skip to main | skip to sidebar

Tinta Perjalanan

Pages

  • Home
 
  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube
  • DheTemplate.com
  • Free Templates
  • Drop Menu 1
    • Child Menu 1.1
    • Child Menu 1.2
    • Child Menu 1.3
  • Drop Menu 2
    • Child Menu 2.1
    • Child Menu 2.2
    • Child Menu 2.3
  • Daily Update Templates

Ahlan Wasahlan


Perjalanan Menuju Allah.

Thursday, 20 September 2012

Bertahan Di Jalan Dakwah

Ditulis Oleh WAS Pada 10:01 – 0 Komen Anda
 

Sesungguhnya dakwah merupakan urusan yang besar dan adil kerana dakwah dapat mengawal manusia sehingga menghantarkannya kepada  kebahagiaan dunia dan akhirat.
Para rasul sentiasa bersungguh-sungguh menunaikan amanah dakwah dan telah menyampaikan amanah ini secara terus-menerus dengan tulus ikhlas, bahkan mereka tidak hanya menyampaikan risalah itu secara lisan semata-mata, tapi juga dengan qudwah yang tergambar dalam perbuatan, dakwah dan jihad yang tidak mengenal penat lelah.
Pada asalnya, dakwah dalam pengertiannya yang lebih luas hukumnya wajib. Pendapat ini berdasarkan hadits tentang tidak adanya iman lagi bagi seseorang yang tidak mengingkari kemungkaran dengan hatinya.
Namun, dakwah menjadi fardhu kifayah apabila telah ada segolongan manusia yang menyerukan dakwah kepada umat manusia untuk menuju cahaya Allah dan meninggalkan kegelapan jahiliyah.
Walaubagaimanapun, hukum fardhu kifayah itu akan berubah menjadi fardhu ‘ain jika tidak ada yang melaksanakannya di suatu masa atau di suatu tempat.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran : 104)
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al ‘Ashr : 2-3)
Ustaz Jum’ah Amin Abdul Aziz menerangkan tentang pengertian Dakwah Islamiyah :
“Maka yang kita maksudkan adalah risalah terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai wahyu dari Allah dalam bentuk kitab yang tidak ada kebatilan di dalamnya, baik di depan atau di belakangnya, dengan kalamNya yang bernilai mukjizat dan yang ditulis di dalam mushaf yang diriwayatkan oleh Nabi dengan sanad yang mutawatir, yang membacanya bernilai ibadah.”
Dengan pengertian ini maka dakwah berorientasi kepada risalah Allah yang diturunkan kepada manusia melalui perantaraan Rasulullah saw dan dijadikan satu pedoman dalam bentuk Al Qur’an.
Dalam kitabnya “Fiqh Ad Da’wah”, beliau menyebut bahwa dakwah adalah mengajak manusia dengan hikmah dan pengajaran yang baik sehingga mereka mengingkari ‘thaghut’ dan beriman kepada Allah serta keluar dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.
Dengan yang demikian, maka pada hakikatnya dakwah adalah satu usaha untuk membawa manusia dari kegelapan kejahilan dan ketidaktahuannya menuju hidayah Allah, yakni cahaya Islam. ‘Thaghut’ adalah segala sesuatu yang yang disembah selain Allah, samada ianya benda, manusia, sistem ataupun makhluk yang lain.
Disebutkan pula bahwa dakwah Islam yang dimaksudkan adalah dakwah yang :
1.      Berorientasi kepada pembangunan masyarakat Islam.
2.      Melakukan perbaikan dalam masyarakat Islam.
3.      Memelihara kelangsungan seruan di tengah-tengah masyarakat.
4.      Berpegang pada kebenaran untuk memelihara kelangsungannya, iaitu dengan pengajian secara terus menerus, ‘tazkir’ (peringatan), ‘tazkiyah’ (penyucian jiwa) dan ‘ta’lim’ (pendidikan).
Oleh yang demikian, dakwah Islam pada hakikatnya merupakan aktiviti yang terancang untuk mentransformasikan individu dan masyarakat dari kehidupan jahiliyah ke arah kehidupan yang mencerminkan semangat dan ajaran Islam.
