skip to main | skip to sidebar

Tinta Perjalanan

Pages

  • Home
 
  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube
  • DheTemplate.com
  • Free Templates
  • Drop Menu 1
    • Child Menu 1.1
    • Child Menu 1.2
    • Child Menu 1.3
  • Drop Menu 2
    • Child Menu 2.1
    • Child Menu 2.2
    • Child Menu 2.3
  • Daily Update Templates

Ahlan Wasahlan


Perjalanan Menuju Allah.

Saturday, 29 September 2012

Nasyid Perjuangan 2

Ditulis Oleh WAS Pada 09:25 – 0 Komen Anda
 

























[ Read More ]
Read more...
Friday, 28 September 2012

Kejujuran Dan Kematangan Motivasi Dakwah

Ditulis Oleh WAS Pada 07:00 – 2 Komen Anda
 

Dakwah adalah tugas fitrah manusia yang diamanahkan oleh Allah swt agar manusia saling ingat mengingati dalam kebaikan serta membawa mereka untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat serta membawa kemaslahatan bagi semua makhluk.

“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS An-Nah l: 125)

Namun, dalam kenyataannya, berdakwah itu bukanlah sesuatu yang mudah. Ia adalah merupakan suatu yang fitrah dan telah berlangsung sejak zaman Nabi Adam as bahwa menyeru manusia kepada kebaikan adalah sesuatu yang sangat sukar.

“Dia telah mensyari’atkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa iaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepadaNya).” (QS Asy Syura : 13)

Kadang-kadang :

  1. Habis waktu yang digunakan.
  2. Begitu besar pula biaya yang dikeluarkan.
  3. Banyak tenaga yang dikerahkan.

Namun, hasil yang diharapkan tidak begitu seimbang bahkan kemungkinan tiada hasil sama sekali.

DAKWAH MEMERLUKAN KEJUJURAN
Sudah semestinya seorang aktivis dakwah perlu  memiliki kesedaran untuk sentiasa jujur kepada Allah swt.
Sebagaimana Nabi Muhammad saw, modal utama baginda dalam berdakwah adalah kejujuran. Bahkan gelaran “al-amiin” telah disandang oleh baginda jauh sebelum baginda diangkat menjadi Rasul oleh Allah swt. Jelaslah, kejujuran Nabi Muhammad saw terpancar pada hatinya, perkataannya, hingga kepada perbuatannya.
”Kerana segala yang berasal dari hati, akan mudah kembali ke hati.”
Seorang aktivis dakwah yang jujur kepada Allah dan ikhlas dalam berjuang, akan berpengaruh terhadap hasil dakwahnya.
Kejujurannya itu tidak hanya terserlah dalam ucapannya, tetapi juga :
  1. Ketegasan dalam langkahnya.
  2. Kecerahan pada wajahnya.
  3. Kelembutan pada matanya.
  4. Ketenangan pada sikapnya.
  5. Kejernihan pada pemikirannya.
Kejujuran seorang aktivis dakwah tentu kembali kepada keadaan hatinya.
Apabila hatinya bersih, maka akan mudah ia berlaku jujur kerana segala yang berasal dari hati, akan mudah kembali ke hati.
Maka ketika proses dakwah itu dilakukan dengan jujur kepada Allah, ramai orang yang mendapatkan petunjuk kerananya.
Mereka mendapat petunjuk lantaran hati mereka merasakan kejujuran yang terpancar dari aktivis dakwah yang jujur.
Tidak sedikit dari mereka yang mendapat petunjuk, walaupun :
  1. Hanya baru sekali bertemu.
  2. Hanya berbincang sesaat.
  3. Hanya dengan menatap wajahnya.
Amal dakwah yang dilakukan secara jujur kepada Allah tidaklah lekang oleh waktu. Ia akan tetap abadi sebagai benih amal yang terus tumbuh dan sentiasa berbuah kebaikan.
Itu sebabnya mengapa kisah-kisah Nabi Muhammad saw, para sahabat atau orang-orang yang soleh tetap memberi inspirasi dan memberi tenaga lebih kepada setiap orang yang membacanya, padahal, mereka tidak pernah sekalipun bertemu dengan tokoh-tokoh tersebut.
Seorang pendakwah menjelaskan :
“Jika seseorang jujur kepada Allah dan ikhlas dalam usahanya dalam menegakkan agama, secara automatiknya ia jujur dalam segala perkara. Ia tidak hanya jujur dalam perbuatan, perkataan, organ tubuh, jihad dan dakwahnya. Bahkan pedang, senjata dan perbekalannya pun ikut jujur.”
Senjata atau kenderaan akan menjadi jujur selama mana digunakan oleh orang yang jujur.
Kita pun banyak mendengar bagaimana kisah peluru atau batu yang dilontarkan oleh para Mujahid di tanah jihad boleh memberi kesan kerosakan yang begitu hebat bagi musuh-musuh Islam.
Peluru dan batunya sama, tapi mengapa kesannya berbeza?
Ini kerana orang yang menggunakannya adalah orang yang jujur.
Sama halnya dengan kenderaan, apabila digunakan oleh orang yang jujur, kenderaan itu akan ikut jujur dan melahirkan banyak kebaikan-kebaikan.
Sebaliknya, ketika dakwah itu dilakukan dengan tidak jujur kepada Allah sehingga ia jauh dari Allah, apalagi disertai dengan kemaksiatan dan dosa, maka ianya akan memberi pengaruh kepada hasil dakwahnya.
Keburukannya itu bukan hanya terpancar pada dirinya, tetapi juga terukir pada alat, senjata atau kenderaannya.
KEMATANGAN DALAM PERLAKSANAAN DAKWAH

