skip to main | skip to sidebar

Tinta Perjalanan

Pages

  • Home
 
  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube
  • DheTemplate.com
  • Free Templates
  • Drop Menu 1
    • Child Menu 1.1
    • Child Menu 1.2
    • Child Menu 1.3
  • Drop Menu 2
    • Child Menu 2.1
    • Child Menu 2.2
    • Child Menu 2.3
  • Daily Update Templates

Ahlan Wasahlan


Perjalanan Menuju Allah.

Wednesday, 25 September 2013

Nasyid Perjuangan 4

Ditulis Oleh WAS Pada 11:06 – 0 Komen Anda
 









































[ Read More ]
Read more...
Tuesday, 24 September 2013

Garis Besar Dakwah

Ditulis Oleh WAS Pada 04:00 – 0 Komen Anda
 

Sesungguhnya perlu kita fahami bahwa sesuatu tujuan atau matlamat tidak akan dapat diwujudkan semata-mata dengan banyaknya bilangan atau jumlah.

Ketahuilah bahwa kekuatan yang paling besar serta wasilah yang paling berkesan adalah kekuatan kerohanian yang mempunyai daya tarikan dan pengaruh yang menakjubkan.

Keyakinan kepada ideologi dan kesatuan di atas landasan keyakinan tersebut adalah segala-galanya dan sebuah dakwah tidak akan mampu meraih kejayaan kecuali apabila memenuhi tiga syarat-syarat khusus berikut :

a.      Mempunyai konsep.

b.     Memiliki ‘junud’ (perajurit/pendokong).

c.      Mempunyai ‘qaid’ (pemimpin).

Konsep itu perlulah :

1.     Jelas.

2.     Lengkap.

3.     Efektif.

Manakala ‘Junud’ (perajurit / pendokong) mestilah mempunyai :

a.      Keyakinan.

b.     Cinta.

c.      Pengorbanan.

Sedangkan pemimpin pula perlulah :

1.     Ikhlas.

2.     Cekap.

3.     Tegas.

Inilah garis-garis besar bagi sebuah dakwah yang menginginkan kejayaan dan berusaha untuk mempertahankan kewujudannya.

Jika kita meneliti pada garis-garis besar ini untuk melihat dakwah kita, maka kita dapati bahwa dakwah kita selaras dengannya, bahkan nampak seolah-olah dakwah ini dibentuk untuk melaksanakan garis-garis besar tersebut.

Jika kita melihat kepada konsep dakwah ini, maka kita mendapati bahwa konsepnya bersumber pada kitab Allah swt dan sunnah Rasulullah saw.

Di dunia ini tidak ada konsep yang lebih jelas, luas, lengkap dan berpengaruh melebihi kedua-duanya.

Allah swt telah menjadikan kejelasan sebagai simbol bagi Al  Qur’an dan menyebut Al Qur’an sebagai cahaya dan petunjuk.

“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu.” (QS An-Nahl : 89)

“Katakanlah, ‘Al-Qur’an itu petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.’” (QS Fushilat : 44)

Mengenai lengkapnya Al-Qur’an, cukuplah bagi kita informasi dari Allah swt.

“Tiadalah kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab.” (QS Al-An’am : 38)

Juga sabda Rasulullah saw :

“Tidaklah aku tinggalkan sesuatu pun yang dapat mendekatkanmu kepada Allah kecuali aku memerintahkanmu untuk melaksanakannya dan tidak ada satupun yang dapat menjauhkanmu dari Allah kecuali aku melarangmu darinya.”

Al-Qur’anul Karim itu berjalan selaras dengan kemajuan manusia dan tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan serta penemuan-penemuan. Ia sentiasa berjalan seiring, bahkan mendahuluinya.

Adapun pengaruh Al-Qur’an, tidak ada yang dapat disetarakan dengannya. Ia mampu :

a.      Memikat jiwa.

b.     Menguasai hati.

c.      Menggerakkan nurani.

Musuh-musuh Al-Qur’an sendiri mengakuinya dengan ucapan mereka :

“Sesungguhnya, di dalam Al-Qur’an ini terkandung kenikmatan dan keindahan, bahagian atasnya memberikan buah dan bahagian bawahnya memberikan kesuburan. Dan ia bukanlah perkataan manusia.”

Mereka juga mengatakan :

“Al-Qur’an adalah sihir.”

Allah juga berfirman seperti berikut :

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (iaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gementar kerananya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingati Allah.” (QS Az-Zumar : 23)

Pengaruh Al-Qur’an sedemikian rupa sehingga dapat mendorong seorang mukmin untuk menunjukkan semangat kepahlawanan dalam peperangan sehingga seolah-olahnya ia mirip dengan sebuah khayalan.

Seseorang di antara mereka ada yang dadanya tertembus tombak, sementara ia terus memerangi musuh-musuhnya hingga akhirnya gugur bersama kematian mereka.

Tombak menembusi punggungnya sedangkan ia tidak peduli seraya berkata :

“Dan aku bersegera kepada-Mu, ya Tuhanku, supaya Engkau ridha (kepadaku).” (QS Thaha : 84)

Inilah konsep yang berhasil diterapkan dan telah sekian lama dipraktikkan dalam kehidupan orang-orang muslim.

Adapun ‘jundiyyah’ (sifat kepahlawanan) yang indah dan ideal serta ketaatan yang nyata dan monumental dapat dilihat dalam diri sahabat-sahabat Rasulullah saw dan orang-orang yang meneladani kebaikan mereka.

Mereka adalah peribadi-peribadi yang mampu menggambarkan keimanan yang mendalam.

Perhatikanlah Abu Bakar As Shiddiq ra di mana pada suatu ketika memberitahu Abu Jahal  khabar tentang Isra’ Mi’raj lalu Abu Jahal dengan nada yang tidak percaya bertanya semula kepadanya :

“Apakah kamu mempercayainya, Abu Bakar?”

Abu Bakar menjawab :

“Kami telah mempercayainya tentang hal-hal yang lebih dari itu. Kami mempercayainya tentang khabar yang datang dari langit.”

Mengenai kecintaan yang mendalam dan kuat, maka tidak ada satu masyarakat pun yang dikenali dalam sejarah dan yang dibangunkan di atas landasan cinta sepertimana masyarakat Islam yang pertama.

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum kedatangan mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang-orang Muhajirin), dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” (QS Al-Hasyr : 9)

Mengenai kedermawanan dan pengorbanan yang ada pada mereka, maka pembicaraan mengenainya akan memakan waktu yang panjang dan tidak akan habis.

Seluruh kisah dalam sejarah berisi lembaran-lembaran putih yang menerangi perbuatan-perbuatan para tokoh, pahlawan dan singa yang gagah berani itu.

Adapun Rasulullah saw adalah representasi dari kepemimpinan Islam.

Manusia tidak pernah mengenal atau melihat di era sejarah mana pun, seorang pemimpin yang lebih ikhlas, cekap dan tegas daripada Rasulullah saw.

Baginda adalah seorang mukmin yang sabar dan ikhlas yang pernah berkata kepada bapa saudaranya :

“Demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, supaya aku meninggalkan urusan ini, niscaya aku tidak meninggalkannya, sampai aku binasa kerananya.”

Itulah Muhammad saw, seorang pemimpin yang istimewa dengan kecekapan, sikap spontannya dan kepandaiannya dalam mengelola urusan.

Seorang pemimpin yang tegas yang melancarkan serangan-serangan yang mengejutkan  musuh-musuh yang menentangnya dan meletakkan dasar-dasar ketegasan untuk menumpaskan kemunafikan, penipuan dan sikap mengambil kesempatan.

Inilah dakwah kita!!!

1.     Ia tidak mempunyai konsep selain Al-Qur’anul Karim.

2.     Ia tidak mempunyai tentera selain kita.

3.     Ia tidak mempunyai pemimpin selain Rasul kita saw.

Bandingkan, betapa jauhnya perbezaan antara sistem kita dengan sistem-sistem lain yang lemah dan rapuh.

Sistem demokrasi, sosialis dan diktator adalah sistem-sistem yang tidak akan mampu menjamin kebebasan dan mewujudkan kebahagiaan.

Walaupun mungkin ia dapat memberikan sedikit kebahagiaan, namun apakah ia dapat memberikan kepuasan jiwa dan kebahagiaan hati?

Demi Allah, tidak! Andaikata ia mampu mewujudkan itu semua, apakah ia dapat memberikan balasan yang baik bagi manusia di akhirat, dalam kehidupan akhir yang abadi?

Marilah kita kembali kepada ayat-ayat Al-Qur’anul Karim yang telah kita pelajari.

Sesungguhnya penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang kita kaji merupakan undang-undang kita yang lurus.

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata, ‘Mengapa Engkau menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami sentiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?’ Tuhan berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. ‘Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman, ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!’ Mereka menjawab, ‘Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.’ Allah berfirman, ‘Wahai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.’ Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman, ‘Bukankah sudah Aku katakan kepada kamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahsia langit dan bumi, dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.” (QS Al-Baqarah : 30-33)

Dalam ayat-ayat sebelum ayat ini, terdapat isyarat-isyarat halus mengenai penciptaan langit dan bumi, bukti-bukti mengenai kekuatan dan kekuasaan Allah swt serta kewajiban bersyukur dan beribadah kepada-Nya.

Selepas itu, Al-Qur’an menceritakan kepada kita kisah penciptaan manusia dan bagaimana sikap para malaikat ketika manusia diciptakan, kedudukan manusia di tengah-tengah segenap makhluk serta apa yang dilakukan iblis kerana diciptakan dan diutamakannya Adam melebihi seluruh makhluk lain.