Proses transformasi individu, yakni pembentukan peribadi-peribadi muslim sejati (syakhsiyah islamiyah) dilakukan dalam kerangka transformasi sosial kerana, terbentuknya peribadi muslim sejati bukanlah menjadi tujuan akhir.
Oleh kerana itu, peribadi-peribadi ini mesti memperkaya kualiti dirinya untuk memikul amanah dakwah (syakhsiyah da’iyah), sehingga mampu berperanan aktif dalam melakukan transformasi sosial.
Dakwah bukan hanya merupakan pekerjaan ulama’ dan mubaligh. Namun, siapa sahaja yang mampu menyerukan kebaikan kepada orang lain dan dirinya sendiri, maka ia adalah pendakwah.
Menurut Ustaz Jum’ah Amin Abdul Aziz lagi, ‘da’ie ilallah’ (pendakwah kepada Allah) adalah orang yang berusaha untuk :
a.       Mengajak manusia (dengan perkataan dan perbuatannya) kepada Islam.
b.      Menerapkan manhajnya.
c.       Memeluk akidahnya.
d.      Melaksanakan syari’atnya.
Dakwah kepada Allah yang rata-rata sudah diabaikan oleh kaum muslimin pada masa ini adalah suatu kewajiban yang dibawa oleh para rasul, lalu dipikul oleh para pengikutnya yang setia, yakni orang-orang yang mengikuti jejaknya selepas mereka dan mengambil suri teladan dari para rasul itu dalam cara hidup mereka. Mereka tidak segan-segan untuk berjalan di atas jalan yang telah ditentukan oleh Allah swt meskipun banyak kesulitan yang menghalangnya.
Menurut Ustaz Ali Abdul Halim Mahmud, ‘dakwah ilallah’ adalah dakwah yang bersumber dari Allah yang disampaikan kepada kita melalui para nabi dan rasulNya serta ditutup dengan kehadiran Nabi Muhammad saw.
Bila kita mengatakan ‘dakwah ilallah’, ia bererti kita berdakwah agar manusia :
1.      Beriman kepada Allah.
2.      Menerima risalah yang dibawa oleh para nabi dan rasul.
3.      Taat pada apa-apa yang diperintahkan oleh Allah.
4.      Berhenti sepenuhnya dari semua yang dilarang.
5.      Membenarkan seluruh perkataan utusan Allah tersebut.
Maknanya, berdakwah adalah mengajak kepada Deen Islam, penutup seluruh kalamullah serta agama yang paling sempurna dan komprehensif. Islam adalah agama yang Allah telah jamin penjagaannya, sedangkan agama-agama selain Islam diserahkan kepada pemeluknya. Oleh kerana itu, hanya Islamlah yang akan tegak tanpa perubahan dan cacat.
Dakwah bukanlah ajakan kepada seseorang, peribadi, golongan atau jamaah tertentu tetapi, dakwah yang murni hanya ditujukan kepada jalan Allah swt semata-mata.
Jika yang berlaku adalah sebaliknya dan para pendakwah mengajak kepada selain Allah, maka sebenarnya itu adalah disebabkan oleh sikap fanatik terhadap golongannya. Pada akhirnya, timbullah perpecahan dari para pendakwah. Ini disebabkan kerana kesalahan dalam melihat jamaah sebagai tujuan dakwah, bukan sekadar wasilah.
Dakwah pada hakikatnya adalah menyeru manusia kepada Allah dan untuk kepentingan Allah, dan bukan untuk kepentingan para pendakwah dan para pengikutnya (kaumnya).
Tidak ada tujuan lain bagi para pendakwah dalam segala usaha dakwahnya selain dari menunaikan kewajibannya terhadap Allah. Tiada suatu balasan yang diharapkannya dari orang-orang yang mendapat hidayah kerana dakwahnya melainkan semata-mata mengharapkan ganjaran dari Allah swt.
Setiap muslim wajib melaksanakan dakwah menurut kemampuannya. Kalau dilihat secara umum, maka negara wajib mengarahkan kumpulan secara khusus yang melaksanakan dakwah di seluruh penjuru bumi, untuk menyampaikan risalah Allah, dan menjelaskan perintahnya dengan cara-cara yang memungkinkan. Rasulullah saw telah mengutus para pendakwah dan mengirimkan surat kepada raja-raja dan para pemimpin untuk mengajak mereka memeluk agama Islam.