Halangan terhadap dakwah di sekitar kita sangat besar samada yang datang dari dalaman para aktivis dakwah itu atau yang datangnya dari luar.

Berbagai halangan itu seolah-olah datang menyerang kita dari segala arah tanpa menunggu kita bersedia atau tidak. Di sinilah titik bermulanya sebuah kematangan.

Seorang aktivis dakwah yang matang adalah :

PERTAMA  : MAMPU BERFIKIR SECARA JERNIH

Yang dimaksudkan di sini adalah walau serumit apapun lingkungan objek dakwah, maka ia mampu untuk menilai masalah berdasarkan jenis atau tingkatan kesulitannya.

Kemudian ia menentukan peluang atau penyokong yang ada di samping menilai faktor-faktor yang tidak membantu, kemudian menentukan langkah seterusnya yang perlu diambil.

KEDUA : MEMANFAATKAN SEMUA POTENSI YANG DIMILIKI DAN MENYINGKIRKAN SEMUA HALANGAN

Sekecil apapun suatu organisasi dakwah, pasti ia memiliki sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk menjalankan dakwah dan ini bukan bererti bahwa mereka tidak akan berhasil.

Justeru sebaliknya tidak jarang berlaku dengan hanya bermodalkan usaha yang sedikit, namun kita mampu mengembangkan dakwah hingga menjadi besar.

KETIGA : MAMPU MEMOTIVASI DIRI

Biasanya kita akan bersemangat apabila kita melihat sahabat kita bersemangat atau lingkungan yang seakan menarik kita untuk tetap bekerja.

Dengan kata lain, biasanya tingkatan produktiviti seseorang dipengaruhi oleh lingkungan kerjanya. Lingkungan yang kondusif akan meningkatkan produktiviti.

Namun, perkara inipun sepenuhnya tergantung kepada diri seorang aktivis dakwah tersebut. Seorang yang mempunyai motivasi diri yang kuat akan memiliki sikap istiqamah yang tinggi kepada dakwah walaupun tanpa dukungan dari lingkungan.

Orang seperti ini tidak akan mudah patah semangat apabila :

  1. Ia mendapati ada kelemahan pada jamaahnya.
  2. Langkahnya turut surut.
  3. Melihat sahabat-sahabatnya mundur.
  4. Menghadapi tentangan dan halangan.
  5. Ia sedang mengalami gejala futur sekalipun.

Mereka yang matang tidak akan meninggalkan jamaahnya malah ia akan berusaha untuk memperbaikinya apakah dengan tangannya, lisannya, mahupun hatinya.

Ia bahkan semakin giat bekerja ketika menghadapi tentangan kerana ia merasa di situlah kematangannya, kemampuannya dan potensinya sedang diuji kekuatannya.

Saat ia sedang 'malas', maka ia akan bersegera menyedari diri bahwa ia sedang berusaha digoda dan dengan bersegera bangkit dari kemalasan tersebut untuk kembali aktif bekerja.

Untuk memiliki kematangan seumpama ini tidaklah mudah kerana ia sangat bergantung pada karakteristik psikologi seseorang.

Dalam hal motivasi kerja, maka karakter ini boleh dibahagi menjadi dua.

Karakter yang pertama adalah karakter yang bebas iaitu seseorang yang mampu untuk memotivasi diri sendiri dan terbiasa untuk memecahkan permasaalahan yang dihadapi sendiri.

Karakter ini biasanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki sifat-sifat pemimpin, pencetus dan pelopor. Walau dengan segala kelemahannya, ia akan berusaha untuk menemui jalan keluarnya sendiri.

