yang mengharapkan kesenangan dalam perjuangan adalah mereka yang sejak dari mula tidak tahu apa itu perjuangan dan tidak bersedia untuk melakukannya.

Allah swt berfirman :

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cubaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS Al-Baqarah : 214)

Kemenangan yang sebenar adalah pada keyakinan kita bahawasanya, apabila sampai waktunya, kemenangan pasti akan tiba, sedang bantuan Allah swt itu sangat dekat.

Andai sirah Nabawiyyah menjadi pedoman perjuangan kita, kita pasti tidak merasa lambatnya pertolongan Allah swt, kerana ujian dan cabaran yang kita hadapi dalam perjalanan mendaulatkan Islam tidak sedahsyat apa yang dihadapi oleh generasi awal, iaitu pada zaman Rasulullah saw dan para sahabat radhiallahu anhum.

Dalam keadaan begitupun, ketika ditanya mengenai pertolongan Allah swt, Allah swt mengingatkan betapa ianya dekat, kerana setiap yang pasti tiba itu adalah dekat.

Jika kita lihat keadaan umat Islam menerima kemenangan setelah lebih dari sepuluh tahun disakiti, bagaimana adabnya Rasulullah saw dan para sahabat radhiallahu anhum memasuki kota Makkah pada peristiwa ‘Fath Makkah’, iaitu dengan :

a.       Penuh rendah diri di hadapan Allah swt.
b.      Penuh kasih sayang kepada mereka yang pernah memusuhi dan menyakitiya.
c.       Sifat kemaafan dan rahmat yang tersebar dalam meraih kemenangan tersebut.

Maka apakah semua ciri-ciri tersebut sudah lahir dalam perjuangan kita pada masa ini bagi melayakkan kita untuk mendapat kemenangan tersebut.

Akhir sekali, mari kita meneliti kata-kata Imam Hasan Al Banna :

“Sesungguhnya keikhlasan adalah asas sebuah kemenangan dan sesungguhnya ditangan Allah-lah semua urusan. Sesungguhnya para pendahulu kamu yang mulia tidak mencapai kemenangan kecuali dengan :

a.      Kekuatan iman mereka.
b.      Kesucian jiwa dan kebersihan diri.
c.       Keikhlasan hati dan amal mereka dari ikatan apapun atau pemikiran.

Mereka menjadikan segala sesuatu sesuai dengan nilai-nilai keikhlasan tersebut sehingga jiwa mereka menyatu dengan aqidah, dan aqidah mereka menyatu dengan jiwa-jiwa mereka.

Merekalah sesungguhnya gagasan itu, dan gagasan itulah mereka. Jika kamu sedemikian maka fikirkanlah, sesungguhnya Allah mengilhamkan kepada kamu kebijaksanaan dan kebenaran, maka amalkanlah dan sesungguhnya Allah membantu kamu dengan kekuatan dan kemenangan.

Namun, jika di antara kamu ada yang :

1.      Menghidap penyakit hati.
2.      Matlamat hidupnya berpenyakit.
3.      Kehilangan harapan dan keinginan.
4.      Memiliki luka masa lalu.

Maka, keluarkanlah dia dari barisan kamu, kerana sesungguhnya ia adalah penghalang turunnya rahmat, yang terkurung tanpa ada taufik dari Allah.”

Ya Allah, sesungguhnya kami memahami bahwa kemenangan itu datang bersama dengan perjuangan dan usaha yang bersungguh-sungguh yang dicurahkan di jalanMu walaupun dengan perjuangan itu kami disakiti, dihina, dipulaukan, dirampas hak kemanusiaan, dihalau keluar dari tanah air, diperlakukan dengan zalim namun cahaya kemenangan sentiasa bersama dengan mereka-mereka yang beriman, berhijrah dan berjihad di jalanMu. Kurniakanlah kemenangan hakiki itu kepada kami.