Di sini kita perlu mengingati bahwa informasi yang diberikan oleh Allah Yang Maha Mulia kepada para malaikat mengenai penciptaan manusia bukanlah sebagai bentuk konsultasi atau permintaan supaya mereka menyaksikan.

Maha Suci Allah dari hal yang semacam itu, tetapi sekadar pemberitahuan.

“Aku tidak menghadirkan mereka (iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri.” (QS Al-Kahfi : 51)

Allah memberikan contoh yang paling baik kepada manusia supaya kita dapat mengetahui tentang berbagai informasi yang sebenarnya tidak perlu diberitahukan sebagai bukti kecintaan dan ketaataan.

Lebih-lebih lagi kerana manusia akan terus menjalin hubungan tertentu dengan para malaikat, berkaitan dengan wahyu, pengawasan, penenggelaman bumi dan pencabutan nyawa.

Status manusia sebagai khalifah dapat ditafsirkan dengan tiga penafsiran.

PERTAMA :

Bahwa sebelumnya bumi ini telah diserahkan pengelolaannya kepada makhluk-makhluk lain selain manusia, kemudian Allah swt ingin menjadikan manusia sebagai khalifah (pengganti) dari makhluk-makhluk tersebut. Para mufassir menyebutkan banyak sekali nama dan sifat makhluk-makhluk tersebut. Namun, ramai ulama’ tidak cenderung kepada pendapat ini, kerana ianya terkesan seperti diada-adakan, tanpa landasan dan bukti.

KEDUA :

Kekhalifahan ini dari Allah swt kerana Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Agung telah memberikan kurniaan kepada manusia dan melebihkannya atas makhluk-makhluk lain dengan nikmat akal yang diberi kemampuan memilih dan menentukan, yang diciptakan Allah dan semuanya tidak keluar dari kehendak-Nya.

Dalilnya adalah firman Allah swt :

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khuatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS Al-Ahzab : 72)

Sebagai akibat dari pemikulan amanat ini, manusia mendapatkan kompensasi berupa status sebagai khalifah di bumi yang mewakili Allah swt dalam mengelola urusan dunia dan memanfaatkan berbagai kemudahan yang ada di dalamnya sesuai dengan kehendakNya, meskipun sebahagian manusia tersesat dalam memikul tanggungjawab ini, iaitu tidak mengetahui hikmah kekhalifahan bahkan menjadikannya rusak dan hancur.

KETIGA :

Kekhalifahan di sini adalah pengganti dari para malaikat, dengan jangkaan bahwa mereka sebelumnya menjadi penduduk bumi. Ada satu poin yang masih perlu dijelaskan, iaitu bahwa para malaikat berkata kepada Allah swt :

“Mengapa Engkau menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami sentiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” (QS Al-Baqarah : 30)

Mereka berkata demikian, mungkin kerana mengetahui kerusakan dan pembunuhan yang dilakukan oleh penduduk bumi sebelum anak cucu Adam (jika pendapat ini benar); atau barangkali kerana mereka mengetahui bahwa makhluk yang mempunyai kemampuan untuk memilih pasti akan berbuat kerusakan di dalamnya, sebab para malaikat sendiri tidak dikurniakan kemampuan untuk memilih dalam bentuk apa pun.

“Yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim : 6)

Atau mungkin juga bahwa Allah swt telah memberitahukan kepada mereka karakter manusia dan apa yang akan diperbuatnya kelak.

Masing-masing dari ketiga-tiga pendapat ini boleh jadi benar atau barangkali mereka menyangka bahwa penciptaan manusia itu akan menyingkirkan dan menjauhkan mereka dari Allah, kerana itu mereka berkata :

“Padahal kami sentiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?”

Maka Allah swt Yang Maha Mencipta berfirman kepada mereka :

“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah : 30)

Bukti pertama mengenai perkara ini adalah bahwa Adam mempelajari nama-nama segala sesuatu kemudian memberitahukannya kepada para malaikat, sedangkan sebelum itu para malaikat tidak mengetahuinya.

Kerana itu mereka berkata :

“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Allah telah meletakkan manusia pada kedudukan yang tinggi di antara makhluk-makhluk, maka hendaklah ia menyesuaikan diri dengan nikmat ini sehingga layak menerimanya.

Jika ia bersyukur, menggunakan kelebihan-kelebihannya dan mengendalikan keinginan-keinginannya kepada kebaikan, maka ia memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada para malaikat, kerana ia mempunyai keinginan yang dikendalikan kepada hal-hal yang diridhai oleh Tuhannya.

Berbeza halnya dengan para malaikat yang memang diciptakan untuk menjadi makhluk yang taat dan tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan perbuatan selain yang diperintahkan.

“Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim : 6)

Adapun orang yang mengkufuri nikmat Allah, yang mengarahkan nafsu dan keinginannya kepada kejahatan, layak mendapatkan kedudukan yang lebih rendah daripada binatang ternak, kerana ia diberi kemampuan memilih, tetapi justeru memilih jalan nafsu, jalan dosa dan jalan kebinatangan.

“Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya.” (QS Al-Furqan : 44)

“Sesungguhnya seburuk-buruk makhluk di sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa pun.” (QS Al-Anfal : 22)

Maka, hendaklah kita kaum muslimin menjadi manusia yang paling baik dalam ma’rifat kepada Allah, ilmu pengetahuan, agama dan akhlak serta menjadi peribadi teladan bagi orang-orang yang akan berbicara dan mensyukuri nikmat-nikmat Allah dengan cara melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-laranganNya, sehingga berkat mereka umat manusia menjadi bahagia dan berjalan menuju kesempurnaan.

Agar dakwah ini berhasil maka seorang pendakwah perlulah memiliki dua sifat ini :

a.      Bijaksana.

b.     Bersih.

Yang dimaksudkan dengan dua sifat di atas adalah :

1.     Bijak akalnya.

2.     Bersih hatinya.

Kita tidak mensyaratkan kebijaksanaan yang benar-benar hebat. Cukuplah apabila kita dapat memandang segala sesuatu secara seimbang, tidak ditambah atau dikurangi kerana kita menyaksikan sebahagian orang memiliki pola berfikir yang kacau seperti tidak tepat ketika membaca realiti sehingga menganggap :

a.      Adat sebagai ibadah.

b.     Sunnah sebagai perkara wajib.

c.      Penampilan fizikal sebagai perkara yang utama.

Hal inilah yang dapat merosakkan terapi penyelesaian terhadap peristiwa-peristiwa yang timbul dan menyebabkan dakwah mengalami kegagalan yang serius.

Sifat “bersih” menyangkut keadaan hati yang dikehendaki bukanlah seperti “bersihnya malaikat” tetapi hati yang :

1.     Dapat mencintai dan menyayangi orang lain.

2.     Tidak bersuka ria di atas kesalahan dan penderitaan orang lain.

3.     Merasa sedih di atas kesalahan mereka dan berharap agar mereka mendapat jalan kebenaran.

Para pendakwah juga disaran  untuk sentiasa bersikap bijaksana dalam dakwah di mana apa yang perlu ditekankan ialah agar kita tidak memberi peluang kepada musuh-musuh Islam untuk menyerang dan menginjak-injakkan Islam mahupun para pendakwah hanya gara-gara semangat yang diiringi dengan sikap terburu-buru.

Hendaklah tujuan utamanya adalah pembinaan aqidah, akhlak dan ibadah. Adapun masalah-masalah khilafiyah sebenarnya tidak ada hubungannya dengan dakwah dan prinsip ‘amar ma’ruf nahi munkar’. Nabi Daud ‘Alaihis Salam dan Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam pun  berselisih dalam masalah tanaman yang dirosakkan dan dimakan oleh kambing.

Sebagian ulama’, ada yang berpendapat bahwa menyusu sewaktu besar sama hukumnya dengan ketika masih kecil. Apabila timbul khilaf, hendaklah dibahas pada bidangnya (pada masalah fiqhnya sahaja). Adapun mengalihkannya ke bidang dakwah merupakan kesalahan besar.

Seorang pendakwah yang tidak memiliki kebijaksanaan akal dan kebersihan hati akan menimbulkan masalah yang rumit di tengah-tengah perkembangan Islam.

Kadang-kadang kita menemui ramai pendakwah yang meletakkan “batu” di tengah-tengah jalan Islam, yang mereka ambil dari lingkungan hidup zaman dahulu agar kelajuan perkembangan dakwah berhenti di tengah-tengah dunia baru.

Mereka marah kerana membela mazhab dan kepentingannya dengan mengatasnamakan Islam. Namun, Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka memerlukan orang yang dapat menyinari akal fikiran mereka dan membersihkan hati mereka.

Ketidaktahuan segolongan manusia terhadap dakwah bukan bererti Islam tidak ada di tengah-tengah umat manusia tersebut.

Oleh kerana itu, para pendakwah perlu memahami masalah ketidaktahuan segolongan manusia terhadap dakwah dan dalam hal ini, Rasulullah saw pernah berdoa :

“Ya Allah, tunjukilah kaumku! Sesungguhnya mereka itu tidak mengetahui!”

Apabila seorang pendakwah memahami perkara ini, ia akan bersikap lembut, sentiasa berwasiat tentang kebenaran dan kesabaran serta memiliki “nafas panjang”. Seorang pendakwah perlu memahami situasi dan keadaan seseorang sebelum ia mendapat taufiq dan hidayah Allah menuju keimanan.

“Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmatNya atas kamu, maka telitilah.” (QS An-Nisa’ : 94)

Hidayah dan taufiq itu merupakan anugerah Allah swt.

Allah swt berfirman :

“Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, ‘Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislaman kamu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepada kamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan, jika kamu adalah orang-orang yang benar.’” (QS Al Hujurat : 17)

Ketika kita berusaha mengubah seseorang dan pemikiran lama menuju pemikiran baru, kita perlu menyedari bahwa pemikiran itu benar-benar baru baginya. Ertinya, ia belum mengenalnya. Seseorang yang belum mengenal sesuatu kebiasaannya akan menolaknya.

Betapa ramai di kalangan sahabat, (ketika mereka belum masuk Islam) memusuhi Rasulullah saw tetapi ketika mereka mendapat hidayah Allah, mereka menjadi pendukungnya, bahkan berjuang dan berperang bersama baginda.

Oleh sebab itu, apabila seorang pendakwah memahami bahwa sesungguhnya dirinya adalah pelaku ‘ishlah’ (perbaikan), maka pastilah ia akan mengubah cara dakwah terhadap orang-orang awam.

Dengannya, dakwah akan masuk ke dalam relung hati dan akal yang paling dalam sehingga mampu mengubah hati (perasaan) dan fikiran itu secara total.

Imam Hasan Al Banna pernah menyatakan :

“Jika di hadapanmu ada sejemput gula pasir dan sejemput garam, bagaimana kita dapat membezakannya? Niscaya kita akan mengatakan, ‘Kita mesti merasakan kedua-duanya kerana dengan merasakannya kita dapat membezakannya.’”

Agar manusia mengetahui dakwah, mereka perlu merasakan pahit-manisnya dan daya tariknya. Tanpa merasakan itu terlebih dahulu, mereka patut dimaklumi atau dimaafkan, sehingga kita telah mendatangi dan menawarkannya kepada mereka sebagaimana ungkapan syair berikut :

“Barangsiapa merasai kenikmatan ishlah, ia pasti mengetahuinya,

Barangsiapa mengetahuinya, ia akan bangkit menyerahkan nyawa sebagai tebusan.”

Benarlah kata-kata Imam Hasan Al-Banna di dalam ‘Majmu’ah Rasail’nya :

“Berapa ramai kaum Muslimin yang tidak mengenal dakwah, bahkan membenci para pendakwah dan memerangi Islam dengan berbagai macam cara yang tidak pernah terlintas di fikiran syaitan sekalipun.”

Ketika inipun, semua kebohongan dan cerita rekaan itu terjelma dalam berbagai mass media serta menjadi buah pembicaraan para hakim.

Para pendakwah dilarang dan disekat secara undang-undang untuk berbicara di tengah-tengah kemelut yang semakin gawat. Namun walaupun dikepung oleh konspirasi dunia yang zalim untuk menghancurkan Islam dan pemeluknya, Alhamdulillah kita masih memiliki kekuatan iman yang melitupi segala sudut dan tentunya tetap optimis terhadap pertolongan Allah.

“(Iaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, ‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, kerana itu takutlah kepada mereka’. Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, ‘Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.’” (QS Ali-Imran : 173)

Di antara kata-kata Imam Hasan Al Banna :

“Kita akan menang dengan cara yang sangat sederhana. Sekali pun dunia akan menyaksikan apa yang belum disaksikan sebelumnya.”

Kenyataan ini berperanan penting dalam membangkitkan semangat, kekuatan dan kehidupan.

Bukankah ini sebuah realiti yang terang dan jelas.

Kemenangan itu hanya dari Allah, akan diarahkan menurut kehendakNya. Tidak ada urusan bagiNya kecuali bagaikan sekelip mata atau mendekatinya. Apabila Allah mengatakan kepada sesuatu, “Jadilah kamu!” niscaya akan terjadi.

Allah swt berfirman :

“(Al Qur’an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan YangMaha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran!” (QS Ibrahim : 52)

Sesungguhnya, misi seorang pendakwah di tengah-tengah kegelapan adalah :

a.      Menyalakan lilin.

b.     Menuntun si buta.

c.      Memperdengarkan yang tuli.

d.     Memikul beban.

e.      Memberi makan yang lapar.

f.      Tawadhu’.

g.     Kasih sayang kepada sesama Muslim.

Ketika Ikhwan masuk penjara disebabkan oleh tangan-tangan mereka yang zalim, mereka disiksa dengan siksaan yang sangat menghinakan. Kehormatan manusia telah diinjak-injak oleh tindakan yang tidak bermoral yang tidak pernah kita terdengar sebelumnya sehingga hampir-hampir nyawa mereka melayang.

Mereka mampu menahan lapar dan dahaga serta dapat mengetahui nilai makanan dan minuman setelah lama tidak mendapatkannya secara sempurna sehingga, dengan peristiwa itu, baru mereka memahami dengan pemahaman yang benar akan firman Allah swt :

“Kerana kebiasaan orang-orang Quraisy, (iaitu) kebiasaan mereka berpergian pada musim dingin dan musim panas, Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah), Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (QS Quraisy : 1-4)

Mereka berada di tengah-tengah beberapa batalion tentera dengan langkah cepat sementara di sekitar mereka ada anjing-anjing galak dan cemeti, siap merobek-robek tubuh mereka. Pada saat itulah mereka merasa ketakutan dan gementar sehingga di antara mereka ada yang jatuh pingsan.

Ada juga yang jatuh hingga kepala mereka terluka dan dibiarkan tanpa mendapat pengubatan mahupun rawatan. Mereka terus lari berjam-jam tanpa istirehat dan dilarang berteduh di bawah awan mendung yang sedang melewati mereka. Di antara mereka juga ada yang terkencing-kencing, bahkan ada yang lebih dari itu.

Sebelum mereka mengalami tragedi seperti itu, tidak pernah terbayang sama sekali bahwa para pemuda mampu bertahan menghadapi siksaan seperti yang mereka alami tanpa mengalami kelumpuhan atau mengidap bermacam-macam penyakit.

Namun, Subhanallah, mereka telah membuktikan setelah tragedi yang berlangsung bertahun-tahun itu, bahwa manusia memiliki kekuatan yang amat dahsyat hingga mampu bersabar, bertahan dan tetap bermujahadah.

Ia menggambarkan sebuah kekuatan aqidah dan ruhiyah yang belum dibongkar sumbernya, iaitu kekuatan yang nyata berkat kekuasaan Allah, hingga mampu mengalahkan para diktator.

Ramai orang kagum bahkan tidak terfikir terhadap kesabaran, ketabahan dan ketegaran mereka. Mereka bingung di tengah kesesatannya hingga Allah turunkan mukjizat kepada mereka di mana Allah telah mengubah keadaan mereka dari ketakutan menjadi aman sementara para penyiksa mereka merasa takut setelah merasa aman.

Pelajaran (‘Ibrah) dari tragedi ini adalah bahwa dalam diri para pemuda Muslim terdapat kekuatan yang luar biasa di mana apabila mereka diberi kesempatan untuk menyerlahkan kreativiti mereka, niscaya akan mampu mengubah keadaan umat menjadi bebas, adil dan berwibawa. Bagi mereka yang menghayati peristiwa ini akan mampu memahami pelajaran-pelajaran ini dengan nyata.

Kita akan dapat menjumpai dan menemui potensi manusia Muslim dalam menyerlahkan kreativiti apabila diberi kebebasan di mana masih banyak potensi yang terpendam dalam diri seseorang yang belum sempat dijelmakan sehingga kita kehilangan nilai potensi ini dalam pembinaan produktiviti dan pembinaan.

Oleh kerana itu, hendaklah setiap pendakwah berusaha sekuat tenaga secara optimum dalam dakwah hingga ia menemui Allah kerana Islam adalah agama dunia dan akhirat.

Ya Allah, lindungilah kami sebagaimana Engkau telah lindungi para pejuang sebelum ini dan jadikanlah jamaah ini jamaah yang Engkau rahmati dan Engkau berkati. Tiada daya dan kekuatan melainkan dariMu dan cukuplah Engkau sebagai tempat kami bertawakkal dan meminta pertolongan dari segala ancaman samada yang nampak atau tersembunyi dan Engkaulah sebaik-baik pemimpin dan penolong dan tempat kami mengadu, ketika tidak tersisa lagi tempat mengadu.

Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
[ Read More ]
Read more...
Friday, 20 September 2013

Berusaha Mencapai Matlamat Dakwah

Ditulis Oleh WAS Pada 03:57 – 0 Komen Anda
 

Sesuatu yang perlu difahami bahwa tanggungjawab terbesar kita adalah :

a.     Melakukan pembaharuan (tajdid).

b.     Membentuk dan merubah generasi (naql).

Pembaharuan yang dimaksudkan adalah pembaharuan dalam teknik perlaksanaan ajaran Islam supaya sesuai dengan keadaan zaman yang melingkunginya.

Dalam masa yang sama, ia juga memerlukan suatu proses perubahan terhadap peribadi muslim dari satu keadaan kepada keadaan yang lain dan perubahan umat Islam dari satu fasa ke fasa yang lain.

Dalam menjelaskan tentang Ikhwanul Muslimin, Imam Hasan Al-Banna melihatnya dari dua sudut :

PERTAMA :

Ikhwan sebagai sebuah jamaah yang memusatkan perhatian pada perkhidmatan umum. Ia ikut bersama-sama dengan semua jamaah Islam yang ada untuk berkhidmat kepada masyarakat umum dengan berbagai wasilah.