Karakter yang kedua adalah bersifat kebergantungan iaitu orang yang perlu kepada orang lain untuk dapat bergerak.

Pada keadaan ia sedang menghadapi kesurutan, ia memerlukan orang lain untuk membantunya. Jika ia temui seseorang sebagai tempat mencurahkan apa yang terbuku di hatinya, maka ia akan segera pulih. Jika tidak, maka ia akan menjadi lebih buruk.

Jenis yang pertama adalah jenis yang mempunyai konsistensi yang tinggi dan cenderung untuk lebih komited dan mempertahankan keyakinannya selama ia yakin dengan kebenaran yang diperjuangkannya.

Jenis yang kedua lebih bergantung pada pihak luar dan lebih mudah untuk terpengaruh. Tentu sahaja tidak ada jaminan bahwa karakter pertama lebih baik dari karakter kedua.

Namun, memang dalam sektor dakwah, sangat diperlukan orang-orang yang memiliki karakter pertama.

Kematangan dalam bertindak dan berperilaku tanpa selamanya bergantung pada orang lain sangat diperlukan dalam dakwah.

Untuk membina kematangan, maka usaha-usaha berikut hendaklah dilakukan :

PERTAMA

Sentiasa mengingati Allah swt di mana dengan mengingatiNya kita akan tenang dan akan sentiasa teringat akan amanah yang dibebankan di bahu kita. Menyedari posisi diri samada sebagai manusia yang memiliki amanah untuk amar ma'ruf nahi mungkar serta sebagai hamba yang perlu sentiasa menjalankan semua perintahNya.

Bahwa sesungguhnya semua amanah itu nantinya akan dipertanggungjawabkan.

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan   tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS Al-Israa’ : 36)

KEDUA

Betul-betul memahami tentang kepentingan waktu dan kerugian bagi orang-orang yang menyia-nyiakannya di mana aktivis dakwah sentiasa perlu dalam keadaan bersiap sedia dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan amanahnya.

“Maka apabila kamu selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan, hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS Asy-Syarh : 7-8)

KETIGA

Mengenali diri sehingga mampu meningkatkan potensi dan menutup semua jalan masuk yang memungkinkan untuk tidak bersemangat. Seseorang perlu tahu apa yang dapat menjadikannya lebih bermotivasi dan berusaha melaksanakannya serta menjauhi perkara-perkara yang dapat boleh membawa kepada rasa malas.

Tidakkah kita memahami tentang tujuan hidup kita di dunia ini?

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS Az-Zariyaat : 56)

Dalam ayat lain Allahswt  juga berfirman :

“Apakah kamu sekalian mengira bahwa Kami menciptakan kamu sia-sia tanpa tujuan dan kepada Kami kamu tidak dikembalikan?” (QS Al-Mukminun : 116)

KEEMPAT

Mentarbiyah diri samada tarbiyah ruhiyah ataupun tarbiyah jasadiah. Begitu juga samada dengan tazkiyah dan tausiah ataupun kegiatan-kegiatan pembinaan dan pengembangan potensi seseorang individu.

Ini dilakukan sebagai usaha untuk mempertahankan keimanan sebagai ruh dari dakwah itu sendiri.

“Dan orang-orang yang mendapat petunjuk. Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka(balasan) ketaqwaannya.” (QS Muhammad : 17)

KELIMA

Menyedari hakikat dakwah dan semua aspek yang mempengaruhinya di mana tentangan terhadap dakwah itu tumbuh melebihi kecepatan dakwah itu sendiri sehingga tidak ada waktu untuk berpangku tangan.

KEENAM

Mulai berhenti untuk hanya memikirkan diri sendiri. Ingat bahwa selain kita, ada hak orang lain atas kita.

Jika waktu yang ada hanya habis untuk memikirkan tentang perasaan kita, emosi kita dan semua ego yang menyelinap pada diri kita, maka kita akan tertindas ke lembah penyakit futur.

Tidak ada salahnya kita juga memperhatikan diri kita sendiri kerana itu penting tapi jangan sampai seluruh usia kita hanya habis untuk kepentingan peribadi.

Ingat, Islam menuntut kita agar kita sentiasa bersikap pertengahan dan bersederhana dalam segala perkara, tidak berlebih-lebihan dan tidak  juga bermudah-mudah.

Apabila semua ini telah diterapkan secara baik, maka insyaAllah akan tercipta singa-singa Allah yang matang dalam sikap dan kedewasaan dalam berfikir.

Ya Allah, kurniakanlah kejujuran ke dalam lubuk hati kami yang paling dalam sehingga dakwah yang kami laungkan akan mudah menyelinap dan melekat ke dinding-dinding hati manusia. Kuatkanlah hati kami dengan sikap kematangan yang tinggi sehingga kami tetap bertahan di jalan dakwahMu walau berhadapan dengan badai fitnah dan futur yang melanda.

Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
[ Read More ]
Read more...
Monday, 24 September 2012

Tarbiyah Pencetak Aktivis Dakwah

Ditulis Oleh WAS Pada 09:52 – 0 Komen Anda
 

Cuba kita renung sejenak, bagaimana perasaan kita ketika melihat tanah gersang tanpa tanaman?
Mungkin hati kita akan bergetar dan bertanya ;
a.       Siapa pemilik tanah tersebut?
b.      Mengapa tanah itu dibiarkan kering dan mati?
Semua orang ketika melihat tanah seperti itu umumnya merasa tidak selesa. Boleh jadi akan muncul keinginan untuk menghidupkan tanah tersebut dengan cara menanamnya hingga kelihatan kehijauan. Keinginan tersebut merupakan fitrah Rabbaniyah yang ada dalam setiap diri manusia.
Fitrah tersebut, misalnya, dapat dilihat dari kemunculan sebuah gerakan yang dikenali sebagai gerakan “Go Green”, iaitu sebuah gerakan yang mengajak setiap manusia untuk menanam pokok demi kelestarian bumi. Gerakan ini mendapat sambutan luar biasa dari seluruh penjuru dunia dan mereka menyambutnya kerana memang gerakan itu sesuai dengan dorongan hati mereka.
Keperluan terhadap kelestarian bumi di masa hadapan dan rasa khuatir akan kesan negatif kerosakannya, telah menggerakkan mereka untuk berusaha menyuburkan bumi.
Hanya sahaja tujuan mereka semata-mata demi kepentingan duniawi. Ini berbeza dengan orang-orang yang beriman.
Motivasi kaum mukminin yang ikut menggelorakan gerakan tersebut jauh dari sekadar dorongan hati.
Motivasi orang yang beriman adalah ‘lillahi ta’ala’, sementara tujuannya adalah mendapatkan ridhaNya. Inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Dahulu, baginda tinggal di tanah yang kering yang dipenuhi oleh batu-batan, samada di Makkah ataupun di Madinah. Namun, baginda tidak pernah putus asa menghidupkan tanah yang mati. Di celah batu-batu yang tersergam, ketika didapati tanah yang dapat ditanam, apalagi di tanah yang subur, baginda gemar bercucuk tanam.
Baginda juga menganjurkan, bahkan tidak kurang pula memerintahkan para sahabat untuk menanam pokok.
Baginda saw bersabda :
“Tidaklah seorang Muslim yang menanam pokok atau menanam tanaman lalu tanaman tersebut dimakan oleh oleh manusia, binatang melata atau sesuatu yang lain kecuali hal itu bernilai sedekah untuknya,” (HR Muslim)
Dalam kesempatan lain baginda berkata :
“Jika tiba hari kiamat sedang pada tangan dari kamu ada benih pokok kurma maka tanamlah,” (HR Ahmad)
“MENGHIDUPKAN” MANUSIA
Jika terhadap tanah yang mati, seorang Muslim terpanggil untuk menghidupkannya, apalagi terhadap sesama manusia.
Jika ada orang yang sedang sakit, sentiasa ada dorongan kuat dalam diri kita untuk “menghidupkan” kesihatannya kembali dengan cara mengubati dan menghiburkannya.
Dalam dunia perubatan itu sendiri, sentiasa ada usaha yang serius dari waktu ke waktu untuk mempelajari berbagai jenis penyakit dan mencarikan ubatnya.
Fitrah Rabbaniyah itulah yang menyebabkan kita :
1.      Sentiasa bersimpati ketika menyaksikan orang yang sakit.
2.      Berempati kepada keluarga yang telah ditinggalkan oleh si mati.
3.      Sendiri memelihara kesihatan.
4.      Berdoa agar diberi kesembuhan.
5.      Tidak putus asa untuk berubat.
Semua ini menunjukkan bahwa ada dorongan terpendam dalam diri setiap manusia untuk menghidupkan segala yang mati.
Apalagi secara syariatnya,  Allah swt juga menegaskan bahwa :
“Dan sesiapa yang menjaga keselamatan hidup seorang manusia, maka seolah-olah dia telah menjaga keselamatan hidup manusia semuanya.” (QS Al Maidah : 32)
MENGHIDUPKAN HATI
“Menghidupkan” manusia tidak sekadar dari sudut biologinya, seperti pemulihan kesihatan atau pembebasan dari belenggu perhambaan, namun juga menghidupkan hati manusia.
Mengapa?
Ini adalah kerana ramai manusia yang hatinya sakit atau bahkan telah lama mati.
Masalahnya, banyak ramai yang tidak sedar bahwa hatinya sedang sakit atau mati. Mereka bahkan marah atau tersinggung apabila dikatakan hatinya mati. Kitalah yang berkewajiban membantu saudara-saudara kita yang hatinya seperti itu.
Hati yang sakit atau mati dapat dikesan dengan hilangnya nurani kebaikan pada saat melakukan keburukan.
Misalnya, ketika berbuat kejahatan tidak ada penyesalan, bahkan malah sebaliknya, bangga dengan kejahatan tersebut dan menceritakan dengan penuh puas kepada orang lain.
Cuba kita tengok penampilan para artis di televisyen. Mereka berlumba-lumba memperlihatkan aurat dan merasa bangga dengan semua itu.
Bahkan, yang lebih parah lagi, sebahagian dari mereka sengaja merakam adegan yang tidak sepatutnya sekadar untuk koleksi peribadi. Ketika rakaman adegan tersebut tersebar di khalayak umum, mereka tidak merasa malu, apalagi bersalah dan menyesal. Hati mereka betul-betul telah sakit.