Ameen Ya Rabbal Alameen

WAS 
[ Read More ]
Read more...
Friday, 29 November 2013

Nasyid Perjuangan 6

Ditulis Oleh WAS Pada 10:59 – 0 Komen Anda
 



























[ Read More ]
Read more...
Sunday, 24 November 2013

Menjelmakan Makna Tarbawi

Ditulis Oleh WAS Pada 07:35 – 0 Komen Anda
 
Sehingga ke saat ini Allah swt masih memberikan rahmat kepada kita melalui hidayah, iman, Islam serta dakwah dan tarbiyah.

Sungguh, nikmat iman dan Islam apatah lagi nikmat dakwah dan tarbiyah bukanlah nikmat yang Allah berikan kepada semua hambaNya.

Di antara sekian banyak manusia di muka bumi ini, hanya sebahagian sahaja yang muslim.

Di antara yang muslim tersebut, hanya sebahagian sahaja yang mengenali Islam secara utuh.

Di antara yang mengenali Islam secara utuh tersebut, hanya sebahagian pula yang diberikan kesempatan untuk menjadi pendokong agama Allah yang menegakkan dakwah dan tarbiyah Islamiyah.

Maka bersyukurlah bahwa kita masih diberikan nikmat yang luar biasa ini.

Salah satu perkara yang membuatkan dakwah ini mengalami kerapuhan adalah lemahnya Tarbiyah Islamiyah di kalangan para aktivis dakwah.

Ini adalah bahaya besar yang mengancam gerakan Islam secara nyata dan menimbulkan kesan yang ketara.

Lemahnya tarbiyah yang seterusnya mengancam gerakan Islam tidak berlaku secara tiba-tiba. Ia adalah seperti ‘virus’ yang melumpuhkan sistem kekebalan organisasi sedikit demi sedikit.

Bahayanya tidak dirasakan secara langsung namun ia timbul secara perlahan-lahan. Hal inilah yang membuatkan ramai dari para aktivis dakwah lengah dan leka terhadap bahaya yang mendatang ini.

Padahal sistem tarbiyah ini dirancang dengan begitu rapi.

Ia adalah :

“Cara yang ideal dalam berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung (berupa kata-kata), mahupun tidak langsung (berupa keteladanan, sesuai dengan sistem dan wasilahnya yang khusus) untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju keadaan yang lebih baik.”

Begitulah definisi lengkap tarbiyah yang dikemukakan oleh Ustaz Ali Abdul Halim Mahmud.

Wasilah-wasilah tarbiyah yang dilaksanakan dalam berbagai suasana sudah menjadi semakin lengkap iaitu mencakupi halaqah, mabit, mukhayyam, daurah, rehlah dan wasilah-wasilah lainnya, namun persoalannya adakah kita sudah mendapat manfaat secara maksimum dari setiap pertemuan tarbawi tersebut?

Setelah masa berlalu, kadang-kadang banyak sekali kita temui fenomena bahwa wasilah-wasilah tarbiyah tidak lagi menjadi sesuatu yang dirindukan. Ianya wujud dan dilaksanakan, namun miskin ruh dan semangat.

Peserta yang datang pula hanya sekadar duduk, mendengar lalu kemudiannya pulang sehingga tidak ada “ole-ole” penyegaran jiwa, pengetahuan baru dan semangat yang bergejolak setelah pulang dari menghadiri wasilah-wasilah tarbiyah tersebut.

Akibatnya wasilah tarbiyah :

1.      Menjadi sepi dari peminat.
2.      Lemah dari sudut semangat perlaksanaannya.

Kita sebenarnya perlu kembali melihat bagaimana proses pentarbiyahan yang dilaksanakan di peringkat awal Islam di zaman Rasulullah saw dan para sahabat serta mengambil mutiara-mutiara berharga dari sudut persediaan pembinaan ruhiyah mereka.

Pada tahap pembinaan ruhiyah, tidak ada yang lebih besar pengaruhnya bagi jiwa kita selain daripada menekankan soal :

a.       Ibadah.
b.      Ketaatan.
c.       Amalan-amalan sunnah.

Ibadahlah yang akan :

1.      Menghubungkan hati dengan Allah swt.
2.      Meneguhkan jiwa dalam menghadapi segala penderitaan.
3.      Meluluskan diri dalam menghadapi fitnah.
4.      Membuatkan kita teguh di atas kebenaran.