KEDUA :

Ikhwan sebagai sebuah gerakan pembaharuan.

Imam Hasan Al-Banna telah memfokuskan perhatiannya pada sudut yang kedua ini kerana aspek inilah yang dianggap terpenting.

Di antara fenomena pembaharuan dalam gerakan ini ialah Ikhwan memahami secara benar  berbagai keperluan amal islami ketika ini yang selama ini diabaikan oleh umat Islam sendiri.

Islam memerlukan sebuah gerakan yang :

1.     Menyeluruh.

2.     Menjadikan seorang muslim dapat merasakan bahwa dirinya muslim.

3.     Merasakan bahwa kita hidup secara bersama-sama.

4.     Merasakan keterikatan secara umum dengan Islam dan kaum muslimin.

5.     Merasakan pula ikatan khusus dengannya.

Di samping itu, kita memerlukan gerakan secara menyeluruh yang dimulai dengan pengenalan terhadap Islam dan diteruskan dengan proses ‘takwin’ (pembinaan) secara terperinci serta berakhir dengan perlaksanaan secara menyeluruh untuk mewujudkan tujuan besar yang telah Allah swt tugaskan kepada setiap muslim untuk mewujudkannya samada di peringkat serantau, nasional mahupun antarabangsa.

Untuk mewujudkan semua ini, Islam memerlukan sebuah jamaah yang mampu menggerakkannya manakala untuk dapat tegak berdiri, jamaah itu sendiri memerlukan konsep dan tata nilai yang komprehensif.

Tentang dakwah yang diserukan ini, Imam Hasan Al-Banna berkata :

“Bersama kita, ia akan tegak sebagai salah satu dari berbagai dakwah pembaharuan bagi kehidupan umat dan bangsa-bangsa yang telah menggariskan sebuah manhaj baru yang diyakini dan dijadikan sebagai panduan.”

Berkaitan dengan aspek terakhir ini beliau berkata :

“Akan tetapi, intipati dakwah mereka (Ikhwan) adalah ‘fikrah’ (pemikiran) dan ‘aqidah’. Mereka pasakkan keduanya dalam jiwa semua orang, mereka bangunkan pandangan umum dengannya dan mereka yakinkan semua hati kepadanya sehingga berhimpunlah semua ruh di sekelilingnya. Itulah prinsip-prinsip amal untuk dan bersama Islam di berbagai sektor kehidupan.”

Pada bahagian yang lain beliau berkata :

“Wasilah-wasilah umum dakwah ini tidak berubah, tidak diganti dan tidak akan melampaui tiga perkara berikut :

a.     Iman yang mendalam.

b.     Pembinaan yang cermat.

c.      Amal dan aktiviti yang tiada putus-putusnya.”

Di tempat yang lain beliau berbicara tentang unsur yang perlu ada dalam gerakan ini, iaitu :

1.     Manhaj yang sahih.

2.     Mukmin yang aktif.

3.     Pemimpin yang tegas serta dapat dipercayai.

Dari pemaparan secara sepintas lalu tentang poin-poin ini, kita dapat mengetahui bahwa tanggungjawab besar yang pertama bagi kita ialah proses pembaharuan di tengah-tengah umat Islam.

Selain itu kita juga mengetahui bahwa salah satu unsur penting yang diperlukan oleh proses tersebut, yang menurut istilah Imam Hasan Al Banna adalah pemimpin yang tegas dan boleh dipercayai.

Setiap langkah yang tidak bertolak dari permulaan ini adalah langkah yang rapuh dan tidak akan dapat bertahan lama. Selain itu ia juga tidak dapat memainkan peranan pentingnya.

Oleh itu, maka titik permulaan adalah sebuah kepemimpinan yang mampu :

a.      Melakukan pembaharuan.

b.     Mewujudkan cita-cita.

c.      Memutuskan segala permasaalahan dengan tepat.

d.     Menunaikan semua kewajiban.

Untuk memenuhi hajat Jamaah dan umat ini sekaligus, maka pencarian unsur-unsur kepemimpinan Islam, lalu melatih dan memberinya peranan yang tepat merupakan perkara penting dan pokok di medan amal Islami dan jalan menuju ke sana perlulah ditempuhi dengan kecermatan yang total.

Kepemimpinan yang kita idam-idamkan ini hendaklah mampu :

1.     Mewujudkan iman yang mendalam.

2.     Mengarahkan kepada proses pembinaan yang cermat.

3.     Membiasakan amal yang berterusan, seiring dengan manhaj yang sahih.

4.     Bekerjasama dengan para aktivis muslim lainnya.

Apakah syarat-syarat kepemimpinan ini?

Apakah sifat-sifatnya?

Bagaimanakah ia bekerja?

Bagaimanakah ia bertindak?

Bagaimanakah karakter, kecekapan, perancangan dan kapasitinya?

Bagaimana pula pola gerakannya, wasilahnya dan lain-lainnya?

Semua ini perlu jelas semenjak dari awalnya lagi.

MERUBAH UMAT SEBAGAI KUNCI MENGUBAH DUNIA

Tanggungjawab pertama Jamaah atau pimpinannya adalah merubah keadaan peribadi muslim dan seterusnya kaum muslimin.

Kita dapati dewasa ini bahwa orang muslim kini lemah rasa keislamannya dan lemah pula penisbatan dirinya kepada Islam, selain juga lemah perasaannya bahwa dia adalah sebahagian dari umat Islam.

Oleh yang demikian, tugas pertama kita adalah membangkitkan perasaan muslim tentang kewujudan keislamannya dan kewujudan kejamaahannya.

Dengan kata lain, banyak kaum muslimin merasakan ikatan umumnya (sampai batas tertentu) dengan Islam dan institusi-institusi umum, tetapi ikatan khususnya dengan Islam serta ikatan emosinya dengan kaum muslimin (yang nampak dalam ikatan gerakan dan keyakinannya kepada jamaatul muslimin) hampir-hampir hilang.

Oleh itu, tanggungjawab pertama Jamaah Ikhwan adalah menumbuhkan perasaan seorang muslim terhadap kewujudan dirinya sebagai muslim dan ikatannya kepada kaum muslimin secara umum.

Setelah itu, ia akan menghantarkannya ke satu tingkatan yang lebih tinggi dalam Islam dan menggabungkannya ke dalam saf, agar proses perubahan umat Islam dari satu fasa ke fasa berikutnya dapat berjalan dengan sempurna sehingga pada akhirnya terwujudlah impian-impian Islam, samada di peringkat serantau mahupun antarabangsa di muka bumi ini.

Dua tanggungjawab besar ini tidak kita ketahui bagaimana cara menunaikannya dengan benar kecuali setelah kita memahami ‘Risalah Ta’alim’.

Ikhwanul Muslimin tidak memiliki tujuan yang direka-reka bahkan Islam memang mengharuskan kaum muslimin mewujudkan tujuan-tujuannya dengan berjuang dan berkorban dengan harta dan jiwa.

Di antara tujuan-tujuan ini, ada yang berkaitan dengan :

a.      Individu, samada laki-laki ataupun perempuan.

b.     Keluarga.

c.      Pekerjaan.

d.     Masyarakat.

e.      Pemerintahan.

f.      Politik.

g.     Ekonomi.

h.     Pendidikan.

i.       Media massa.

Ada di antaranya merupakan tujuan jangka pendek dan jangka panjang serta ada yang merupakan tujuan keduniaan dan ada pula yang merupakan tujuan non material.

Semua tujuan itu saling berkait antara satu sama lain.

Persoalannya memang kompleks dan tidak dapat difahami kecuali oleh mereka yang memahami :

1.     Mana yang pokok dan mana yang cabang.

2.     Secara baik teks Al-Qur’an dan As Sunnah.

3.     Ilmu ushul fiqh dan fiqhnya sekaligus dalam perspektif Islam yang total.

Persoalan ini sememangnya amat luas cakupannya sehingga Ikhwanul Muslimin tidak mencurahkan potensinya secara khusus untuk menghurai semua tujuan tersebut dan untuk mengkaji semua persoalan secara terperinci.

Oleh kerana itulah pada umumnya setiap anggota Ikhwan berjalan mengikuti manhaj pokoknya dan apabila semakin bertambah frekuensi pembelajarannya, maka semakin bertambah pula pengetahuannya tentang tujuan.

Oleh yang demikian, pemimpin tertinggi pasti tidak luput pengetahuan mereka tentang tujuan-tujuan ini dan bagaimana bagi mencapainya.

Imam Hasan Al-Banna sering menyimpulkan tujuan-tujuan pokok Jamaah di berbagai kesempatan dalam risalah-risalahnya.

Semua yang disebut oleh Imam Hasan Al-Banna itu merupakan tujuan yang wajib bagi setiap muslim untuk memperjuangkannya sekuat tenaga.

Untuk itu, dalam ‘Risalah Ta’alim’, beliau menjadikan amal sebagai salah satu rukun bai’ah dalam dakwah Ikhwan.

Oleh kerana itu, persoalan ini memerlukan perbahasan secara terperinci dalam membincangkan berbagai perkara yang disebut oleh Imam Hasan Al-Banna tentang tema tujuan, kemudian baru membahaskan apa yang dikatakan dalam ‘Risalah Ta’alim’ dan seterusnya menyebut berbagai masalah yang termasuk dalam tujuan dan setelah itu ada fasal tambahan untuk menjelaskan tema tujuan ini.