Oleh kerana menghidupkan hati adalah keperluan mutlak ketika ini, maka dakwah tidak boleh semata-mata menumpukan kepada dimensi pengajaran (ta’lim) semata-mata.
Dakwah perlulah menyentuh perkara yang lebih mendasar, iaitu pembersihan penyakit hati (tazkiyah).
Bahkan, dimensi tazkiyah ini dalam banyak perkara mesti lebih didahulukan daripada pengajaran.
Allah swt berfirman :
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan (tazkiyah) mereka dan mengajarkan (ta’lim) mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah).” (QS Al Jumu’ah : 2)
Mengapa ‘tazkiyah’ lebih dahulu diceritakan berbanding ‘ta’lim’?
Ini adalah kerana bagi orang-orang yang hatinya sakit atau mati, pengajaran itu tidak ada gunanya. Ibarat, masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.
Yang perlu dilakukan adalah membongkar kulit yang membungkus rapat-rapat hatinya. Penutup hati atau penutup otak itulah yang perlu dibongkar terlebih dahulu, terutama yang berupa kesombongan, kerana mereka merasa lebih unggul, lebih pandai atau lebih suci.
MENGHIDUPKAN PERADABAN
Bayangkan jika orang yang hatinya sakit dan mati itu berkumpul dalam suatu komuniti, bahkan menyatu dalam sebuah lingkungan yang lebih luas. Apa yang akan berlaku?
Contohnya, jika sebuah negara :
a.       Dihuni oleh orang-orang yang tidak memiliki rasa malu.
b.      Dipimpin oleh orang yang tidak memiliki mental malu.
c.       Tidak ada undang-undang yang mengatur masalah kehormatan diri.
Apa yang akan berlaku?
Seperti yang kita saksikan ketika ini, yang berlaku adalah :
1.      Pornografi menjadi budaya baru di mana-mana.
2.      Pelacuran dan perjudian semakin marak.
3.      Seks bebas menjadi kebiasaan.
Akibatnya sangat menggerunkan :
d.      Ribuan gadis hamil di luar nikah.
e.       Ribuan anak lahir tanpa mengetahui siapa bapanya.
f.       Pengguguran seakan-akan menjadi halal.
g.      Penyakit seksual berjangkit merebak di mana-mana.
Tidak terhenti hanya di situ, berbagai penyakit sosial lain juga turut bercambah, seperti mengambil minuman keras dan dadah.
Dalam keadaan seperti itu, runtuhlah peradaban manusia. Manusia tidak lagi menjadi terhormat, mulia dan unggul kerana perilaku mereka sudah tidak ada bezanya dengan binatang ternak, bahkan lebih rendah dan lebih hina dari itu.
Firman Allah swt :
“Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS Al A’raf : 179)
Dalam keadaan masyarakat yang rosak seperti itu maka tampilnya segolongan umat yang tidak pernah berhenti menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, menjadi suatu kemestian.
Di tengah-tengah suasana mati dan hancurnya peradaban itu, mesti lahir suatu kaum yang bergelar “Khairu Ummah”. Mereka adalah orang-orang yang memiliki dorongan kuat untuk menghidupkan peradaban dan sentiasa memelihara fitrahnya untuk tetap istiqamah, sekalipun jalan berduri dan licin perlu dilalui.
Mereka bukanlah siapa-siapa bahkan mereka adalah kita sendiri, hamba-hambaNya yang telah dimuliakan dengan risalah Islam dan dakwah serta fitrah Rabbaniyah.
Persoalannya, mahukah kita menghidupkan fitrah itu dan dengannya kita berjuang untuk menghidupkan peradaban Rabbani di muka bumi?
Bangkitnya sebuah peradaban Islam di muka bumi yang menguasai segala aspek kehidupan bukanlah harapan kosong tanpa makna. Kini telah banyak perkembangan Islam yang terjelma, seperti keilmuan, kesihatan dan kesusastraan.
Erti dari peradaban adalah sebuah ciri atau identiti yang membuatnya menjadi sebuah sejarah.
Contohnya adalah peradaban jahiliah. Yang membuatkan zaman itu menjadi ‘peradaban’ adalah, misalnya, kerana wujudnya sebuah keyakinan bahwa memiliki anak perempuan adalah aib yang amat besar sehingga orang tua tidak segan-segan untuk menguburkan hidup-hidup anak perempuan itu.
Demikian juga di zaman Nabi Muhammad saw. Yang membuatnya menjadi sebuah peradaban adalah adanya pergerakan dakwah yang dirintis oleh Nabi Muhammad saw yang  bermula dari dakwah secara sembunyi-sembunyi, kemudian dakwah secara terang-terangan, hinggalah hijrah ke Madinah.
Bangkitnya sebuah peradaban Islam tidak akan berdiri dari keberadaan segelintir manusia, kerana peradaban Islam yang dibangkitkan melalui dakwah ini tidak dapat didokong hanya oleh seorang sahaja.
Oleh yang demikian, di sinilah wujudnya peranan penting berjamaah. Namun bukan jamaah yang seperti buih di lautan dan  tidak bernilai. Banyak wujudnya jamaah atau harakah di muka bumi ini, tapi kewujudannya tidak memiliki nilai kerana kurangnya kuantiti aktitivis dakwah. Di sinilah pentingnya proses ‘pengkaderan’ dalam sesebuah harakah.