Ia adalah tahap ibadah, ‘tabattul’ (konsentrasi dalam ibadah hanya kepada Allah) dan qiyamul lail.

Al-Bazzar meriwayatkan dari Muhammad bin Aqil bin Jabir, ia berkata :

“Quraisy bermesyuarat di Darun Nadwah. Berkatalah sebahagian dari mereka. ‘Berilah nama orang ini (Nabi saw) dengan suatu nama yang akan menghalang orang darinya.’
Sebahagian mereka bertaka ‘tukang ramal’. Sebahagian lagi menjawab, ‘Dia bukan tukang ramal’. Yang lain berkata ‘Orang gila!’ manakala sekelompok yang lain menolak ‘Ia bukan orang gila’. Sebahagian mereka berkata ‘Tukang sihir’ manakala sebahagian yang lain membantah ‘Ia bukan tukang sihir’.

Kemudian orang-orang musyrik itu bersurai dalam keadaan demikian. Mendengar peristiwa tersebut, Nabi saw terus berselimut dan berpeluh dalam pakaiannya. Kemudian Jibril datang kepada baginda dan berseru;  “Wahai orang yang berselimut, wahai orang yang berselimut… !”

Imam Ahmad meriwayatkan perkataan Aisyah radhiyallahu’anha :

“Sesungguhnya Allah mewajibkan Qiyamullail pada awal surah ini. Kemudian Rasulullah saw dan para sahabatnya melaksanakannya selama satu tahun sehingga kaki-kaki mereka bengkak. Allah menahan penutup surah ini di langit selama 12 bulan. Kemudian Allah menurunkan keringanan di akhir surah sehingga qiyamullail menjadi sunnah setelah diwajibkan.”

Qiyamullail yang diwajibkan pada permulaan ini merupakan ‘daurah tadribiah ‘anifah’ (Latihan intensif dan keras) untuk meningkatkan komitmen dan ketaatan kepada perintah Allah selama satu tahun penuh sebagaimana pengarahan Al-Qur’an berikut :

“Wahai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (iaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak).” (QS Al Muzzammil : 1-7)

Seluruh malam kecuali sedikit darinya mesti digunakan untuk Qiyamullail. Qiyamullail sendiri bukanlah sasaran dan bukan pula hukuman Allah terhadap hambaNya, tetapi ia merupakan :

a.       ‘Tarbiyah imaniyah’ (Pembinaan keimanan) untuk mewujudkan hubungan yang kuat dengan Allah.
b.      Wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
c.       Wasilah untuk zikrullah, ‘tabattul’ dan tawakkal kepadaNya.

“Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. (Dia-lah) Tuhan Timur dan Barat, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.” (QS Al Muzzammil : 8-9)

Zikrullah, ‘tabbatul’, tawakkal dan ibadah kepadaNya adalah senjata-senjata dalam pertarungan.

Senjata-senjata inilah yang membekalkan kepada kaum mukminin dengan kesabaran dalam menghadapi ujian, penyiksaan dan penghinaan.

“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. Dan biarkanlah Aku (sahaja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar.” (QS Al Muzzammil : 10-11)

Para penyeru agama Allah sangat perlu kepada senjata ini dalam melaksanakan tugas dakwah yang sentiasa menghadapi berbagai rintangan dan gangguan.

Jika pada tahap seperti ini, gerakan Islam tidak memperhatikan aspek ibadah, aspek ruhiyah, qiyamullail yang rutin dan berterusan serta daurah-daurah secara berulang-ulang untuk “terus hidup”, pasti ia akan menyaksikan para pendokongnya berjatuhan satu demi satu dan menghadapi kepupusan kesan dari tribulasi dalam kehidupan mereka.

Perlu diingat bahwa qiyamullail hanya akan menjadi teori yang tidak dapat diaplikasikan apabila simpanan hafalan Al-Qur’an para aktivis dakwah sangat minimum.

Ini kerana mereka yang tidak memiliki hafalan Al-Qur’an kecuali beberapa ayat akan terpaksa mengulang-ulang ayat tersebut di dalam solatnya.