Imam Hasan Al-Banna mengatakan :

“Ringkasnya, kita menginginkan peribadi muslim, rumahtangga muslim, masyarakat muslim, pemerintahan muslim dan negara yang memandu negara-negara Islam, yang menyatukan ragam kaum muslimin, mengembalikan kejayaannya, merebut kembali tanah airnya yang hilang, yang dirampas dan negeri yang pernah dirompak. Seterusnya, negara itu akan mengibarkan panji jihad dan dakwah Islam, sehingga dunia ini akan damai di bawah ajaran Islam.”

Seterusnya ia mengatakan :

“Ingatlah selalu bahwa kamu memiliki dua tujuan pokok:

  1. Membebaskan negeri Islam dari semua kekuatan asing. Ini merupakan hak asasi bagi setiap manusia yang tidak diingkari kecuali oleh mereka yang zalim, kejam dan melampaui batas.
  2. Menegakkan di tanah air ini negara Islam yang merdeka, yang menegakkan hukum-hukum Islam, menerapkan undang-undang sosialnya, memproklamasikan prinsip-prinsip dan nilai-nilainya, yang menyampaikan dakwah Islam dengan bijaksana kepada seluruh umat manusia. Selama negara ini belum tegak, seluruh umat Islam berdosa dan bertanggungjawab di hadapan Allah di atas kealpaan mereka untuk itu.”

Itulah kesimpulan dari apa yang dikatakan oleh Imam Hasan Al Banna dalam tulisannya sedangkan dalam ‘Risalah Ta’alim’ beliau menyatakan :

“Adapun tingkatan amal yang dituntut dari seorang akh yang tulus adalah :

1.     Perbaikan diri sendiri sehingga ia menjadi orang yang; kuat fizikalnya, kukuh akhlaknya, luas wawasannya, mampu mencari penghidupan, selamat aqidahnya, benar ibadahnya, pejuang bagi dirinya sendiri, penuh perhatian akan waktunya, rapi urusannya dan bermanfaat bagi orang lain. Itu semua perlu dimiliki oleh tiap-tiap akh.

  1. Pembentukan keluarga muslim, iaitu dengan membangunkan keluarga agar menghargai fikrahnya; menjaga etika Islam dalam setiap aktiviti kehidupan rumahtangganya; memilih isteri yang baik dan menjelaskan kepadanya hak dan kewajibannya; mendidik anak-anak dan pembantunya dengan didikan yang baik, serta membimbing mereka dengan prinsip-prinsip Islam.
  2. Bimbingan masyarakat; yakni dengan menyebarkan dakwah, memerangi perilaku yang kotor dan munkar, mendukung perilaku utama, amar ma’ruf, bersegera mengerjakan kebaikan, memandu pandangan umum untuk memahami fikrah Islamiyah dan mencelup praktik kehidupan dengannya secara terus-menerus. Itu semua adalah kewajiban yang perlu ditunaikan oleh setiap akh sebagai peribadi, juga kewajiban bagi Jamaah sebagai institusi yang dinamik.
  3. Pembebasan tanah air dari setiap penguasa asing (bukan Islam) baik secara politik, ekonomi mahupun akhlak.
  4. Memperbaiki keadaan pemerintah sehingga menjadi pemerintah Islam yang baik. Dengan berbuat begitu, ia dapat memainkan peranannya sebagai pelayan umat dan pekerja yang bekerja demi kemaslahatan mereka. Pemerintah Islam adalah pemerintah yang anggotanya terdiri dari kaum muslimin yang menunaikan kewajiban-kewajiban Islam, tidak berterang-terangan dalam kemaksiatan dan konsisten menerapkan hukum-hukum serta ajaran Islam.”

MEMBANGUN MASYARAKAT ISLAM

Masyarakat Muslim yang kita kehendaki adalah masyarakat yang :

1.     Menyerahkan dirinya kepada Allah.

2.     Menyahut seruan kebaikan.

3.     Memerangi kemungkaran.

4.     Tersemat padanya sifat-sifat utama, karakteristik Islam dan akhlak rabbani.

5.     Mewarnai seluruh hidupnya dengan identiti Islam; baik zahir mahupun batin.

6.     Seluruh pemikiran, konsep dan sikapnya bersifat Islamik.

7.     Bebas dari segala perkara yang bertentangan dengan Islam.

8.     Melakukan hubungan dengan orang lain atas dasar Islam sehingga seluruh hubungan kemanusiaannya, baik sesama Muslim mahupun dengan orang yang bukan Islam, atau hubungannya dengan dunia Islam dan dunia lainnya berdasarkan komitmen penuh kepada Islam.

9.     Tidak ada tingkah lakunya yang keluar dari kaidah-kaidah keadilan, rahmat, prinsip-prinsip kebenaran dan ihsan.

Kefahaman sejati terhadap semua perkara yang baru sahaja disebutkan itu tidak akan didapati pada ajaran selain Islam.

Masyarakat Islam yang ideal ialah masyarakat yang :

a.      Beriman dan beramal soleh.

b.     Wasiat-mewasiati dalam kebenaran dan kesabaran.

c.      Nasihat-menasihati.

d.     Mengimani konsep syura.

e.      Berorientasikan akhirat.

f.      Tidak memberi kedudukannya kepada dunia kecuali sesuai dengan kadarnya.

g.     Membenci segala jenis bentuk kejahatan.

h.     Menjauhi segala jenis dosa.

i.       Hidupnya penuh kasih sayang antara satu dengan yang lainnya.

j.       Suka memberi maaf kepada yang berbuat jahat kepadanya.

k.     Sentiasa mematuhi perintah Allah.

l.       Menolak sama sekali kezaliman.

Allah swt berfirman :

“Dan orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim, mereka membela diri.” (QS Asy Syura : 39)

MENEGAKKAN PEMERINTAHAN ISLAM

Kita menghendaki tertegaknya pemerintahan Islam di semua kawasan Islam. Inilah salah satu tujuan kita. Tujuan ini mestilah ditegakkan oleh setiap Muslim di seluruh dunia.

Keterlibatan negara lain sesungguhnya tidak dapat diterima untuk menegakkan tujuan ini kerana boleh jadi akan melahirkan persoalan yang lebih rumit yang bersifat negatif di kemudian hari.

Oleh kerana itulah maka jihad bagi setiap kawasan Islam untuk menegakkan pemerintah Islam merupakan satu-satunya jalan yang dapat menghantarkan bagi tercapainya tujuan menegakkan kewibawaan umat Islam sedunia.

Menegakkan pemerintahan Islam adalah kewajiban yang telah dibebankan oleh Allah swt sedangkan bekerja ke arah kewujudan tersebut adalah kewajiban syariat yang dibebankan ke atas setiap individu Muslim. Allah mewajibkan kepada setiap Muslim untuk menegakkan syariat Allah.

Allah swt berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash.” (QS Al Baqarah : 178)

“(Ini adalah) satu surah yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankannya).” (QS An Nur : 1)

“Maka tidak berdosa bagimu (para wali ) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka apa yang patut.” (QS Al Baqarah : 234)

Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa setiap Muslim bertanggungjawab menegakkan syariat Allah.

Ini tidak mungkin terlaksana kecuali dengan tegaknya pemerintahan Islam di setiap negara yang dihuni oleh orang-orang Islam. Oleh kerana tujuan ini belum terlaksana, maka setiap Muslim berkewajiban untuk bekerja keras dan berusaha menegakkannya dan semua yang termasuk dalam usaha menegakkan pemerintahan Islam ini termasuk juga perkara-perkara yang diwajibkan.

Imam Hasan Al Banna menjelaskan karakteristik pemerintahan Islam sebagai berikut :

“Pemerintahan Islam adalah pemerintahan yang para anggotanya orang-orang Muslim, melaksanakan kewajiban. Tidak bermaksiat secara terang-terangan, dan melaksanakan hukum-hukum Islam. Tidak mengapa menggunakan orang-orang bukan Muslim sepanjang hanya menduduki jawatan umum. Bentuk dan jenis pemerintahannya tidak menjadi persoalan selama mana sesuai dengan kaidah-kaidah umum dalam pemerintahan Islam. Di antara sifat-sifatnya adalah rasa tanggungjawab, kasih sayang kepada rakyat, bersikap adil sesama manusia, menahan diri dari harta rakyat dan berhemah dalam penggunaannya. Sedangkan kewajiban-kewajibannya antara lain memelihara keamanan, melaksanakan undang-undang, menyebarkan pengajaran, mempersiapkan kekuatan, menjaga kesihatan masyarakat, memelihara kepentingan umum, mengembangkan kekayaan negara, menjaga keselamatan harta benda, meninggalkan akhlak buruk dan menyampaikan dakwah.

Adapun hak-haknya (setelah menjalankan semua kewajiban) antara lain kesetiaan, ketaatan, dan dukungan jiwa raga yang diberikan oleh rakyat. Apabila pemerintah lalai melaksanakan kewajibannya, maka berilah nasihat dan bimbingan. Jika itupun tidak bererti, maka dicabutlah ketaatan dan kesetiaan kita lalu disingkirkan, kerana tiada kewajiban untuk taat kepada makhuk dalam bermaksiat kepada Allah.”