Jika sebuah harakah tidak memiliki sebuah sistem yang baik dalam ‘pengkaderan’, maka tunggulah kehancuran harakah tersebut. Banyak harakah memiliki ramai aktivis dakwah, namun lemah dalam proses dan sistem ‘pengkaderan’ dan hasilnya, terbentuklah aktivis-aktivis dakwah yang tidak memiliki kemampuan intelek dan kadang-kadang jauh dari memiliki ‘akhlakul karimah’ (akhlak mulia).
Lalu, bagaimanakah proses tarbiyah sebagai satu sistem yang mampu untuk mencetak aktivis-aktivis dakwah yang berwibawa?
Tarbiyah merupakan satu pendekatan yang bersepadu untuk mendidik jiwa manusia ke arah  pengamalan hidup secara Islam dalam rangka :
1.      Menghubungkan manusia dengan Yang Maha Pencipta.
2.      Melahirkan manusia yang sanggup berkorban.
3.      Meneguhkan agama Allah sehingga ajarannya dirasakan lebih agung dari hukum dan ajaran ciptaan manusia.
Dalam kalimah yang sederhana, adalah bagaimana membentuk seorang Muslim yang sempurna atau menyeluruh.
Fokus dari tarbiyah adalah untuk memperbaiki manusia dan jika manusia tersebut sudah dalam tingkatan yang baik, maka ditingkatkan kembali hingga menjadi lebih baik.
Manakala, ukuran kebaikan itu adalah penerimaannya secara menyeluruh atas apa yang Allah kehendaki dengan kebaikan, yakni melalui ajaran-ajaran dan syariatNya.
Sebagai contoh, seseorang yang berakhlak baik, suka menolong orang lain, namun mengingkari dan menolak hukum Allah misalnya, persoalan hudud atau qishash. Maka, orang tersebut tidaklah boleh dikatakan telah menerima Islam secara sempurna dan menyeluruh kerana kayu pengukurnya, iaitu syariat, masih ditolaknya.
‘Pengkaderan’ yang baik memerlukan sistem dan strategi yang berkesan.
Ada beberapa strategi tarbiyah atau proses ‘pengkaderan’ pendakwah yang mampu mencetak aktivis-aktivis dakwah yang teguh dan sempurna.
PERTAMA : TARBIYAH RUHIYAH / NAFSIYAH (PENDIDIKAN KEROHANIAN / KEJIWAAN)
Seorang aktivis dakwah mestilah memiliki sebuah jiwa yang baik, kerana ini adalah asas dari pembentukan karakter seorang aktivis dakwah. Bagaimana mungkin Islam ini akan tegak dengan kukuh jika para pendokongnya memiliki jiwa-jiwa yang tidak sihat.
KEDUA : TARBIYAH JASMANIYAH (PENDIDIKAN FIZIKAL)
Ketika jiwa seorang aktivis dakwah telah baik maka langkah seterusnya adalah bagaimana mendidik jasadiyah kerana seorang aktivis dakwah tidak cukup dengan jiwa yang bersih semata-mata kerana dalam mengharungi onak dan duri di jalan dakwah perlu adanya sebuah jasad yang sihat dan baik.
KETIGA : TARBIYAH IMANIYAH (PENDIDIKAN KEIMANAN)
Sihat fizikal dan jiwa belumlah cukup dalam membentuk karakter yang baik untuk aktivis dakwah. Iman mestilah juga baik, kerana ia adalah asas dalam perjuangan di jalan dakwah. Bagaimana mungkin seorang aktivis dakwah dapat berjuang dengan meninggikan kalimah tauhid ketika imannya sendiri pun belum baik.
KEEMPAT : TARBIYAH AQLIYAH (PENDIDIKAN AKAL)
Pendidikan akal amatlah penting kerana aktivis dakwah yang teguh perlu juga mental yang kuat atau baik. Islam ini tidak akan tersiar secara maksimum jika yang menyiarkanya tidak memiliki sebuah mental yang berani.
KELIMA : TARBIYAH AKHLAQIYAH (PENDIDIKAN AKHLAK)
Seorang aktivis dakwah perlulah memiliki sebuah akhlak yang baik, kerana ia adalah sebagai suri tauladan bagi objek dakwahnya. Dakwah tidak akan dapat disampaikan secara maksimum jika yang menyampaikanya belum mampu memperbaiki akhlaknya. Oleh yang demikian, pendidikan akhlak ini adalah amat penting.
KEENAM : TARBIYAH FIKRIYAH (PENDIDIKAN KETAJAMAN CARA BERFIKIR)
Berfikir secara analisis dan tajam ketika menganalisa sebuah permasalahan, perkara seperti ini perlu dimiliki oleh seorang aktivis dakwah kerana dengan pola berfikir yang tajam akan membuatkan aktivis dakwah semakin peka dan responsif  terhadap berbagai permasaalahan umat.
KETUJUH : TARBIYAH IQTISHADIYAH (PENDIDIKAN KEMAPANAN EKONOMI)
Adalah sangat baik jika seorang aktivis dakwah memiliki kemapanan ekonomi dalam kehidupannya kerana dengan adanya sebuah kemapanan ekonomi ini, ianya akan menjadi pencetus semangat dalam berdakwah.
KELAPAN : TARBIYAH SIYASIYAH (PENDIDIKAN POLITIK)
Aktivis dakwah mestilah pandai dalam berpolitik kerana dengan berpolitik kita akan dapat membuat sebuah transformasi sosial selain ianya sebagai pencetus kejayaan Islam di muka bumi ini.
Dari huraian di atas, kita dapat memahami bahwa hasil tarbiyah ini janganlah dibataskan manfaatnya menjadi tarbiyah untuk tarbiyah semata-mata.