Menurut Ibnu Katsir, seseorang yang menyembunyikan kebenaran (al haq) maka, ia akan mendapatkan laknat dari Allah dan ancaman yang keras.
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS Al Baqarah : 159-160)
Sikap seperti ini telah kita dapati dari orang-orang Yahudi yang menyembunyikan ayat-ayat Allah.
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, iaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih. Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka!” (QS Al Baqarah : 174-175)
Membiarkan kemungkaran sama ertinya dengan meridhai kemungkaran itu, kecuali memang ia tidak mampu melakukan sesuatu untuk mencegah kemunkaran itu, bahkan dengan ucapannya.
Abu Bakar, ketika diangkat menjadi khalifah Rasulullah setelah kewafatan baginda, berkhutbah ;
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kamu membaca ayat ini, ‘Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.’ Dan kamu meletakkannya bukan pada tempatnya. Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Manusia jika melihat kemungkaran, dan tidak berusaha mengubahnya, maka tidak lama lagi Allah akan menurunkan siksa kepada mereka secara umum (merata).”
Dari Ibnu Abbas, Abu Bakar ra mengatakan,
“Benar, bukanlah termasuk dari kaum, bila mereka diperlakukan dengan munkar, dan dirosakkan dengan suatu perbuatan buruk, lantas mereka tidak berusaha mengubahnya dan memperbaikinya, kecuali hak bagi Allah untuk meliputi mereka dengan siksa dariNya, kemudian doa mereka tidak diterima.” Lalu ia memasukkan dua jarinya di kedua telinganya, dan mengatakan, “Seandainya aku tidak mendengarnya dari yang paling dikasihi, maka diamlah.” (HR Ahmad)
Dakwah ini hendaklah dilakukan oleh setiap manusia hingga seluruh manusia berada di bawah naungan cahaya Islam.
Rasulullah saw bersabda :
“Sampaikanlah dariku, walau hanya satu ayat. Dan ceritakanlah tentang bani Israil dan tidak berdosa. Dan siapa berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah menempatkan dirinya di neraka.” (HR Bukhari)
Rasulullah saw bersabda lagi :
“Barangsiapa diantara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah mengubahnya (mencegahnya) dengan tangannya. Jika ia tidak mampu (dengan tangannya), maka dengan lidahnya, dan bila masih tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah iman yang paling lemah.” (HR Muslim)
Asalnya, manusia hanyalah bermula dari Adam kerana Allah swt menciptakannya sendirian. Lalu Ia ajarkan Adam dan Ia berikan ilmu dari sisiNya. Dengan itu, jadilah Adam banyak mengetahui. Dan dengan itu, para malaikat mendapatkan jawaban mengapa Allah hendak menjadikan manusia sebagai khalifah di bumiNya.
Kekhuatiran malaikat yang diabadikan oleh Allah dalam suarh Al-Baqarah ayat 30, tidaklah sepenuhnya salah. Pengalaman yang berlaku di bumi sebelum Adam memang demikian iaitu :
a.       Kerosakan.
b.      Pertumpahan darah.
Dua potensi negatif yang juga ada pada diri manusia. Namun Allah swt telah melengkapi kehidupan makhluk kali ini dengan sistem penjagaan yang terpadu bernama “Dakwah”.
Jika dakwah didefinasikan sebagai ‘dakwatun nas ilallah’ (mengajak manusia kepada Allah), sesungguhnya dari Allahlah dakwah bermula. Dia yang mengajarkan Adam, Dia yang memperkenalkan dirinya kepada Adam. Kemudian, Adam meneruskan dakwah ini kepada anak-anaknya. Anak-anak Adam meneruskan pada generasi sesudahnya. Demikianlah seterusnya.