Dari sini kita dapat lihat ada beberapa sifat yang diperlukan dalam pemerintahan Islam antara lain adalah :

1.     Rasa tanggungjawab.

2.     Kasih sayang kepada rakyat.

3.     Adil terhadap semua orang.

4.     Tidak tamak terhadap kekayaan negara.

5.     Berhemah dalam penggunaan kekayaan negara.

Beberapa kewajiban yang perlu ditunaikan oleh pemerintah Islam antara lain :

a.      Menjaga keamanan.

b.     Menerapkan undang-undang.

c.      Menyebarkan nilai-nilai ajaran Islam.

d.     Mempersiapkan kekuatan.

e.      Menjaga kesihatan.

f.      Melindungi kepentingan umum.

g.     Mengembangkan pelaburan kekayaan.

h.     Menjaga keselamatan harta benda.

i.       Mengukuhkan mentaliti masyarakat.

j.       Menyebarkan dakwah.

Beberapa hak milik pemerintahan Islam (sudah tentu jika telah ditunaikan kewajibannya) antara lain :

1.     Kesetiaan.

2.     Ketaatan.

3.     Perlindungan terhadap jiwa dan hartanya.

Apabila ia mengabaikan kewajibannya maka berhak atasnya nasihat dan bimbingan, lalu (jika tidak ada perubahan) boleh dilakukan pemecatan dan pengusiran kerana tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Penciptanya.

Seterusnya Imam Hasan Al Banna mengatakan :

“Memperbaiki pemerintahan sampai menjadi pemerintahan Islam yang sebenarnya, sehingga dapat memainkan peranannya sebagai pelayan dan pekerja umat demi kemaslahatannya.”

Tujuan ini, yang merupakan salah satu dari beberapa tujuan kita, (yakni menegakkan pemerintahan Islam di setiap negara yang dihuni oleh kaum Muslimin) telah banyak disalahertikan. Tentu sahaja perkara ini memerlukan penjelasan yang terperinci agar tidak berlaku lagi kekeliruan, salah faham dan kekaburan.

PERTAMA :

Imam Hasan Al Banna mengatakan :

“Pemerintahan Islam adalah pemerintahan yang para anggotanya orang-orang Muslim, melaksanakan kewajiban, tidak bermaksiat secara terang-terangan, dan melaksanakan hukum-hukum Islam.”

Melalui frasa ini, Imam Hasan Al Banna menjelaskan suatu neraca yang dengannya suatu pemerintahan ditimbang.

Suatu pemerintahan tidak boleh dianggap sebagai pemerintahan Islam, kecuali apabila tokohnya terdiri dari orang-orang mukmin yang berpegang teguh kepada ajaran Islam, sistemnya, undang-undangnya dan segala aktivitinya mesti bersifat Islamik secara bersepadu sehingga Rasulullah saw membolehkan kita memerangi suatu pemerintahan jika para tokohnya meninggalkan solat atau memperlihatkan kekufuran yang nyata.

Para ahli fiqh dari mazhab Hanafi dan yang lain telah memfatwakan bahwa seorang imam yang berlaku fasiq boleh dipecat sementara dalam realiti yang kita hadapi kejadiannya bahkan lebih berat daripada itu di mana mereka tidak berpegang teguh pada Islam, baik dalam etika hukum mahupun perlaksanaannya.

KEDUA :

Imam Hasan Al Banna mengatakan :

“Tidak mengapa menggunakan orang-orang bukan Muslim jika dalam keadaan terpaksa, yang penting mereka tidak diletakkan dalam posisi pemimpin.”

Persoalan ini merupakan salah satu persoalan paling penting yang dihadapi oleh gerakan Islam kerana di setiap negara pasti terdapat orang-orang bukan Muslim, samada mereka minoriti ataupun majoriti.

Dengan dalih adanya minoriti bukan Muslim ini, sebahagian orang berpendapat bahwa penerapan syariat Islam tidak dapat dilaksanakan samada di peringkat negara mahupun dunia.

Kita katakan bahwa sesungguhnya para ahli fiqh sendiri berada di antara dua golongan iaitu :

a.      Yang sangat keras pegangannya.

b.     Yang cenderung untuk mempermudahkan.

Sebahagian mereka yang berpandangan agak keras sehingga tidak memberi jawatan kepada orang bukan Muslim meskipun hanya sekadar sebagai penulis.

Sedangkan sebahagian yang lain berpandangan sangat lunak sehingga ia boleh menjawat jawatan hingga ke posisi yang paling strategik sekalipun.

Menurut pendapat yang lebih tepat, masalah ini terikat oleh perjanjian dan kesepakatan yang dibuat. Umat Islam dapat membuat perjanjian dalam berinteraksi dengan bukan Muslim di mana sahaja setelah mereka berkuasa.

Selepas itu, kita berkomitmen dengannya sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw pada semua perjanjiannya dengan orang-orang Yahudi di Madinah.

Dengan demikian, jelaslah bahwa kita boleh berkompromi dengan mereka iaitu kita boleh memberikan sesuatu yang banyak kepada mereka dengan catatan mereka pun memberikan sesuatu yang sama sebagai bentuk kompensasi kepada kita.

Kaidah umum ada menyatakan  bahwa :

“Hak mereka adalah hak kita, kewajiban mereka juga kewajiban kita.”

Bahkan beberapa ulama’ fiqh menyebutkan, seandainya seorang Muslim membunuh babi seorang kafir Zimmi, maka ia juga perlu menggantinya.

KETIGA :

Imam Hasan Al Banna mengatakan :

“Bentuk dan jenis pemerintahannya tidak menjadi soal selama mana sesuai dengan kaidah-kaidah umum dalam pemerintahan Islam.”

Persoalan yang dikemukakan ini amat penting kerana realitinya ada beberapa negara yang menerapkan sistem kerajaan dan ada pula yang menerapkan sistem republik sementara yang lain menerapkan sistem lain pula.

Dalam perjalanan untuk menegakkan negara Islam yang tunggal (di samping menegakkan pemerintahan Islam di setiap negara sebagaimana konsep yang dikemukakan oleh Imam Hasan Al-Banna di atas), kita perlu membeza-bezakan antara kepemimpinan tertinggi negara Islam yang satu di satu sudut, dan kepemimpinan lainnya di sudut yang lain.

Dalam kepemimpinan tertinggi di negara Islam yang satu, kita terikat oleh teks-teks hukum yang terbatas dalam perjalanan hidup para ‘khulafaur rasyidin’.

Oleh kerana itu, kita memiliki satu pola yakni pola ‘khilafah’ atau ‘imamah’. Sejarah menceritakan bahwa kekhalifahan pernah tegak dengan penguasa seorang sultan atau amir.

Semua pemerintah Islam itu mengakui kesultanan dan kedaulatan khalifah ke atasnya, walaupun sekadar formaliti sahaja. Telah menjadi tradisi yang berlaku di zaman Rasulullah saw bahwa apabila seseorang masuk Islam, maka kewujudannya menjadi bertambah, bukan berkurang. Jika ia memeluk Islam dalam kepasitinya sebagai penguasa, maka Islam akan mempertahankan kedudukannya itu.

Jika kita berpegang pada prinsip-prinsip ini dengan sudut pandang yang luas, maka perjalanan menegakkan negara Islam akan mengambil pola yang secara relatifnya lunak.

Dengan yang demikian, kita dapat menjadikan pihak-pihak yang berpotensi untuk memerangi bertukar menjadi para pendukung.

Coba kita teliti kembali kata-kata Imam Hasan Al Banna berikut :

“Bentuk dan jenis pemerintahannya tidak menjadi persoalan selama mana sesuai dengan kaidah-kaidah umum dalam pemerintahan Islam.”

Kadang-kadang kita menjumpai suatu sistem yang kita tidak perlu bermusuhan dengannya. Untuknya, kita perlu mengembangkan dan menuntunnya menuju Islam secara lebih baik.

Dengan yang demikian, para pendukungnya boleh merasa tenang berhadapan dengan kita, namun dengan syarat sistem itu bersesuaian dengan kaidah umum dalam sistem Islam.

Ada juga sistem pemerintahan yang kita tidak memiliki pilihan sikap kecuali permusuhan dengannya.

Namun di tempat lain ada pula sistem yang mungkin kita dukung asalkan mereka mahu menerima empat perkara :

  1. Dasar negara dan undang-undangnya Islam.
  2. Merealisasi suatu proses penyerahan kepemimpinan negara kepada orang-orang yang berkomitmen kepada Islam.
  3. Politik luar negerinya seiring dengan prinsip-prinsip Islam.
  4. Tidak memerangi usaha untuk menegakkan Islam, baik di peringkat negara mahupun dunia antarabangsa.

Syarat terakhir ini dinyatakan oleh Imam Hasan Al Banna dengan ungkapannya berikut :

“Ikhwanul Muslimin harus mendukung setiap institusi yang diyakininya tidak sekali-kali memusuhi usaha-usaha ke arah pencapaian tujuannya.”

Ramai orang mengatakan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah golongan yang tidak realistik dalam menetapkan tujuan di mana mereka memikul panji daulah Islam namun tidak mengerti hakikatnya; mereka memerangi berbagai keadaan yang juga tidak mengetahui faktor penyebab munculnya keadaan tersebut.

Jawabannya, tentu tidak benar.

Jelas, bahwa Ikhwanul Muslimin menginginkan tertegaknya dasar negara dan undang-undang Islam, meskipun jelas pula bahwa antara keinginan dan realiti masih ada jarak dan jurang yang luas.

Jelas juga bahwa mereka menginginkan tertegaknya komitmen kepada Islam; dari solat hingga penegakan hukum Islam, meskipun jelas pula bahwa ini belum benar-benar dapat diwujudkan.

Jelas juga bahwa mereka menginginkan wujudnya negara yang di sana ditegakkan solat, ditunaikan zakat, ditegakkan amar ma’ruf nahi munkar dengan bebas, meskipun jelas pula bahwa perkara belum benar-benar terlaksana.