Ertinya, kebaikan, semangat dan  idealisma yang dihasilkan oleh tarbiyah itu jangan hanya dirasakan ketika kita menjadi ‘murabbi’ sahaja tapi perlu dirasakan juga produk tarbiyah itu samada secara kebaikan, idealisma, akhlak dan semangat ke dalam dunia sosial, ekonomi, budaya, politik dan peradaban.
Tarbiyah mestilah mampu untuk memacu, memberikan semangat, memberikan kebaikan dan idealisma yang  tinggi dalam segala bidang.

a.       Jangan sampai potensi apa pun yang ada tidak mendapat sentuhan tarbawi tersebut
b.      Jangan berlaku apa yang dinamakan ‘al-izaaban’  (pelarutan).
c.       Jangan sampai ketika aktif di bidang politik, berlaku pelarutan keperibadian Islami.
d.      Jangan sampai ketika aktif di bidang ekonomi, berlaku pelarutan akhlak Islamiyah.

Pelarutan-pelarutan itu insyaAllah tidak akan berlaku atau mungkin ianya dapat dikurangkan jika tarbiyah kita sentiasa konsisten dan tetap berpegang teguh dengan sumbernya yang asli iaitu Al Qur’an Al Karim dan sunnah Rasulullah saw.

Ya Allah, kami memahami bahwa tarbiyah adalah kunci utama yang mampu untuk mencetak para aktivis dakwah  yang akan memikul tugas dan tanggungjawab dakwah.Tetapkanlah kami di atas jalan tarbiyah ini sehingga ianya akan membuahkan hasil yang positif serta memacu semangat berdakwah.