Lantas :

1.      Bagaimana ia melaksanakan qiyamullail?
2.      Bagaimanakah hatinya akan tergerak untuk khusyu’?
3.      Bagaimana ia akan merasakan lazatnya taat dan ibadah jika kelazatan Al-Qur’an tidak dapat diintegrasikan dalam hatinya serta memenuhi kehidupan, ruh, pendengaran dan penglihatannya sehingga “cahaya” Al-Qur’an memancar dengan kuat dari hatinya?

Sesungguhnya, manhaj tarbiyah yang perlu ditetapkan kepada para pemuda di marhalah permulaan adalah manhaj Qur’ani. 

Tidaklah cukup Al Qur’an ini hanya dijadikan pokok pangkal manhaj secara keseluruhan dan ‘tsaqafah’ (pengetahuan) yang disajikan kepada para aktivis dakwah tetapi di samping itu, hafalan Al-Qur’an juga mesti dijadikan sasaran utama di antara sasaran manhaj, terutama bagi aktivis dakwah yang masih muda dan memiliki kemampuan hafalan yang baik.

Manhaj tarbiyah harakiyah yang disusun oleh gerakan Islam mesti berhasil menjadikan para pemuda hafal banyak dari ayat-ayat Al-Qur’an tatkala mereka memasuki usia dua puluh tahun sehingga menjadi bekalannya dalam ketaatan, gerakan, tahajjud dan ibadah.

Pada saat itulah , ia merasakan lazatnya ibadah, taat dan qiyamullail serta menikmati lazatnya zikir dan tawakkal.

“Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (QS Al-Muzzammil : 8)

Selain itu, Manhaj tarbiyah pada tahap ini juga mesti meletakkan zikrullah, tahlil, takbir, tahmid, tasbih dan solawat kepada Nabi saw, membaca wirid ma’tsur dan zikir-zikir secara mutlak, berterusan siang dan malam.

Sesungguhnya pemuda muslim yang menjalani masa muda mereka dengan :

a.       Tekun beribadah dan dalam ketaatan yang berterusan untuk membaca Al-Qur’an.
b.      Kedua kaki mereka letih kerana qiyamullail.
c.       Zikrullah di tempat sunyi hingga kedua mata mereka menitiskan air mata.
d.      Hati mereka sentiasa terpaut dengan masjid.
e.       Sentiasa membasahi bibir mereka dengan zikir-zikir dan ayat-ayat Al-Qur’an siang dan malam.
f.       Hati dan fikiran mereka dibentuk oleh Al-Qur’an.

Merekalah pemuda ideal yang mesti diwujudkan oleh gerakan Islam.

Inilah ‘minhajul bina’ (sistem pembinaan) pertama melalui surah Al-Muzzammil.

Mari kita menyorot kembali bagaimana Imam Hasan Al Banna melihat fenomena ini dan berusaha untuk memasukkan kembali makna-makna tarbawi di dalam setiap wasilah-wasilah tarbiyah yang kita kendalikan.

Dalam ‘Pertemuan Selasa’ (Haditsu Tsulasa’) yang diadakan diadakan secara berkala, Imam Hasan Al Banna sentiasa mengingatkan tentang keperluan memasukkan makna-makna tarbawi dalam setiap pertemuan Al Ikhwan.

Beliau mengambil sebuah hadith Rasulullah saw :

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, membaca dan mempelajari kitab Allah secara bersama-sama, kecuali mereka akan diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat dan disebut Allah di hadapan para malaikat di sisiNya. Barang siapa lambat dalam beramal, nasabnya tidak dapat menyempurnakannya.”

Wahai ikhwah, setiap kaum yang berkumpul di tempat mulia, membaca dan mempelajari kitab Allah bersama-sama niscaya :

1.      Allah swt meliputi mereka.
2.      Ketenangan dari sisi Allah turun kepada mereka.
3.      Para malaikat mengelilingi mereka.
4.      Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisiNya.

Aku ingin memberitahu kamu tentang perasaan yang aku rasakan dan tentang apa yang seharusnya dilakukan, kerana tujuan kajian ini bukanlah sekadar untuk mendapatkan informasi ilmiah atau ruhiyah semata-mata.