Dengan yang demikian, ‘khalifah fil ardh’ (khalifah di atas muka bumi) hanyalah manusia yang terlibat dalam dakwah.
Ini adalah kerana hanya dengan dakwah, dua perbuatan yang menghancurkan yang dikhuatirkan oleh para malaikat (Kerosakan dan pertumpahan darah) mampu dicegah.
Dengan dakwahlah, potensi akal yang mampu dengan cepat menguasai ilmu menjadi terarah.
Sayyid Qutb ketika menjelaskan lebih lanjut maksud “kekuatan tersembunyi yang dapat merealisasikan kehendak Ilahiyah” di saat ia menghuraikan ayat dipilihnya manusia sebagai khalifah memberi satu kefahaman yang jelas kepada kita bahwa dakwah adalah kekuatan besar :
1.      Untuk menjaga manusia supaya tetap berada di atas jalan yang benar.
2.      Untuk menjadi khalifah yang merealisasikan kehendak Ilahiyah.
Mereka yang memilih jalan dakwah, bererti memilih setia pada tugas dariNya. Mereka yang setia pada tugas dariNya, bererti meletakkan dirinya untuk menerima upah hanya dariNya.
Imam Hasan Al Banna berkata :
“Kami tidak mengharapkan apa-apa imbalan, tidak juga pujian apalagi sekadar ucapan terima kasih.”
Setiap orang mempunyai alasan untuk tetap bertahan di jalan dakwah dan begitu juga dengan kita, meskipun kadang kalanya semua itu tidak mampu kita tempuhi.
Di saat mencari 1001 alasan untuk tetap teguh, ianya tidak semudah yang difikirkan sedangkan 1000 alasan untuk mundur sudah hampir pasti dapat kita temui. Namun, tidak mungkin kita tukar pelaburan akhirat ini hanya untuk sekadar bersenang-senang dengan kenikmatan duniawi. Tidak mungkin kita tukar “ukhuwah” yang ada dengan keegoan kita untuk mencari kebahagiaan diri.
Onak dan duri dalam dakwah ini masih terus membuatkan kita perlu ‘merangkak-rangkak’ untuk melaluinya. Bahkan kapasiti kita sebagai seorang pendakwah masih sangat minimum.
Tapi, apalagi yang dapat kita berikan selain ini?
Apa lagi yang mampu kita perjuangkan untuk membela agama Allah ini?
Jangankan berjihad berperang  melawan musuh agamaNya, melawan hawa nafsu sahajapun, kita masih tersekat-sekat.
Tidak ada jalan lain lagi, KITA MESTI BERTAHAN DI JALAN INI. Setidak-tidaknya kita sepatutnya mampu memenuhi ikrar kita.
Untuk para pendakwah yang sedang lemah imannya dan yang merasa tidak layak untuk berjuang di jalan ini, mungkin bukan diri kita yang merasa tidak layak bahkan niat kita yang kadang-kadang  masih melencong, maka marilah kita periksa kembali niat kita dan kita luruskan kembali niat itu lalu kita jaga sebaik-baiknya dengan iman yang kita miliki.
Tentangan dan bebanan dakwah semakin hari semakin besar dan rumit. Ramai di antara pendakwah yang mulai “melebur” serta bertukar haluan dan pergi entah ke mana.
Kini, pendakwah ‘al haq’ itu pun dirindukan oleh lingkungannya disebabkan oleh :
a.       Ianya sebuah peribadi yang tetap bertahan dalam menjaga integriti diri.
b.      Ianya tetap istiqamah di jalan dakwah.
Berikut adalah beberapa falsafah dari pendakwah ‘al haq’ tersebut :
PERTAMA : FALSAFAH PADI
Ia tegak di saat muda dan menunduk di saat tua. Padi akan membuahkan beras yang mengandungi kalori serta juga merupakan sumber tenaga.
Begitu juga dengan pendakwah ‘al haq’ yang tumbuh tegar dan menatap masa depan di saat muda serta menunduk diri di saat semakin tua dan berisi. Ia sentiasa :
1.      Tawadhu’ dengan ilmu-ilmu yang dimilikinya.
2.      Mampu menggerakkan anggota tubuh badannya.
3.      Menularkan semangatnya.
KEDUA : FALSAFAH POHON PISANG