Ameen Ya Rabbal Alameen

WAS
[ Read More ]
Read more...
Newer Posts Older Posts
View mobile version
Subscribe to: Posts (Atom)

Yang Setia

Pautan

  • Muharikah
    Antara dua pilihan
    3 years ago
  • Angel Pakai Gucci!
    Doa Itu Bom Nuklear Bagi Orang Mu'min!
    5 years ago
  • Majalah Jom!
    Isu 45: ALAMAK, AKU SALAH PILIH! (EDISI ISTIMEWA)
    9 years ago
  • دعوتنا DAKWATUNA -dakwahkite-
    Di antara Kefahaman dan Pelaksanaan (Sudut Pandang Parti Kebebasan dan Keadilan FJP – Mesir)
    10 years ago
  • ZADUD-DUAT
    Wahai Ikhwah, Persaudaran adalah rahsia kekuatan anda
    11 years ago
  • Popular
  • Recent
  • Archives
 

Diri Ini

My photo
WAS
Blog ini memaparkan bahan-bahan bacaan dan artikel yang boleh meningkatkan ilmu dan kefahaman Islam anda..
View my complete profile

Blog Ini Menarik??

Yang Paling Digemari

  • Memohon Dari Al Jabbar
    Seringkali manusia terjebak oleh pemikirannya sendiri dan merasa mampu untuk merancang segala sesuatu. Padahal tidak ada kekuatan dalam d...
  • Apabila Hijab Terbuka
    Terbukanya hijab  (sekatan pembatas)  antara kita dengan Allah adalah sumber ketenangan dan kebahagiaan hidup. Ketika hijab telah terbuka, s...
  • Kualiti Sebenar Rijalud Dakwah
    Rijalud dakwah adalah seseorang yang telah di tarbiyah secara intensif sehingga memiliki persediaan untuk berjuang dan berkorban di jal...
  • Menjelmakan Makna Tarbawi
    Sehingga ke saat ini Allah swt masih memberikan rahmat kepada kita melalui hidayah, iman, Islam serta dakwah dan tarbiyah. Sungguh, n...
  • Surah Yang Menjadi Pembela
    Allah swt telah menurunkan kepada kita Al Qur’an sebagai : a.        Cahaya. b.       Rahmat. c.        Ubat dari penyakit hati dan...

Arkib

  • ►  2017 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2016 (4)
    • ►  September (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (39)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (2)
    • ►  January (5)
  • ►  2014 (42)
    • ►  November (5)
    • ►  October (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (9)
    • ►  May (8)
    • ►  April (4)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2013 (72)
    • ►  December (1)
    • ►  November (5)
    • ►  October (4)
    • ►  September (5)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (7)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (7)
    • ►  February (9)
    • ►  January (11)
  • ▼  2012 (163)
    • ►  December (8)
    • ►  November (9)
    • ►  October (9)
    • ▼  September (9)
      • Nasyid Perjuangan 2
      • Kejujuran Dan Kematangan Motivasi Dakwah
      • Tarbiyah Pencetak Aktivis Dakwah
      • Bertahan Di Jalan Dakwah
      • Murabbi Yang Sentiasa Belajar
      • Istiqamah Seorang Aktivis Dakwah
      • Menjunjung Fiqh Dakwah
      • Dunia Kebendaan Yang Tercela
      • Kehidupan Adalah Guru
    • ►  August (6)
    • ►  July (12)
    • ►  June (9)
    • ►  May (15)
    • ►  April (16)
    • ►  March (18)
    • ►  February (24)
    • ►  January (28)
  • ►  2011 (93)
    • ►  December (24)
    • ►  November (69)

Susunan

  • Akhlak (6)
  • Aqidah (17)
  • Dakwah (73)
  • Fikrah (74)
  • Ilmu (38)
  • Motivasi (10)
  • Muslimah (3)
  • Mutiara Hikmah (12)
  • Mutiara Hikmah Para Duat (21)
  • Mutiara Hikmah Ramadhan (3)
  • Renungan (31)
  • Ruhiyah (8)
  • Tarbiatuna (5)
  • Tarbiyah (34)
  • Tausiyah (31)
  • Tokoh (8)
  • Uslub (11)
  • Video (29)

Panji Islam

Asmaaul Husna

Kalam Hikmah

Coretan Anda

Pengunjung

Detik Kehidupan

Hari Ini

Waktu Solat

Pelawat


widgets

Selamat Melayari

  • NEW POSTS
  • COMMENTS
  • flickr

    Get your Flickr ID!
 
 
© 2011 Tinta Perjalanan | Designs by Web2feel & Fab Themes

Bloggerized by DheTemplate.com - Main Blogger