Jelas bahwa mereka menginginkan sistem politik, ekonomi, ketenteraan, perdamaian, perkumpuan-perkumpulan, pendidikan dan pengajaran serta komunikasi massa yang ditegakkan dengan nilai-nilai Islam, meskipun jelas pula bahwa itu belum benar-benar wujud.

Jelas bahwa mereka menginginkan politik dalam dan luar negeri yang bersifat Islamik, meskipun jelas pula bahwa ini semua belum mampu diwujudkan.

Memang, seelok-eloknya kita menjelaskan kepada orang ramai tentang apa yang kita inginkan dengan penjelasan yang sejelas-jelasnya.

Ramai dari kalangan pendokong Islam terpengaruh oleh slogan-slogan yang digembar-gemborkan oleh orang lain. Slogan-slogan ini membentuk sikap tertentu kepada mereka.

Kita dapati sebahagian dari mereka menolak idea pembaharuan dan sebaliknya mendukung idea revolusi yang dibangunkan oleh slogan-slogan yang tidak ada hubungannya dengan Islam.

Sesungguhnya tujuan-tujuan dan wasilah-wasilah kita bersifat Islamiyah. Kita tidak mengikat diri kita dengan yang selainnya.

Ingatlah bahwa frasa yang digunakan oleh Imam Hasan Al Banna dalam mengungkapkan hakikat ini adalah :

“Memperbaiki pemerintahan sehingga menjadi sebuah pemerintahan Islam yang sebenar-benarnya.”

Dalam hubungan ini Allah swt berfirman :

“Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al Kitab (Taurat) serta menegakkan solat (akan diberi pahala) kerana sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang yang melakukan perbaikan.” (QS Al A’raf : 170)

MEMBENTUK DAULAH ISLAMIYAH

Daulah Islamiyah yang kita kehendaki adalah daulah teras.

Ini sebagaimana yang disebut oleh Imam Hasan Al Banna :

“Adalah daulah yang memimpin negara-negara Islam dan menghimpun berbagai kaum Muslimin, mengembalikan keagungannya, serta mengembalikan wilayah yang telah hilang dan tanah air yang telah dirampas”.

Ini merupakan tujuan terbesar di antara tujuan-tujuan Ikhwanul Muslimin.

Mungkin sahaja kita dapat menegakkan Islam di suatu wilayah. Namun boleh jadi negeri ini tidak memenuhi syarat untuk menjadi pemerintahan yang dapat memimpin dalam beramal secara Islam di pentas dunia antarabangsa sebagaimana ia tidak diharapkan untuk memimpin negara-negara Islam di seantero dunia.

Hal ini berlaku boleh jadi kerana tahap kualifikasinya yang rendah, kedudukan wilayahnya yang terpencil, juga mungkin kerana lemahya kedudukan geografi, politik dan ekonominya, atau kerana faktor lain.

Dari sini jelaslah bahwa kita memerlukan sebuah daulah teras, sebagaimana yang digambarkan oleh Imam Hasan Al Banna dengan kata-kata di atas.

Berikut adalah beberapa kewajiban yang akan dipikul oleh daulah yang dimaksudkan, iaitu :

PERTAMA : Memimpin negara-negara Islam.

Oleh kerana itu, kedudukannya perlulah berada di dunia Islam sebagai pusat kepemimpinannya.

Kepemimpinan ini tidak bersifat tuntutan dan bukan pula permintaan, namun ia merupakan aktiviti yang diterima oleh negara-negara Islam kepada suatu negara dengan cara yang benar.

Mungkin di antara banyak bangsa, bangsa Arablah yang patut diharapkan untuk memainkan peranan ini.

Jika kesatuan telah lahir di wilayah Arab seluruhnya dengan bentuk apapun yang menjamin tertegaknya Islam, maka dunia Islam akan menyerahkan segala urusannya kepada negeri ini.

Mereka mengambil hak dan memberikan kewajibannya. Dengan itulah kesatuan dunia Islam atau yang sejenis dengannya akan segera muncul dalam waktu terdekat kerana sejumlah manfaat dalam aspek politik, ekonomi dan ketenteraan yang menjamin keamanan dan kesejahteraan kaum Muslimin tidak terhitung banyaknya.

Oleh kerana itulah dunia Islam ingin bergabung ke dalam negara ini oleh sebab-sebab berikut:

a.      Ia menghimpun berbagai kaum Muslimin. Kewujudan daulah Islamiyah teras perlu menyentuh setiap Muslim di dunia. Ia memberi, mengambil, meminta dan melindungi kewujudannya.

  1. Mengembalikan keagungan umat Islam dengan mengembalikan kekuasaan politik Islam serta mengembalikan bumi dan tanah air yang telah dirampas oleh penjajah.

Semua itu menjadi tanggungjawab daulah Islamiyah teras. Tanggung jawab ini tidak mungkin dipikul kecuali oleh negara yang mempunyai karakteristik tertentu dalam bidang politik, ekonomi dan ketenteraan.

Hanya daulah yang seperti itulah yang mampu bekerja untuk tujuan-tujuan tersebut. Jika beban yang berat ini dipikul oleh sebuah negara yang tidak memiliki potensi yang spesifik, niscaya ia hanya akan membuahkan produk yang kosong belaka, malah boleh jadi ia menjadi kontra produktif dengan tujuan yang digariskan.

Usaha ini adalah untuk mempersiapkan seluruh aset di dunia ini bagi kemaslahatan Islam dengan cara :

a.      Membebaskan seluruh negeri.

b.     Membangun kejayaannya.

c.      Menegakkan peradabannya.

d.     Menyatukan kata-katanya sehingga dapat mengembalikan kewibawaan khilafah yang telah hilang.

e.      Mewujudkan kesatuan umat yang diimpi-impikan secara bersama.

f.      Penegakan kepemimpinan dunia dengan penyebaran dakwah Islam di seantero dunia.

“Sehingga tidak ada lagi fitnah dan agama seluruhnya milik Allah.” (QS Al Anfal : 39)

“Dan Allah enggan kecuali agar cahayanya menjadi sempurna.” (QS At Taubah : 32)

Semua ini wajib ditegakkan oleh Jamaah dan oleh setiap akh sebagai anggota dalam Jamaah itu. Sungguh, betapa besarnya tanggungjawab ini dan betapa agungnya tujuan tersebut.

Orang melihatnya sebagai khayalan sedangkan muslim melihatnya sebagai kanyataan. Kita tidak pernah putus asa untuk meraihnya dan (bersama Allah) kita memiliki cita-cita luhur.

“Dan Allah menangkan setiap urusannya, akan tetapi kebanyakan orang tidak mengetahuinya.”

MEWUJUDKAN KHILAFAH ISLAMIYAH

Dalam kaitannya dengan ini, Imam Hasan Al Banna menyatakan :

“Semua negara Islam mesti bebas dari cengkaman kekuasaan asing.”

Di atas wilayah yang telah bebas ini kemudiannya perlu tertegak sebuah daulah Islamiyah yang bebas.

Imam Hasan Al Banna seterusnya berkata :

“Mengembalikan kewujudan daulah Islamiyah kepada uamt Islam dengan membebaskan negaranya, menghidupkan keagungannya, mendekatkan peradabannya, menghimpun kalimatnya hingga semua itu menghantarkan kembalinya khilafah Islamiyah yang telah hilang dan persatuan yang dicita-citakan.”

Semua ini adalah sebahagian dari kewajiban yang selama ini diabaikan oleh kebanyakan umat Islam.

Oleh kerana itulah Imam Hasan Al Banna berkata :

“Selama mana daulah ini tidak tertegak, maka semua umat Islam berdosa dan bertanggungjawab di hadapan Allah, mengapa mereka sampai lalai memperjuangkannya dan bersikap acuh tak acuh dalam penegakannya. Sungguh merupakan suatu kedurhakaan terhadap nilai kemanusiaan bahwa dalam situasi yang membingungkan ini justeru tegak suatu negara yang mengukuhkan sistem nilai zalim yang mempropagandakan seruan palsu, sementara tidak seorangpun mahu berjuang untuk menegakkan negara yang hak, adil dan damai.”

Di antara kewajiban-kewajiban daulah Islamiyah sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Hasan Al Banna adalah :

  1. Mengamalkan hukum-hukum Islam dan itu merupakan kewajiban.
  2. Melaksanakan sistem sosial Islam secara lengkap.
  3. Memproklamasikan prinsip-prinsip yang tegas ini dan jangan sampai ia dibiarkan kelihatan tidak jelas.
  4. Menyampaikan dakwah Islam dengan arif dan bijaksana kepada semua orang, jangan sampai di dunia ini ada orang yang belum tersentuh oleh dakwah Islam yang disertai dengan penjelasan yang jitu.

Yang perlu dicatatkan di sini adalah Imam Hasan Al Banna menganggap bahwa proklamasi khilafah secara rasmi hanya dilakukan pada tahap-tahap akhir sahaja demi memperolehi kemasalahatan yang banyak.

Meskipun demikian, proklamasi khilafah ini (meskipun boleh diakhirkan) perlu terlebih dahulu menyiapkan sosok yang ideal yang patut menerima amanah ini.

Menurut pendapat ahli fiqh Syafi’ie, mereka melihat bahwa khilafah (jika telah hilang) perlu diberikan kepada orang yang paling bijaksana di zamannya.

Oleh kerana itu, diakhirkannya pengumuman rasmi khilafah sama sekali bukan kerana tidak adanya orang yang boleh diserahkan amanah khilafah itu dan bukan pula bererti pengabaian ke atas masyarakat yang hidup tanpa seorang imam.