Pendakwah ‘al haq’ ibarat pohon pisang yang sentiasa tumbuh dan berbuah tanpa mengenal waktu. Begitu pula apabila batangnya dipotong, ia akan tumbuh lagi dan terus tumbuh kerana baginya kematian tidak dihadapi dengan kepasrahan, tetapi dipersiapkan dengan menumbuhkan pohon dan buah yang baru.
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyedarinya”(QS Al-Baqarah : 154)
Apabila kita telah mengambil suatu peranan sebagai pendakwah ‘al haq’, maka kematian bukanlah satu perkara yang perlu ditakutkan.
Pendakwah ‘al haq’ akan mempersiapkan dirinya dengan :
a.       Amal soleh.
b.      Ilmu yang bermanfaat.
c.       Anak yang soleh.
d.      Generasi penerus yang taat serta bermanfaat bagi masyarakat.
Justeru kematian merupakan perkara yang sangat dirindukan untuk dapat terus berjumpa secara langsung dengan Kekasih hatinya.
KETIGA : FALSAFAH POHON DURIAN
Akarnya menghunjam ke bawah tanah dan batangnya menjulang ke langit serta memberikan buah durian di setiap musim dengan izin Allah swt.
Akarnya yang teguh berdiri dalam menyatakan bahwa pendakwah ‘al haq’ memiliki konsep ilmu dan pemikiran yang cukup baik sehingga tidak mudah goyah dengan lingkungan sekelilingnya.
Tidak hanya sekadar itu, pendakwah ‘al haq’ juga mampu mencetak peribadi-peribadi unggul dan tegar seumpama buah durian.
KEEMPAT : FALSAFAH RAHILAH
“Manusia itu seperti seratus unta yang nyaris tidak ditemui satu rahilah (unta tunggangan yang siap memikul bebanan di dalamnya” (HR Bukhari)
Rahilah merupakan unta bebanan yang kuat dan cepat dalam berjalan. Unta ini sangat sedikit jumlahnya, iaitu kurang dari satu peratus.
Begitu pula pendakwah ‘al haq’, jumlahnya memang sedikit, tetapi mereka akan menjadi teras dan penentu dalam suatu kelompok.
KELIMA : FALSAFAH LEBAH
“Dan perumpamaan mukmin itu ibarat lebah. Ia hinggap di tempat yang baik dan memakan yang baik, tetapi tidak merosakkan” (HR Thabrani)
Lebah merupakan peribadi yang kukuh, mandiri, percaya kepada diri sendiri serta memiliki sengatan sebagai medium pertahanan diri.
Begitu pula pendakwah ‘al haq’ yang :
1.      Memiliki prinsip hidup.
2.      Kuat melindungi diri dari kezaliman.
3.      Berani memperjuangkan kebenaran.
Lebah juga merupakan haiwan yang dinamik, kreatif dan inovatif yang mampu membuat rumah di berbagai keadaan dan tempat, samada di gunung, pepohonan ataupun di dalam gua-gua.
Begitu pula dengan pendakwah ‘al haq’ yang sanggup bertahan walau di tempatkan pada keadaan mana sekalipun.
Lebah menjadi pelopor perubahan, yakni sentiasa bersedia, peduli dan profesional dalam melayani serta membantu proses pendebungaan pada bunga dan tumbuhan.
Begitu juga pendakwah ‘al haq’ yang sentiasa bersiap sedia dan mengambil peduli pada dimensi sosial kemasyarakatan dan sentiasa menebarkan kemanfaatan.
Bagi meningkatkan kapasiti untuk menjadi pendakwah ‘al haq’, kadang-kadang memang memerlukan waktu dan persiapan yang lebih, namun yakinlah, selama mana keyakinan itu masih menghunjam dan bersemayam di hati kita, maka Allah akan sentiasa mengarahkan kita untuk memperolehi hidayahNya.
Teruslah berjuang kerana syurga itu manis, sehingga kadang-kadang kita perlu melalui kepahitan pengorbanan untuk mendapatkannya.
Ya Allah, Tuhan yang Maha membolak-balikkan hati-hati, ampunkanlah jiwa kami yang lemah ini serta iman kami yang kadang-kadang lebih mudah tersungkur. Kuatkanlah diri kami untuk terus bertahan dan memperjuangkan agama ini sehingga ketika tiba waktu istirehat, kami sudah menginjakkan kaki kami ke syurgaMu.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
Labels: Dakwah Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook

Leave a Reply

Newer Post Older Post
View mobile version
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Yang Setia

Pautan

  • Muharikah
    Antara dua pilihan
    3 years ago
  • Angel Pakai Gucci!
    Doa Itu Bom Nuklear Bagi Orang Mu'min!
    5 years ago
  • Majalah Jom!
    Isu 45: ALAMAK, AKU SALAH PILIH! (EDISI ISTIMEWA)
    9 years ago
  • دعوتنا DAKWATUNA -dakwahkite-
    Di antara Kefahaman dan Pelaksanaan (Sudut Pandang Parti Kebebasan dan Keadilan FJP – Mesir)
    10 years ago
  • ZADUD-DUAT
    Wahai Ikhwah, Persaudaran adalah rahsia kekuatan anda
    11 years ago
  • Popular
  • Recent
  • Archives
 

Diri Ini

My photo
WAS
Blog ini memaparkan bahan-bahan bacaan dan artikel yang boleh meningkatkan ilmu dan kefahaman Islam anda..
View my complete profile

Blog Ini Menarik??

Yang Paling Digemari

  • Memohon Dari Al Jabbar
    Seringkali manusia terjebak oleh pemikirannya sendiri dan merasa mampu untuk merancang segala sesuatu. Padahal tidak ada kekuatan dalam d...
  • Apabila Hijab Terbuka
    Terbukanya hijab  (sekatan pembatas)  antara kita dengan Allah adalah sumber ketenangan dan kebahagiaan hidup. Ketika hijab telah terbuka, s...
  • Kualiti Sebenar Rijalud Dakwah
    Rijalud dakwah adalah seseorang yang telah di tarbiyah secara intensif sehingga memiliki persediaan untuk berjuang dan berkorban di jal...
  • Surah Yang Menjadi Pembela
    Allah swt telah menurunkan kepada kita Al Qur’an sebagai : a.        Cahaya. b.       Rahmat. c.        Ubat dari penyakit hati dan...
  • Tegakkan Ketakutan Kepada Allah
    Martabat manusia ditentukan oleh akhlaknya. Kematangan sikap dan peribadi bermula dari rumah tangga. Menanamkan sikap yang jujur dan memben...

Arkib

  • ►  2017 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2016 (4)
    • ►  September (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (39)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (2)
    • ►  January (5)
  • ►  2014 (42)
    • ►  November (5)
    • ►  October (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (9)
    • ►  May (8)
    • ►  April (4)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2013 (72)
    • ►  December (1)
    • ►  November (5)
    • ►  October (4)
    • ►  September (5)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (7)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (7)
    • ►  February (9)
    • ►  January (11)
  • ▼  2012 (163)
    • ►  December (8)
    • ►  November (9)
    • ►  October (9)
    • ▼  September (9)
      • Nasyid Perjuangan 2
      • Kejujuran Dan Kematangan Motivasi Dakwah
      • Tarbiyah Pencetak Aktivis Dakwah
      • Bertahan Di Jalan Dakwah
      • Murabbi Yang Sentiasa Belajar
      • Istiqamah Seorang Aktivis Dakwah
      • Menjunjung Fiqh Dakwah
      • Dunia Kebendaan Yang Tercela
      • Kehidupan Adalah Guru
    • ►  August (6)
    • ►  July (12)
    • ►  June (9)
    • ►  May (15)
    • ►  April (16)
    • ►  March (18)
    • ►  February (24)
    • ►  January (28)
  • ►  2011 (93)
    • ►  December (24)
    • ►  November (69)

Susunan

  • Akhlak (6)
  • Aqidah (17)
  • Dakwah (73)
  • Fikrah (74)
  • Ilmu (38)
  • Motivasi (10)
  • Muslimah (3)
  • Mutiara Hikmah (12)
  • Mutiara Hikmah Para Duat (21)
  • Mutiara Hikmah Ramadhan (3)
  • Renungan (31)
  • Ruhiyah (8)
  • Tarbiatuna (5)
  • Tarbiyah (34)
  • Tausiyah (31)
  • Tokoh (8)
  • Uslub (11)
  • Video (29)

Panji Islam

Asmaaul Husna

Kalam Hikmah

Coretan Anda

Pengunjung

Detik Kehidupan

Hari Ini

Waktu Solat

Pelawat


widgets

Selamat Melayari

  • NEW POSTS
  • COMMENTS
  • flickr

    Get your Flickr ID!
 
 
© 2011 Tinta Perjalanan | Designs by Web2feel & Fab Themes

Bloggerized by DheTemplate.com - Main Blogger