Dari pertemuan ini, aku tidak bermaksud mengemukakan banyak hakikat ilmiah kepada kamu semua agar kamu boleh mengerti dan tidak bermaksud mempengaruhi jiwa kamu semua, kerana pada akhirnya pengaruh itu pasti muncul pada siapa sahaja yang mendengarkan dan merenungkan kitab Allah swt.

Aku tidak bermaksud mewujudkan kedua perkara ini semata-mata, tetapi aku bermaksud mendapatkan manfaat yang nyata, iaitu agar perjumpaan kita dalam kajian ini dapat dijadikan wasilah untuk saling mengenali, menjalin hubungan agar sebahagian akrab dengan sebahagian yang lain dan sebahagian kita berbahagia berjumpa dengan sebahagian yang lain sehingga :

a.       Jiwa kita saling akrab.
b.      Hati kita saling bertaut.
c.       Fikiran kita saling mengasah.
d.      Kita dapat terus-menerus mengkaji banyak atau sedikit dari aspek-aspek ilmiah yang berkaitan dengan diri kita.

Ikhwah yang tercinta, dengan pertemuan ini aku ingin membuka kesempatan untuk saling memahami dan mengenali, maka hendaklah kamu semua berusaha mewujudkannya.

Percayalah kepadaku bahwa aku sangat merindukan kajian ini, sekalipun kadang-kadang aku tidak mempunyai hasrat untuk berbicara, tetapi mungkin saat berlangsungnya acara kajian ini adalah saat jiwa ini bersih.

Barangkali jiwa ini boleh berpaling dan mengendur, tetapi percayalah kepadaku, ikhwah sekalian, bahwa aku merindukan saat ini, di hari ini, dengan kerinduan yang luar biasa.

Aku menunggu-nunggu saatnya tiba. Bertanya dan saling memahami adalah perbuatan yang pahalanya lebih besar di sisi Allah daripada belajar.

Nabi kita saw pernah bersabda :

“Kamu tidak akan masuk syurga sehingga kamu beriman dan kamu tidak akan beriman sehingga kamu saling mencintai.”

Seorang mukmin adalah orang yang :

1.      Berhati nurani.
2.      Berperasaan.
3.      Hidup hatinya.

Wahai ikhwah, seorang mukmin adalah seorang yang lemah lembut dan ramah di manapun ia berada. Ke manakah curahan hati orang-orang yang beriman ini diarahkan?

Allah swt telah menjadikan sasaran dari curahan hati ini untuk :

a.       Pertama kali adalah menuju Zat-Nya.
b.      Kemudian kepada RasulNya.
c.       Lalu kepada kebaikan.
d.      Kemudian kepada orang-orang yang beriman.

Inilah tempat-tempat yang perlu dijadikan sasaran curahan hari seorang mukmin.

Kita mesti sentiasa mengusahakan agar :

1.      Tegaknya cinta kepada Allah.
2.      Semaraknya cinta kepada Rasul.
3.      Tumbuhnya kebaikan.
4.      Bertambahnya kawan, saudara dan orang dicintai kerana Allah.

Aku kembali ingin menegaskan bahwa kajian kita tentang kitab Allah swt dimaksudkan agar:

a.       Hati seorang mukmin berorientasi kepadanya.
b.      Berlaku hubungan yang sejati antara satu hati dengan hati yang lain.
c.       Bertaut hati orang-orang yang beriman.

Wahai ikhwah, ketika hati berhasil mengetahui rahsia-rahsia kitab Allah yang sebelumnya tidak pernah disingkapnya dan berhasil mencapai ilmu yang bermanfaat, yang jauh dari sikap berlebihan orang-orang sufi atau perdebatan para ahli debat, maka ketika itu wahai ikhwah, Allah swt mengurniakan kepada kamu :

1.      Kefahaman yang paling mendalam.
2.      Tasawwuf yang paling bersih.
3.      Tauhid yang paling luhur dan tinggi.

Tujuan pertemuan kita ini bukanlah untuk menyerap ilmu semata-mata, tetapi juga untuk mengikatkan hati kita kepada kitab Allah.