Pengakhiran proklamasi khilafah kadang-kadang justeru merupakan suatu keharusan dan menunggu kesepakatan secara bulat dari seluruh kaum Muslimin. Semuanya perlu mempertimbangkan masukan dari mereka tentang peribadi mahupun tempat agar tidak berlaku fitnah dan perselisihan di kemudian hari.

PEMBOHONGAN TERHADAP IKHWANUL MUSLIMIN

Berbohong, walaupun kecil sudah termasuk dosa besar. Bahkan berbohong termasuk dosa yang paling dekat dengan kekafiran.

Allah swt berfirman :

“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (QS An-Nahl : 105)

Semakin besar isi dan akibatnya maka semakin besar dosanya.

Rasulullah saw bersabda :

“Ada tiga orang yang tidak disucikan, tidak dilihat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mendapatkan siksaan yang pedih di hari kiamat: orang tua yang berzina, raja yang berbohong, dan penanggung yang sombong.”

Jika orang yang berbohong adalah seorang raja atau pemimpin negara, maka kebohongannya akan membahayakan seluruh rakyatnya dan jawatannya pun menjadi hina.

Kebohongan seorang yang berkuasa berbeza dengan kebohongan orang lemah yang khuatir akan keselamatan dirinya. Jadi kebohongan berbeza antara setiap orang dan bahaya kebohongan seseorang adalah sesuai dengan kedudukannya.

Ketika kebohongan itu dilakukan kepada hak, nyawa, kehormatan dan kebebasan orang lain, maka hal itu disebut sebagai kesaksian palsu.

Rasulullah saw menggolongkan kesaksian palsu termasuk dosa yang paling besar, jika perkara itu merugikan orang lain, walaupun seorang sahaja. Bagaimana pula kiranya jika kebohongan itu merugikan puluhan, ratusan, ribuan atau bahkan jutaan orang, tentu tidak dapat  dibayangkan dosanya.

Ketika ini banyak sekali tuduhan bohong yang diarahkan kepada Ikhwanul Muslimin misalnya tuduhan bahwa mereka adalah kelompok pengganas.

Penguasa Mesir ketika ini cuba untuk memusnahkan jamaah ini dengan alasan memerangi pengganas.

Para penguasa di negara Arab lain juga melakukan perkara yang sama bahkan mereka mengerahkan apa sahaja untuk memerangi Ikhwan.

Di Syria, penguasa menindas mereka sejak beberapa dekad yang lalu. Penguasa Emiriyah Arab Bersatu bahkan bersumpah akan menghapuskan jamaah ini dengan segenap tenaga yang mereka miliki.

Ianya ditambah pula dengan orang-orang biasa; seperti wartawan dan lawan politik dari parti lain di mana semuanya menyebar tuduhan bohong bahwa Ikhwan adalah kelompok pengganas.

Padahal puluhan bahkan ratusan ahli Ikhwan dari Mesir, Syria dan negara lainnya yang telah membangunkan negara-negara Teluk.

Ramai di kalangan mereka adalah guru, pensyarah, doktor, jururawat, hakim, jurutera, konsultan dan juga para peniaga.

Sejak setengah abad yang lalu, anggota-anggota Ikhwan di Arab Saudi dan Emiriyah Arab Bersatu adalah seperti itu dan tidak ada yang menuduh mereka sebagai pengganas.

Kenapa pada hari ini, mereka tiba-tiba dituduh sebagai pengganas?

Bukan calang-calang kerana yang menuduh mereka adalah para raja dan penguasa. Seakan-akan mereka berkata kepada penguasa Mesir sekarang :

“Bunuhlah, kami yang akan memberi dana kepada kamu. Bereskan mereka dan engkau minta apa sahaja daripada kami.”

Oleh kerana ditindas oleh penguasa, ramai anggota Ikhwan yang menyebar ke seluruh dunia samada di dunia Arab, Eropah mahupun Amerika.

Mereka adalah tokoh-tokoh yang sudah terkenal samada dari sudut keperibadian, institusi, mahupun projek-projek mereka.

Bagaimana mungkin ketika ini kita dipaksa oleh para penguasa tersebut untuk mempercayai bahwa mereka adalah anggota kelompok pengganas yang melakukan kekerasan, membunuh dan sebagainya?

Semua orang akhirnya mengetahui apa sebenarnya yang menyebabkan mereka menuduh Ikhwan demikian.

Para penguasa tersebut sebenarnya sedang memerangi :

a.      Kebebasan dan kehendak rakyatnya.

b.     Kebangkitan dan kemajuan negara mereka.

c.      Prototaip pemerintahan yang baik.

Yakinlah bahwa dalam waktu yang tidak lama bahwa perancangan sulit mereka pasti akan tersingkap semuanya, insyaAllah.

Ya Allah, sesungguhnya Engkau sentiasa memelihara agamaMu beserta pejuang dan pendokongnya. Berilah kekuatan kepada mereka untuk menghadapi fitnah dan ujian yang berat ini. Limpahkanlah kesabaran kepada mereka sehingga dengan kesabaran itu menjadi baja untuk menewaskan musuh-musuh mereka.

Ameen Ya Rabbal Alameen

WAS
[ Read More ]
Read more...
Newer Posts Older Posts
View mobile version
Subscribe to: Posts (Atom)

Yang Setia

Pautan

  • Muharikah
    Antara dua pilihan
    3 years ago
  • Angel Pakai Gucci!
    Doa Itu Bom Nuklear Bagi Orang Mu'min!
    5 years ago
  • Majalah Jom!
    Isu 45: ALAMAK, AKU SALAH PILIH! (EDISI ISTIMEWA)
    9 years ago
  • دعوتنا DAKWATUNA -dakwahkite-
    Di antara Kefahaman dan Pelaksanaan (Sudut Pandang Parti Kebebasan dan Keadilan FJP – Mesir)
    10 years ago
  • ZADUD-DUAT
    Wahai Ikhwah, Persaudaran adalah rahsia kekuatan anda
    11 years ago
  • Popular
  • Recent
  • Archives
 

Diri Ini

My photo
WAS
Blog ini memaparkan bahan-bahan bacaan dan artikel yang boleh meningkatkan ilmu dan kefahaman Islam anda..
View my complete profile

Blog Ini Menarik??

Yang Paling Digemari

  • Memohon Dari Al Jabbar
    Seringkali manusia terjebak oleh pemikirannya sendiri dan merasa mampu untuk merancang segala sesuatu. Padahal tidak ada kekuatan dalam d...
  • Apabila Hijab Terbuka
    Terbukanya hijab  (sekatan pembatas)  antara kita dengan Allah adalah sumber ketenangan dan kebahagiaan hidup. Ketika hijab telah terbuka, s...
  • Kualiti Sebenar Rijalud Dakwah
    Rijalud dakwah adalah seseorang yang telah di tarbiyah secara intensif sehingga memiliki persediaan untuk berjuang dan berkorban di jal...
  • Menjelmakan Makna Tarbawi
    Sehingga ke saat ini Allah swt masih memberikan rahmat kepada kita melalui hidayah, iman, Islam serta dakwah dan tarbiyah. Sungguh, n...
  • Surah Yang Menjadi Pembela
    Allah swt telah menurunkan kepada kita Al Qur’an sebagai : a.        Cahaya. b.       Rahmat. c.        Ubat dari penyakit hati dan...

Arkib

  • ►  2017 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2016 (4)
    • ►  September (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (39)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (2)
    • ►  January (5)
  • ►  2014 (42)
    • ►  November (5)
    • ►  October (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (9)
    • ►  May (8)
    • ►  April (4)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ▼  2013 (72)
    • ►  December (1)
    • ►  November (5)
    • ►  October (4)
    • ▼  September (5)
      • Nasyid Perjuangan 4
      • Garis Besar Dakwah
      • Berusaha Mencapai Matlamat Dakwah
      • Kedahsyatan Perosak Dajjal
      • Manhaj Dakwah Tidak Berubah
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (7)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (7)
    • ►  February (9)
    • ►  January (11)
  • ►  2012 (163)
    • ►  December (8)
    • ►  November (9)
    • ►  October (9)
    • ►  September (9)
    • ►  August (6)
    • ►  July (12)
    • ►  June (9)
    • ►  May (15)
    • ►  April (16)
    • ►  March (18)
    • ►  February (24)
    • ►  January (28)
  • ►  2011 (93)
    • ►  December (24)
    • ►  November (69)

Susunan

  • Akhlak (6)
  • Aqidah (17)
  • Dakwah (73)
  • Fikrah (74)
  • Ilmu (38)
  • Motivasi (10)
  • Muslimah (3)
  • Mutiara Hikmah (12)
  • Mutiara Hikmah Para Duat (21)
  • Mutiara Hikmah Ramadhan (3)
  • Renungan (31)
  • Ruhiyah (8)
  • Tarbiatuna (5)
  • Tarbiyah (34)
  • Tausiyah (31)
  • Tokoh (8)
  • Uslub (11)
  • Video (29)

Panji Islam

Asmaaul Husna

Kalam Hikmah

Coretan Anda

Pengunjung

Detik Kehidupan

Hari Ini

Waktu Solat

Pelawat


widgets

Selamat Melayari

  • NEW POSTS
  • COMMENTS
  • flickr

    Get your Flickr ID!
 
 
© 2011 Tinta Perjalanan | Designs by Web2feel & Fab Themes

Bloggerized by DheTemplate.com - Main Blogger