Yakinlah bahwa Nabi kita saw mendidik generasi yang sempurna ini bukan dengan banyaknya ilmu dan pengetahuan, tetapi dengan membersihkan hati dan jiwa mereka, sehingga mereka menjalin hubungan dengan ‘Al-Mala’ul A’la’ dan Allah memberikan hikmah kepada mereka.

“Dan barangsiapa dikurniakan hikmah, maka sungguh ia telah diberi banyak kebaikan.” (QS Al Baqarah : 269)

Ikhwah sekalian, Nabi saw tidak mempunyai kurikulum selain Al-Qur’an, tidak mempunyai institusi pendidikan selain masjid. Murid-murid baginda adalah Abu Bakar, Umar, Othman, Ali dan para sahabat baginda yang lain, yang setara dengan mereka.

Apakah kita pernah melihat institusi pendidikan lain yang lebih bersih dan lebih baik daripada institusi baginda ini yang :

a.       Di dalamnya para pelajar duduk di hamparan batu kerikil.
b.      Universiti mereka beratapkan pelepah kurma di mana hujan yang turun boleh membasahi tubuh mereka.
c.       Kurikulum mereka adalah Al –Qur’an.
d.      Mereka sentiasa menunggu-nunggu datangnya wahyu dari langit.

Dari institusi pendidikan ini, telah lulus guru-guru yang paling sempurna yang pernah dikenali oleh dunia dalam segala bidang keutamaan kemanusiaan. Penggembelingan usaha dan pendidikan ini hanya dilaksanakan berdasarkan kitab Allah swt yang tidak dapat disentuh oleh kebatilan, samada dari hadapan ataupun belakang.

Ikhwah sekalian, alangkah perlunya kita kepada sebuah :

1.      Universiti seumpama universiti baginda ini.
2.      Mimbar sebagaimana mimbar Rasulullah saw yang di dalamnya rahmat turun, ayat-ayat dibacakan serta cahaya ‘Rabbul Alamin’ dipancarkan.

Dari situlah dilahirkan para guru, bahkan mahaguru.

Betapa perlunya kita menjalin hubungan yang sungguh-sungguh dan terus menerus dengan Al-Qur’anul Karim dan betapa perlunya pula kita memahami metod yang difahami oleh para sahabat Rasulullah saw ini.

Begitulah yang dapat kita baca dalam rakaman Imam Hasan Al Banna dalam salah satu pertemuannya.

Di sana kita dapat menangkap semangat bahwa pertemuan-pertemuan tarbawi yang kita kelolakan ataupun yang kita lakukan seharusnya jauh dari sekadar bersifat formal. Bagaimana jiwa yang bercahaya dan kehangatannya mampu melimpah ruah atau dapat dibentuk dalam suasana formal yang beku?

Akhirnya, marilah sama-sama kita renungi hakikat dari ‘Tarbiyah Islamiyah’ yang sedang kita jalani ini dan fahami hakikat dari setiap wasilah yang ada serta berusaha untuk sentiasa menghidupkan makna-makna tarbawi, samada yang kita kelolakan ataupun yang kita terlibat sebagai peserta di dalamnya.

Maka, hendaklah kita faham sebelum beramal, kemudian beramallah dengan ikhlas dan jihad yang sempurna. Di mana jihad hanya akan dapat ditegakkan dengan pengorbanan dan tajarrud keyakinan kita yang murni. Namun, hanya dengan keteguhanlah kita dapat melalui jalan yang panjang dan berliku ini. Tsiqah dan taatlah kita kepada pemimpin kita, insyaAllah, Allah akan memberikan jalan dan semoga Allah sentiasa mengumpulkan kita dalam ikatan terindah di alam semesta, iaitu ukhuwah islamiyah.

Ya Allah, kurniakanlah makna-makna tarbawi dalam setiap amal yang kami laksanakan sehingga semuanya itu dapat diikat dan dihubungkan dengan Engkau semata-mata sehingga kami dapat memisahkan semua amal-amal kami dari kehendak duniawi serta menumpukan sepenuh hati hanya kepadaMu.

Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS


[ Read More ]
Read more...
Newer Posts Older Posts
View mobile version
Subscribe to: Posts (Atom)

Yang Setia

Pautan

  • Muharikah
    Antara dua pilihan
    3 years ago
  • Angel Pakai Gucci!
    Doa Itu Bom Nuklear Bagi Orang Mu'min!
    5 years ago
  • Majalah Jom!
    Isu 45: ALAMAK, AKU SALAH PILIH! (EDISI ISTIMEWA)
    9 years ago
  • دعوتنا DAKWATUNA -dakwahkite-
    Di antara Kefahaman dan Pelaksanaan (Sudut Pandang Parti Kebebasan dan Keadilan FJP – Mesir)
    10 years ago
  • ZADUD-DUAT
    Wahai Ikhwah, Persaudaran adalah rahsia kekuatan anda
    11 years ago
  • Popular
  • Recent
  • Archives
 

Diri Ini

My photo
WAS
Blog ini memaparkan bahan-bahan bacaan dan artikel yang boleh meningkatkan ilmu dan kefahaman Islam anda..
View my complete profile

Blog Ini Menarik??

Yang Paling Digemari

  • Memohon Dari Al Jabbar
    Seringkali manusia terjebak oleh pemikirannya sendiri dan merasa mampu untuk merancang segala sesuatu. Padahal tidak ada kekuatan dalam d...
  • Apabila Hijab Terbuka
    Terbukanya hijab  (sekatan pembatas)  antara kita dengan Allah adalah sumber ketenangan dan kebahagiaan hidup. Ketika hijab telah terbuka, s...
  • Kualiti Sebenar Rijalud Dakwah
    Rijalud dakwah adalah seseorang yang telah di tarbiyah secara intensif sehingga memiliki persediaan untuk berjuang dan berkorban di jal...
  • Menjelmakan Makna Tarbawi
    Sehingga ke saat ini Allah swt masih memberikan rahmat kepada kita melalui hidayah, iman, Islam serta dakwah dan tarbiyah. Sungguh, n...
  • Surah Yang Menjadi Pembela
    Allah swt telah menurunkan kepada kita Al Qur’an sebagai : a.        Cahaya. b.       Rahmat. c.        Ubat dari penyakit hati dan...

Arkib

  • ►  2017 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2016 (4)
    • ►  September (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (39)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (2)
    • ►  January (5)
  • ►  2014 (42)
    • ►  November (5)
    • ►  October (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (9)
    • ►  May (8)
    • ►  April (4)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ▼  2013 (72)
    • ▼  December (1)
      • Menang Walaupun Disakiti
    • ►  November (5)
      • Nasyid Perjuangan 6
      • Menjelmakan Makna Tarbawi
    • ►  October (4)
    • ►  September (5)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (7)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (7)
    • ►  February (9)
    • ►  January (11)
  • ►  2012 (163)
    • ►  December (8)
    • ►  November (9)
    • ►  October (9)
    • ►  September (9)
    • ►  August (6)
    • ►  July (12)
    • ►  June (9)
    • ►  May (15)
    • ►  April (16)
    • ►  March (18)
    • ►  February (24)
    • ►  January (28)
  • ►  2011 (93)
    • ►  December (24)
    • ►  November (69)

Susunan

  • Akhlak (6)
  • Aqidah (17)
  • Dakwah (73)
  • Fikrah (74)
  • Ilmu (38)
  • Motivasi (10)
  • Muslimah (3)
  • Mutiara Hikmah (12)
  • Mutiara Hikmah Para Duat (21)
  • Mutiara Hikmah Ramadhan (3)
  • Renungan (31)
  • Ruhiyah (8)
  • Tarbiatuna (5)
  • Tarbiyah (34)
  • Tausiyah (31)
  • Tokoh (8)
  • Uslub (11)
  • Video (29)

Panji Islam

Asmaaul Husna

Kalam Hikmah

Coretan Anda

Pengunjung

Detik Kehidupan

Hari Ini

Waktu Solat

Pelawat


widgets

Selamat Melayari

  • NEW POSTS
  • COMMENTS
  • flickr

    Get your Flickr ID!
 
 
© 2011 Tinta Perjalanan | Designs by Web2feel & Fab Themes

Bloggerized by DheTemplate.com - Main Blogger